Bab 1

"Kakak!"

Seorang gadis menerobos masuk ke kamar sambil berteriak riang. Namun, teriakan itu berubah histeris saat melihat seorang pria asing tengah bercinta di kamar kakaknya.

"Sial!" Pria asing itu mengumpat dan langsung meraih celana pendek yang berada tidak jauh darinya. "Siapa kamu?" tanyanya sembari berjalan mendekat.

"Kamu yang siapa?" Suara gadis itu bergetar karena masih terkejut dengan apa yang baru saja ia lihat. Selain itu, ia juga takut.

"Enzo!

Pria itu berteriak cukup keras memanggil nama seseorang yang tentunya gadis muda itu sangat hafal. Laurenzo Laiv atau Enzo adalah kakaknya.

Enzo yang berada di kamar sebelah segera menghampiri. "Apa yang ...." pertanyaan yang akan ia lontarkan langsung berubah menjadi terkejut saat melihat adik satu-satunya berdiri di hadapannya. "Nala."

"Apa dia kekasihmu?" Pria asing tadi melihat ke arah Nala dari atas sampai bawah seperti tengah menilai.

"Teo, perkenalkan. Dia adikku, Nala Lynelle."

"Adikmu?"

Enzo mengangguk, "dan Nala, dia sahabatku Matteo Vincentio. Kamu bisa memanggilnya Teo." Ia mendekati Nala dan memeluknya. "Kamu datang tanpa memberitahuku."

"Aku ingin memberikan kamu kejutan tapi ternyata aku yang terkejut." Nala melirik ke arah Teo lalu beralih pada wanita yang masih berada di ranjang seolah tidak terganggu apa pun dan tidak tahu malu tentunya.

"Ikut aku, kita bicara di kamarmu. Aku sengaja menyediakan kamar khusus untukmu."

Nala tidak mendebat, ia mengikuti kakaknya. "Apa rumah kita sudah beralih fungsi menjadi tempat prostitusi terselubung?"

Enzo tertawa. "Tentu saja tidak."

"Lalu apa yang mereka lakukan? Apa tidak punya uang untuk sewa hotel?

"Sudahlah, La. Biarkan mereka menikmati waktunya."

"Aku tidak menyukainya." Nala cemberut.

"Lupakan saja kejadian tadi." Enzo mencubit pipi Nala pelan. "Bagaimana perjalananmu?"

"Aku cukup lelah. Kenapa kamu memilih tempat tinggal di pusat kota seperti ini. Jalanan macet."

"Kota tempat strategis untuk membuka usaha." Enzo membukakan pintu kamar yang sengaja ia cat dengan warna pink berbeda dari kamar-kamar yang lain. "Aku harap kamu masih menyukai warna pink."

Nala melihat sekeliling kamar dengan tatapan takjub, kakaknya memberikan kamar untuknya, full bernuansa pink. Warna yang ia sukai. "Boneka beruang pink itu sangat cantik." Ia berjalan mendekati ranjang dan meraih boneka beruang pink itu dan memeluknya.

"Sepertimu, kamu juga sangat cantik." Enzo sangat menyayangi Nala. "Mandilah dulu supaya badanmu rileks. Setelah selesai, kamu bisa turun untuk makan malam bersama. Aku akan memesan banyak makanan untukmu."

"Ok, Kak." Nala mengacungkan jempolnya setuju. Ia memang membutuhkan mandi saat ini supaya badannya yang panas menjadi dingin.

Nala tak yakin, cuaca panas yang membuatnya seperti ini atau pria bernama Teo yang membuatnya panas dingin.

"Kakak tunggu di bawah." Enzo mengecup kening Nala kemudian keluar kamar.

Saat hendak turun, Enzo bertemu dengan Teo yang sama sepertinya. Dia hendak menuju tangga turun.

"Selesai dengan cepat?" Enzo tertawa melihat wajah Teo yang kaku.

"Aku belum sempat melakukannya. Nafsuku hilang saat adik kecilmu menerobos masuk begitu saja."

Enzo masih tertawa. "Dia tidak sengaja."

"Ya aku tahu."

"Aku akan memesan makanan. Ajak Veena ikut makan bersama."

"Dia sedang melakukannya sendiri. Biarkan dia puas dulu."

Enzo tertawa terbahak-bahak, ia yakin Veena akan marah-marah padanya nanti karena kesalahan tak sengaja yang dilakukan oleh Nala.

🗝️🗝️🗝️

030724

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top