Chapter 21

Avner berteriak, merasakan matanya nyeri, darah mengalir dan semua organ penglihatannya tak dapat digunakan. Satu mata yang tersisa melirik Cassandra murka, dengan satu tangan lain mencekik leher Cassandra. "Lo gak akan bisa pergi dari sini."

Cassandra masih menangis ketakutan, tubuhnya gemetar tapi senyuman merendahkan tak lepas dari bibirnya. Kali ini setengah sesak, satu tangannya menggapai Avner. Avner yang tidak menyadari gerakan Cassandra berusaha mencekik, mengabaikan rasa sakit di sebelah mata, berniat melumpuhkan gadisnya.

Cassandra pada akhirnya berhasil menggapai wajah Avner kemudian menarik pisau lipat ke bawah menimbulkan luka semakin dalam. Membuat goresan panjang hingga pipi, teriakan terdengar nyaring dan cekikan di leher Cassandra terlepas.

Rantai panjang menutupi tangan dan kaki. Panjangnya mencapai satu meter dan dengan itu dia bisa berdiri dan berjalan di sekitar ranjang. Tapi, tak dapat melepas rantai yang mengikatnya. Melihat Avner tertunduk merasakan sakit yang maha dahsyat. Cassandra kini bangkit, masih gemetaran menarik pisau lipat dari pipi yang robek.

Teriakan terdengar, Avner berusaha menendang akan tetapi tikaman kembali melayang menimbulkan rasa sakit yang semakin besar. Kondisi berbalik karena selanjutnya Cassandra terduduk di atas Avner dengan gaun yang setengah terkoyak, lantas menikam tubuh Avner berkali-kali.

"Bangsat!"

"Mati lo!"

"Mati!"

Cassandra menikam tanpa ampun, tubuh Avner memercikkan darah yang mengotori tangan, tubuh dan wajah Cassandra. Napas Cassandra tersengal-sengal, melihat Avner tak berdaya dengan tubuh dingin tidak sadarkan diri. Tubuh Cassandra gemetar, air matanya berhenti, menatap kosong pria di depannya.

Jadi apakah ini akhirnya?

Akhirnya dia menikam Avner hingga tewas. Tawa lolos dari bibir Cassandra, sang gadis menyugar rambut ke belakang kemudian menatap rantai yang mengikat pergelangan tangan dan kaki. Seluruh tubuhnya masih gemetar.

Ah, bukan hanya penjahat. Sekarang juga dia adalah pembunuh.

Cassandra mendesah melihat rantau yang mengikatnya lebih jelas. Ini adalah borgol yang dipasangkan dengan rantai. Pasti ada kuncinya, melirik sekitar, dia melucuti pakaian Avner menemukan kunci kecil. Benar, ini adalah kunci untuk melepaskan rantai yang mengikatnya.

Setelah berhasil keluar. Akhirnya Cassandra berjalan lunglai melewati pintu dn menuju lorong gelap. Di ujung sana terdapat pintu yang terbuka dengan penerangan minim lampu warna kuning redup. "Hahaha, sekarang gue masih hidup," ujarnya.

Cassandra menarik napas dalam, di hadapannya terdapat hutan lebat. Melirik ke belakang ternyata Avner membawa dia ke rumah tua terpencil di hutan. Lantas di mana Ali? Cassandra tak tahu, segera saja dia beranjak melihat mobil yang terlantar di depan rumah tua.

"Gue harus pastiin Ali hidup. Harus."

.

.

.

Setelah membersihkan diri di bagian luar rumah tua, di sana terdapat keran tepat di depan mobil. Akhirnya Cassandra bisa bernapas lega, keluar dari hutan dan mulai mengendarai mobil. Tubuhnya yang basah mulai kering, di mobil dia menemukan jaket Avner yang tergeletak.

Setidaknya itu bisa menutupi tubuh.

Handphone dan peralatan Cassandra semuanya ada di mobil ini. Entah kenapa Avner menyimpannya, Cassandra tak tahu. Yang dia tahu dia harus bergegas ke apartemen memastikan Ali selamat atau tidak.

Perjalanan panjang terlewati, Samapi di apartemen bergegas dia mengganti pakaian dan masuk ke apartemen Ali. Ali memberitahukan kode pintu masuknya, berjaga-jaga bila ada sesuatu. "Ali!"

Cassandra berseru, dia cemas Ali tidak baik-baik saja. Tubuhnya sudah tidak gemetar, tapi pandangan Cassandra kosong. Ternyata tidak mudah mendapatkan pengalaman membunuh orang. "Ali!" Cassandra kembali memanggil. Hingga akhirnya dia sampai di kamar Ali. Mencarinya di semua sudut ruangan.

Ali tak ada di sini.

Cassandra mulai cemas. Hingga akhirnya dia bisa melihat pintu kecil di balik lemari pakaian. "Apa itu?" tanyanya pada diri sendiri. Berjalan mendekat, kemudian berhasil membuka pintu kecil. Tanpa pikir panjang dia segera masuk dan terkejut menemukan ruangan asing yang tidak dia ketahui.

Ruang rahasia.

Belum berhenti atas terkejutannya. Dia menemukan ada banyak layar menyala, dilihat lebih jelas itu adalah ruangan di mana dia tinggal. Tunggu! Apa?! Cassandra tergerak melihat semua layar, mulai dari rumahnya, apartemen, mobil. Semuanya terekam oleh layar ini!

Apa-apaan?!

Apa yang Ali lakukan selama ini?!

Cassandra menutup mulut, tidak percaya. Semua kejutan ini membuatnya terguncang. Selama ini apakah Ali memata-matainya? Kenapa? Cassandra tidak percaya, sungguh, seharusnya Ali tak perlu melakukan ini.

Menarik napas panjang. Mengeratkan genggaman pandangan Cassandra beralih pada potret kecil di meja depan layar. Cassandra mematung, di sana ada fotonya yang masih kecil, bocah dengan mata biru dan rambut hitam---mungkin saja itu Ali---dan juga Kak Xhaiden. Tunggu! Mengapa ada mereka bertiga dalam potret?

Cassandra masih sibuk berpikir sebelum mendengar suara bising dari luar. Segera saja Cassandra membawa potret itu, berjalan keluar dari ruang rahasia dan menuju pintu kamar. Di sanalah dia bisa menemukan Ali berdiri. Cassandra mematung, seperdetik kemudian Ali memeluknya erat sekali.

"Ca ... lo selamat. Lo selamat."

Cassandra masih membisu, menenggelamkan potret itu semakin dalam di saku. Setelah kematian Avner, kini dia di hadapkan masalah baru. Siapakah Ali? Siapa sebenarnya cowok yang memeluknya ini? Dengan senyum palsu Cassandra balas memeluk Ali.

"Ali ... gimana lo bisa selamat dari tabrakan itu?"

.

.

.

Setelah percobaan pembunuhan oleh Avner melalui tabrakan mobil. Untung saja itu hanya menabrak bagian depan, tidak membuat tabrakan parah, tapi cukup membuat mereka tak sadarkan diri. Ali sendiri sudah tahu rencana Avner, akan tetap dia tidak mengira di malam pertunangan pria gila itu dia melayangkan senjatanya.

Ali mendesah lega, melihat Cassandra yang berada di pelukannya. Ekspresinya yang biasa dingin benar-benar berubah menjadi campur aduk, tidak dipungkiri dia takut sekali Cassandra bisa hilang dari hidupnya lagi.

Ali bisa melihat Cassandra yang pingsan dalam pelukannya tadi. Jadi dia membawanya ke kasur agar istirahat, ketika anak buah Avner membawa Cassandra. Saat itu Ali masih tak sadarkan diri, tepat setelahnya di mana gilirannya untuk dibawa pergi, orang suruhan Ali berhasil datang menyelamatkan Ali dan menewaskan anak buah dari Avner.

Avner hanyalah anak konglomerat kaya yang sombong. Dia tidak memiliki kekuatan yang besar, kebanyakan hanya menyewa preman rendahan yang hanya bisa menjadi tukang pukul. Berbeda dengan Ali, hidup di keluarga yang memiliki bisnis gelap. Keluarganya memiliki banyak akses untuk berhubungan dengan orang bayaran terlatih.

Seperti pasukan khusus yang Ali ciptakan. Pasukan Grayon yang berisi pembunuh bayaran, mata-mata tingkat atas, juga ilmuwan jenius yang berbisnis di dunia gelap. Mendapati Cassandra hilang, jelas membuat Ali kalap, memerintahkan semua pasukannya membunuh tukang pukul yang dimiliki Avner.

Dan terakhir, di mana dia dapat kembali melacak Cassandra melalui handphone yang menyala. Akhirnya dia tahu gadis itu masih hidup, akan tetapi di rumah tua tempat Cassandra terlacak, dia tidak bisa menemukan Avner. Hanya ada darah yang mengotori rumah tua seolah bekas pembunuhan.

Ali mendesah.

Cassandra kini berada dalam dekapannya.

Dia tidak akan kehilangan Cassandra. Bahkan jika harus sampai ke neraka, dia akan berjalan di lumpur dosa hanya untuk bersama Cassandra selamanya.

Bersambung ....

15 November 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top