Chapter 18 - Tahun Baru

Perlahan-lahan sepasang mata coklat Intan terbuka. Dengan gerakan perlahan dia mengubah posisi menjadi duduk dengan dibantu Ayse, lalu menatap ke sekelilingnya.

"Aku mengapa bisa berada di rumah sakit?" tanyanya sembari memijat kepalanya yang berdenyut nyeri. Perutnya terasa nyeri juga.

"Kakak tiba-tiba pingsan. Jadi, kami membawa kakak ke rumah sakit," balas Ayse.

"Sebentar kak, aku panggilkan dokter dulu." Tanpa menunggu jawaban dari Intan, Ayse bergegas mencari dokter.

Tak lama kemudian, seorang dokter wanita dengan setelan jas putih dan snelli datang menghampiri Intan bersama Ayse.

"Nona Intan, bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya dokter wanita tersebut dengan ekspresi wajah ramah.

"Aku merasa sedikit pusing, dokter," jawab Intan jujur.

Dokter Ara dengan telaten memeriksa keadaan Intan.

"Baiklah, Nona Intan. Ke depannya kau harus jaga pola makanmu. Jika tidak, kau bisa sakit lagi," nasihat dokter.

"Selain itu, kau juga banyak pikiran," sambung dokter.

"Adikku hilang dokter. Oleh karena itulah, aku tidak menjaga pola makannku," jelas Intan.

Dokter Ara mengangguk mengerti apa yang dirasakan oleh pasiennya ini. "Tetapi Nona Intan, walaupun sedang ada masalah apapun jangan sampai mengorbankan dirimu sendiri."

"Ya, yang dikatakan dokter Ara memang benar," timpal Vera. Vera meletakkan sebungkus roti tawar ke atas nakas yang berada tepat di samping ranjang Intan.

"Baik, dokter," jawab Intan patuh.

"Obatnya jangan lupa dimakan. Agar Nona Intan cepat sembuh," ujar dokter Ara.

"Baik, dokter."

Setelah memeriksa Intan, dokter Ara berjalan keluar ruangan memeriksa pasien yang lain.

"Intan, makanlah obat ini. Obat ini resep dari dokter Ara." Vera menyerahkan dua butir obat, yang pertama obat pereda nyeri dan satunya vitamin.

Intan makan obatnya dengan patuh dan menurut.

"Setelah makan obat, kakak harus makan ya." Ayse dengan perhatian menyodorkan roti tawar dan Intan menerima dan memakannya perlahan.

Di tengah-tengah makan, Intan teringat dengan adiknya. "Kira-kira, apa Lila sudah makan apa belum, ya?" ujarnya.

Ayse dan Vera tahu bahwa Intan sangat menyayangi Lila. Bahkan Intan rela kerja banting tulang untuk memenuhi semua kebutuhan hidup Intan dan Lila.

"Kita di sini berdoa saja yang terbaik untuk Lila," jawab Vera.

***

Intan tidak betah jika lama-lama berada di dalam kamar rawat. Dia memutuskan untuk berjalan-jalan ke luar, yang tentunya ditemani oleh Ayse dan Vera. Dia mengenakan jaket yang tebal untuk melindungi diri dari embusan angin malam.

Di langit yang gelap kini gemerlap oleh kembang api yang terus menyala. Letupan-letupan suara kembang api terdengar saling sahut-sahutan.

"Ini hari apa? Mengapa ada banyak kembang api?" tanya Intan yang belum menyadari.

Ayse tersenyum kemudian membalas. "Malam ini tahun baru, Kak. Tahun 2020."

"Apa? Aku tidak sadar jika malam ini, malam tahun baru." Ekspresi wajah Intan tampak terkejut.

Seketika Intan langsung teringat dengan Lila. Dua minggu yang lalu, saat itu Lila dan Intan sedang menikmati makan malam yang sederhana, tumis jamur dan buncis. Waktu itu Lila mengatakan ingin menyalakan kembang api bersama Intan. Namun sekarang, sepertinya keinginan itu tidak bisa terwujud. Lila tidak tahu sekarang berada di mana?

***

Happy reading🥰.

Terima kasih atas dukungannya 🥰

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top