Bagian 27
Polisi telah selesai menyelidiki kasus kehilangan kalung Kath. Kini pemimpin tim sedang berada di ruang kerja Anthony, menjelaskan tentang hasil penyelidikan mereka.
"Saya telah menemukan keberadaan kalung Nyonya Kath. Kalung itu saat ini berada di sebuah toko barang antik," jelas Arnold pada Kath dan Anthony yang duduk di depannya.
"Pemilik tempat itu mengatakan bahwa penjualnya bernama Ophelia."
"Apa?" Kath bersuara spontan.
Arnold tampak ragu, tapi ia menyebutkan nama Ophelia sekali lagi dengan lantang.
Wajah Kath tampak tidak percaya, begitu juga dengan Anthony.
"Baiklah, terima kasih karena telah membantu kami. Jika kami membutuhkan bantuanmu lagi maka kami akan segera menghubungimu." Anthony tidak bisa meneruskan kasus ini lagi karena ternyata yang mencuri kalung itu adalah Ophelia. Ia akan menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan.
"Baik, Tuan. Kalau begitu kami permisi." Arnold segera bangkit. Ia menundukan sedikit kepalanya kemudian pergi.
"Aku harus memastikannya sendiri." Kath berdiri. Ia masih ragu bahwa Ophelia yang telah menjual kalungnya.
"Aku temani." Anthony melangkah di sebelah Kath. Seperti Kath, Anthony juga tidak yakin. Ia tak pernah sedikitpun mencurigai Ophelia karena ia yakin Ophelia tak akan pernah melakukan hal tercela seperti mencuri milik mertuanya sendiri.
Dua puluh menit kemudian, mobil Anthony sampai di sebuah bangunan kuno. Tempat itu terlihat sangat unik. Ornamen berwarna coklat tua menghiasi bagian depan bangunan.
Kath melangkah masuk. Ia mendorong pintu, lalu sapaan rama terdengar.
"Selamat datang di toko Antique." Seorang pria mendekati Kath.
"Apakah kau memiliki kalung yang cocok untukku?" tanya Kath.
"Ah, sebentar. Sepertinya aku memiliki kalung yang cocok untukmu." Pria itu segera ke etalase, membukanya dan mengambil kalung dengan permata berwarna merah muda.
Bukan kalung itu yang Kath cari. "Ini terlalu biasa untukku."
Sang pria nampak berpikir sejenak. "Tunggu di sini sebentar. Aku masih memiliki satu kalung lagi."
"Ah, baiklah," balas Kath, ia duduk di sofa, begitu juga dengan Anthony.
Sang pria kembali dengan kalung milik Kath. "Nah, ini dia."
"Boleh aku melihatnya?"
Si penjual menyerahkan kalung itu pada Kath. Itu memang benar miliknya, terdapat inisial namanya di bagian kalung itu.
"Dari mana kau mendapatkan kalung ini?"
Si penjual mengerutkan keningnya. Seolah ia heran dengan pertanyaan Kath.
"Seseorang menjualnya padaku."
"Apakah wanita ini?" tanya Kath sembari menyodorkan ponselnya. Ia menunjukan foto Ophelia.
"Ya, benar."
Kath mundur satu langkah. Ia masih berharap bahwa penyelidikan pihak kepolisian salah, tapi kini ia sudah memastikannya sendiri. Bagaimana bisa Ophelia melakukan ini padanya?
"Kami akan kembali lagi nanti," seru Anthony. Ia kemudian membawa Kath meninggalkan tempat itu.
"Aku benar-benar tidak menyangka." Kath tidak tahu harus bersikap bagaimana sekarang. Ia berharap terlalu tinggi pada Ophelia hingga akhirnya ia merasa sakit ketika Ophelia tak sesuai harapannya. Ia terlalu peduli pada Ophelia, hingga ia merasa dikhianati. Dan ia sangat percaya pada Ophelia, tapi ternyata ia dibohongi. Kath tak bisa menggambarkan kekecewaannya saat ini.
"Tenangkan dirimu. Kita bicarakan ini dengan Aexio dan Ophelia. Mungkin Ophelia memiliki alasan." Anthony mencoba untuk meredam kekesalan Kath.
"Dia memang harus menjelaskannya. Dan sebaiknya penjelasan itu masuk akal," seru Kath.
Di dalam toko antique, si pemilik toko memperhatikan mobil Anthony yang menjauh pergi. Ia segera mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi seseorang.
"Mereka sudah datang ke sini. Dan aku mengatakannya persis seperti yang kau perintahkan."
"Baguslah. Kau bisa memiliki kalung itu sekarang."
"Jika kau memerlukan bantuanku lagi kau bisa datang ke tempatku, Nona."
"Ya. Sebaiknya kau berhati-hati sekarang. Jangan sampai kau mengatakan hal yang berkaitan denganku."
"Aku akan menjaga mulutku dengan baik, Nona." Pria itu tersenyum culas. Ia tipe pria yang akan melakukan apa saja demi uang.
***
Ruang keluarga kediaman orangtua Aexio begitu hening. Di sana ada Anthony, Kath, Aexio dan Ophelia.
Aexio dan Ophelia tidak tahu apa yang akan dibicarakan oleh Kath dan Anthony. Mereka kini menunggu salah satu dari orangtuanya untuk bicara.
"Polisi telah menyelidiki kasus kehilangan kalung beberapa hari lalu. Dan mereka menemukan kalung itu sudah dijual di toko barang antik." Anthony memulai pembicaraan dengan serius.
Aexio tampak sedikit terkejut. Jika memang Cia yang mencurinya, tidak akan mungkin Cia menjual barang itu di toko antik. Aexio cukup mengengetahui seberapa cerdas Cia.
Sedang Ophelia hanya diam dengan wajah tenang. Ia tidak tahu sama sekali bahwa saat ini ialah yang menjadi tersangkanya.
Kath memperhatikan Ophelia seksama. Ia tak tahu dari mana Ophelia mendapatkan ketenangan itu padahal kebusukannya sudah terbongkar. Kath sudah berpikir cukup lama mengenai Ophelia, kesimpulan yang ia dapatkan adalah bahwa ia dan yang lainnya mungkin sudah ditipu oleh wajah polos Ophelia. Sepertinya apa yang orang katakan tentang Ophelia memang ada benarnya.
"Dan kami telah memastikan sendiri kebenaran itu," sambung Anthony.
"Ophelia, adakah yang ingin kau katakan kepada kami?" Kath akhirnya menyela. Tatapannya tidak seperti biasanya. Terlihat penuh kekecewaan dan tajam.
Kening Aexio berkerut. Kenapa nada bicara ibunya seperti itu? Tidak, tidak mungkin jika Ophelia yang menjualnya.
Ophelia yang ditanya hanya diam saja. Ia tidak mengerti apa maksud ucapan Kath.
"Mom, tidak mungkin." Aexio bersuara cepat.
"Apa yang kau pikirkan adalah kebenarannya Aexio," balas Kath. "Istrimu yang telah menjual kalung itu."
"Tidak! Itu tidak benar." Ophelia menyangkal cepat.
"Mom, pasti ada yang salah. Tidak mungkin Ophelia melakukannya." Aexio membela istrinya.
"Lalu, apakah maksudmu Daddy dan Mommy yang berbohong?" Kath tidak suka Aexio membela Ophelia setelah Ophelia terbukti bersalah. Putranya sudah terlalu buta, tertipu oleh wanita seperti Ophelia.
"Sayang." Anthony menyentuh tangan Kath pelan.
"Bukan seperti itu, Mom." Aexio bersuara pelan.
"Dad, Mom, sungguh aku tidak melakukannya." Ophelia masih tetap menyangkal.
"Mommy sangat kecewa padamu, Ophelia. Jika kau membutuhkan uang, seharusnya kau katakan saja."
"Mom, aku tidak tahu apa yang telah terjadi, tapi aku berani bersumpah, aku tidak melakukannya." Ophelia bersuara tegas. Matanya menunjukan bahwa ia tidak berbohong sama sekali.
Kath tidak bisa mempercayai ucapan Ophelia. Ia telah memastikan sendiri bahwa pencuri itu adalah Ophelia.
"Di mana kau kemarin di jam 10 pagi?" tanya Kath.
"Aku ada di panti. Sopir yang mengantarku."
Kath juga sudah menanyakan ini pada sopir, dan sopir mengatakan hanya mengantar saja kemudian kembali ke kediaman Kath lagi.
Ucapan Ophelia tidak bisa membuktikan apapun. Bisa saja setelah Ophelia sampai di panti asuhan ia pergi ke toko barang antik dan menjual kalung miliknya.
"Mom bisa bertanya pada orang-orang di panti, aku ada di sana selama dua jam," tambah Ophelia.
"Baiklah. Kalau begitu ayo kita pergi ke panti asuhan." Anthony yang mengatakan itu. Ia berdiri dari sofa, kemudian pergi bersama dengan Kath.
"Tenanglah. Aku percaya ada sesuatu yang salah. Aku percaya padamu." Aexio menggenggam jemari Ophelia.
Ophelia menatap Aexio kosong. Ada sakit yang menyayat hatinya saat ini. Kepercayaan yang Aexio berikan padanya harusnya berarti banyak, tapi karena apa yang ia lihat di kantor Aexio, ia merasa Aexio tidak tulus mempercayainya. Entahlah, ia meragukan Aexio.
Ketika semua orang keluar dari ruang keluarga, Cia keluar dari persembunyiannya. Senyum liciknya mengembang. Kali ini tidak akan ada yang bisa menyelamatkan Ophelia. Meski orang panti berkata Ophelia ada di sana, akan sulit membuktikannya. Tak ada kamera pengintai yang memastikan alibi Ophelia.
"Kau harus segera keluar dari kediaman ini, Ophelia. Tempat ini bukan tempat yang bisa kau datangi sesuai keinginanmu." Cia merasa ia sudah menang. Ketika Ophelia kehilangan kepercayaan Kath, maka akan dengan mudah mengusir Ophelia dari kediaman itu.
Cia tidak bisa terima kenyataan bahwa Aexio mencintai Ophelia. Ia benci dengan fakta itu, dan dia akan menghancurkannya hingga jadi debu.
Keegoisan Cia sudah melebihi batasan. Penyakit hatinya sudah mengambil alih seluruh kendali atas dirinya. Ia tidak bertindak rasional lagi. Ia melupakan statusnya sebagai istri Cello, dan terus bersikap layaknya ialah orang yang paling terluka di dunia ini.
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top