Bagian 16
Setelah ciuman itu Aexio dan Ophelia bersikap seperti biasa. Mereka tak membahas mengenai ciuman tadi seakan yang terjadi merupakan hal yang memang seharusnya terjadi di antara mereka.
Pagi ini Ophelia terjaga di dalam pelukan Aexio. Semalaman Aexio memeluknya, memberikan rasa aman dan nyaman. Ophelia tak pernah tidur lebih nyaman dari semalam.
Kini ia berada di dapur, niatnya Ophelia ingin membuatkan sarapan, tapi ternyata di sana sudah ada Kath yang sibuk dengan berbagai bahan masakan.
Ophelia datang membantu, Kath tentu saja dengan senang hati menerima.
"Kau bangun pagi sekali, Ophe." Kath memiringkan wajahnya, tersenyum pada Ophelia.
"Aku sudah terbiasa bangun di jam seperti ini, Mom."
Kath menganggukan kepalanya. "Kau memiliki kebiasaan yang baik."
"Ah, bagaimana pekerjaanmu? Apakah kau merasa kesulitan menyesuaikan diri?"
"Tidak, Mom. Aku mulai mengerti sedikit demi sedikit."
Kath terlihat senang. "Mom tahu kau mudah cepat beradaptasi."
Ophelia diam saja mendengar pujian Kath. Ia tak tahu harus menanggapi apa.
"Setelah ini Mom akan mengajakmu pergi ke banyak tempat. Kau harus mempersiapkan dirimu."
Ophelia merasa ia tidak pantas menemani Kath karena dirinya tidak sehebat Kath. Ia takut mempermalukan ibu mertuanya. "Baik, Mom." Ophelia tak memiliki pilihan lain. Ia tidak ingin Kath kecewa dengan penolakannya.
"Kau bisa membuat salad, kan?"
"Bisa, Mom."
"Baiklah, kau buatkan itu. Mom akan mengerjakan yang lainnya."
"Baik, Mom."
Ophelia mulai membuat salad. Sedang Kath mengambil menu lain untuk dimasak.
Di belakang Kath dan Ophelia ada Aexio yang bersandar di dinding, memperhatikan dua wanita yang penting baginya. Ia tersenyum melihat interaksi Ophelia dan Kath.
Aexio melangkah, ia memeluk Kath dari belakang.
"Astaga, Aexi. Mengagetkan Mom saja." Kath mencubit pelan lengan Aexio.
Aexio tertawa kecil kemudian mengecup pipi Kath. "Masak apa, Mom? Baunya harum sekali."
"Bau masakan atau bau Ophelia?" Kath menggoda Aexio sekaligus Ophelia. Aexio biasa saja, ia malah ikutan menggoda Ophelia.
"Oh, kalau itu baunya berbeda, Mom. Lebih sensual dan menggoda."
"Kau sepertinya belum sepenuhnya bangun." Ophelia menanggapi Aexio dengan nada sarkas.
Aexio terkekeh geli. Ophelia selalu saja begitu jika bicara dengannya, Aexio sukai. Ophelia dengan sarkasmenya. Sangat misterius dan menggoda.
Kath tersenyum kecil. Anak dan menantunya benar-benar menggemaskan.
"Mom, apakah begitu cara Mom bicara pada Daddy?"
"Tentu saja tidak. Mom selalu bicara dengan manis pada Daddymu."
"Ah, jadi hanya macanku satu-satunya wanita yang bicara sarkas pada suaminya."
Ophelia berdecih. Dua lawan satu, tentu saja ia kalah. "Itu karena Dad tidak secerewet kau."
"Bukankah menyenangkan punya suami cerewet sepertiku? Aku adalah pria edisi terbatas," seru Aexio membanggakan dirinya.
Kath tergelak mendengar ucapan putranya. Sedang Ophelia hanya memutar bola mata. Ia mulai terbiasa dengan narsisnya seorang Aexio.
"Kau mempromosikan dirimu hingga ke titik itu, Aexio? Mungkin pesonamu sudah mulai pudar, Nak."
Aexio menggelengkan kepalanya. "No, Mom. Ophelia saja yang terlalu buta hingga tidak bisa melihat kesempurnaanku."
Ophelia menatap Aexio mengejek. "Nak, jangan seperti Ayahmu. Satu saja membuat Ibu geli apalagi dua." Ia mengelus pelan perutnya.
Lagi-lagi Kath tergelak. Ophelia sungguh wanita yang tak bisa ditebak.
"Hey, mana bisa seperti itu. Aku Ayahnya, mirip sepertiku bukanlah sebuah dosa."
"Tidak! Lebih baik dia tidak mengambil genmu," tolak Ophelia.
Aexio melepaskan pelukannya dari Kath. Ia berpindah memeluk Ophelia, mengumbar kemesraan di depan ibunya. "Baiklah, aku mengalah. Anak pertama akan mengambil genmu, anak kedua akan mengambil genku."
Ophelia mendelikan matanya. "Siapa yang mau punya anak lagi? Kau saja yang hamil."
Aexio meletakan dagunya di atas bahu Ophelia, kemudian memiringkan kepalanya ke arah Kath yang terus saja tersenyum melihat Aexio dan Ophelia yang seperti kucing dan tikus.
"Mom, ingin punya cucu berapa dariku?"
"Empat."
"Nah, kau dengar sendiri, Ophe. Keinginan Mom adalah perintah untukku. Aku akan menjalankannya dengan baik."
Ophelia memukul kepala Aexio dengan tangannya. "Kau menggunakan Mom dengan sangat baik. Pintar sekali."
"Akhirnya kau mengetahui kelebihanku."
Ophelia kehabisan kata-kata, Aexio selalu menjawab ucapannya dengan sangat baik.
"Kau tidak mengerti sindiran, ya?" ejek Ophelia.
"Aku tidak mengerti. Yang aku tahu kau tadi memujiku. Dan terima kasih untuk itu."
Ophelia gemas sekali dengan Aexio. "Lepaskan aku." Ia menggerakan tubuhnya acak.
"Bukankah kau mengatakan pelukanku sangat nyaman?"
Ophelia memerah. Kenapa juga Aexio harus membahasnya di depan Kath. Memalukan.
"Mom tidak mendengar apapun, lanjutkan saja pembicaraan kalian." Kath sama usilnya dengan Aexio. Ia mulai menyukai menggoda Ophelia yang kaku.
"Mom tahu, semalam dia memintaku memeluknya."
"Hey, kapan aku memintanya?!" sergah Ophelia. "Kau mulai pandai mengarang cerita rupanya."
"Aku rasa semalam kau mengatakan 'peluk aku lebih erat lagi, Aexio.' ketika kau tertidur."
"Tidak mungkin aku mengatakannya. Kau pasti mengkhayal." Ophelia meragukan ucapannya sendiri. Benarkah ia mengucapkan itu semalam? Jika iya itu benar-benar memalukan.
Aexio tertawa pelan. "Aku tidak mengkhayal. Kau mengatakannya dengan keras."
"Baiklah, baiklah, bisa kau hentikan ocehanmu?!" Ophelia tak ingin Aexio semakin membuatnya malu di depan Kath.
"Aku belum selesai."
"Aexio." Ophelia bersuara pelan tapi penuh penekanan.
Aexio tergelak. "Baiklah. Baiklah."
"Kembalilah ke kamar. Mandi lalu turun untuk sarapan. Kau bau bantal!" Ophelia menggerakan bahunya, tempat di mana Aexio meletakan dagu.
"Baik, istriku." Aexio mengecup pipi Ophelia kemudian melepaskan pelukannya.
Pagi ini Aexio sudah lebih berani menyentuh Ophelia. Ia tidak merencanakannya, hanya berjalan begitu saja.
Ketika Aexio berbalik, ia menemukan Cia yang entah sejak kapan berada di dapur. Aexio melihat wajah Cia menunjukan ketidaksenangan, tapi itu bukan urusannya.
Aexio meneruskan langkahnya, ia melewati Cia tanpa menyapa atau menoleh pada wanita itu.
Cia merana menyaksikan kemesraan Aexio dan Ophelia. Ia tahu benar Aexio sangat sulit dekat dengan orang lain terlebih itu wanita. Melihat bagaimana Aexio memeluk Ophelia di depan Kath membuat ia menyadari bahwa hati Aexio sudah mulai meninggalkannya.
Cia tenggelam dalam rasa cemburu. Harusnya ia yang dipeluk oleh Aexio, bukan Ophelia.
Ia marah pada Aexio yang semudah itu beranjak meninggalkannya. Cia lupa bahwa ialah yang lebih dulu meninggalkan Aexio. Cia terlalu egois, ia menginginkan pengakuan dengan menikahi Cello, tapi tidak bisa melihat Aexio bahagia dengan wanita lain.
"Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?" Suara Cello mengejutkan Cia.
Raut marah Cia segera berganti dengan senyuman lembut. "Aku hendak membantu Mom, tapi sudah ada Kakak Ipar di sana."
"Biarkan saja mereka. Kembalilah ke kamar dan siapkan pakaian kerjaku."
"Ah, ya." Cia segera melangkah kembali menuju kamar.
Cello memperhatikan Kath dan Ophelia. Ibunya bukan hanya membedakan ia dan Aexio, tapi juga antara Ophelia dan Cia. Ia tidak mengerti kenapa ibunya bisa bersikap tidak adil seperti ini, bukankah Cia jauh lebih baik dari Ophelia? Ah, ini pasti karena Ophelia adalah istri Aexio, putra kesayangan ayah dan ibunya.
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top