Chapter 7 - Kue Teratai Bulan

Pov Kenzie

Di kamar

Aku mengganti baju kebesaranku dengan baju biasa. Ya, aku mau menyamar. Aku tidak mau mereka heboh karena kedatanganku. Tak lupa aku juga melepas mahkota kebesaran yang menandatakan aku putra mahkota kekaisaran Alaulika. Memasukkan beberapa keping emas dan perak untuk berjaga-jaga.

Aku mengenakan pakaian sederhana khas rakyat biasa berwarna cokelat muda dan ekorku yang tadinya berwarna gold aku ubah menjadi hijau. Aku mengeluarkan sihir pemindah tempat "koru punktu" terbentuk sebuah persegi transparan hijau muda, melangkah masuk ke dalamnya.

"Koru punktu," ucapku menutup mataku.

Aku membuka mataku. Aku berpindah tempat di pasar. Banyak orang yang berlalu lalang, orang-orang sibuk menawarkan barang dagangannya. Untung saja orang-orang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jadi tidak ada yang memperhatikanku yang tiba-tiba muncul.

"Teratai bulan 3 buah hanya 10 keping perunggu ayo belilah belilah ini masih panas," Teriak salah satu pedagang wanita berusia 40 tahun.

Aku mendekat ke pedagang penjual teratai bulan itu.

"Mau beli anak muda?" tanya pedagang wanita itu ramah.

"Iya, aku mau beli sebanyak 10 buah," ujarku.

Pedagang wanita itu memasukkan 10 teratai bulan ke kantong plastik biru. "Ini anak muda."

"Berapa totalnya?" tanyaku.

"Tiga puluh keping perunggu anak muda."

Aku menyerahkan satu keping perak. "Anak muda apakah kamu tidak memiliki uang kecil?" tanyanya setelah memeriksa di dompetnya yang masih kosong. Pangeran Kenzie adalah pelanggan pertama.

Aku menggeleng.

"Ibu aku mau beli kue teratai bulan," rengek seorang anak kepada ibunya. Aku menoleh.

"Ibu tidak ada uang sayang," balas ibunya mengelus kepala putrinya.

"Tapi bu... aku ingin kue itu," sahut sang anak yang berusia kira-kira 8 tahun itu menangis.

"Kasihan anak itu,'' ucapku pelan.

"Bu kue teratai bulannya tambah 20 lagi. Uangnya pas Bu," ucapku.

"Ini anak muda." Aku menyerahkan 1 keping perak dan mengambil bungkusan kue teratai bulan.

Aku menghampiri ibu dan anak kecil itu. Aku membungkuk mensejajarkan dengan tinggi anak itu.

"Kakak punya sesuatu untukmu," ujarku tersenyum. Anak kecil perempuan itu menghapus air mata yang mengalir di pipinya.

"Apa?" tanyanya.

Aku mengambil sekantong kue teratai bulan dan memberikannya pada anak kecil itu.

"Kue teratai bulan? Terima kasih banyak kakak," ucap anak itu memelukku, aku membalasnya.

"Sekarang jangan nangis lagi ya. Namamu siapa adik manis?" tanyaku.

"Namaku Chika kak," sahutnya memakan kue teratai bulan dengan lahap. Aku tersenyum geli melihat tingkah lakunya yang menggemaskan.

"Pelan-pelan Chika nanti kamu keselek," kataku terkekeh pelan.

"Habisnya kue teratai bulannya enak banget. Chika juga baru pertama kali ini makan kue teratai bulan," balasnya memakan kuenya dengan tempo lebih lambat. Hatiku tersentuh mendengar penuturan anak kecil itu.

Pakaian ibu dan anak itu sangat lusuh, ada beberapa tambalan di beberapa tempat. Hatiku tergerak untuk membantunya. Aku mengambil satu keping emas dan memberikan kepada ibu anak itu.

"Terima kasih banyak tuan," ucap ibu anak itu terharu penuh rasa syukur.

Aku mengangguk. "Aku harus pergi."

"Sekali lagi terima kasih tuan terima kasih, semoga tuhan membalas kebaikanmu," ujar ibu anak itu.

Aku tersenyum dan melangkah pergi. Setidaknya aku bisa membantu ibu dan anak itu walau tidak banyak. Aku berjalan-jalan di pasar tanpa ada yang mengenaliku sebagai putra mahkota kerajaan Kekaisaran Alaulika. Aku bernapas lega mengetahui hal itu. Sekalian melihat lebih dekat bagaimana keadaan rakyatku yang sebenarnya.

Aku membeli beberapa pakaian dan makanan. Aku akan memberitahu kue teratai bulan adalah salah satu kue terenak di sini. Ayah dan ibu sekarang memenuhi undangan dari kerajaan seberang dalam acara jamuan. Kemungkinan mereka akan pulang malam nanti.

🐳🐳🐳🐳🐳🐳🐳🐳🐳🐳🐳🐳🐳🐳🐳

See you next chapter! 😊

Lanjut? Atau tidak?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top