Prolog
—Don't you try to wanting something that makes you hurt so bad!
Mengingat sebaris kalimat itu membuat mata Nayana mengucurkan kembali air mata. Sudah berapa lama? Dia meninggalkan kehidupan lama untuk menggali kehidupan barunya. Bukannya tenang, dia justru semakin tak terima. Orang lain hidup dengan bahagia—mereka bahagia. Kenapa Nayana harus merasa tak tenang melihat mereka bahagia?
Jangan meminta hal yang menyakitkan itu untuk kembali, Nay!
"Papi aku mau silam, Aiya mo ikut silam!"
Teriakan dari bibir gadis kecil itu terdengar telinga Nayana. Kenapa sudah sebesar itu? Nayana tidak ingat jika dia menyerahkan seorang gadis kecil atau lelaki kecil waktu itu. Dia tidak ingin mengetahui jenis kelaminnya. Dia juga tak mau tahu bagaimana rupanya. Yang Nayana tahu, dia sudah melakukan tugasnya dengan baik dengan bersedia melahirkan bayi itu.
"Boleh siram tanamannya, tapi nggak papi kasih izin main air."
"Ooooooookkkkeeee, Papi!"
Nayana semakin tak tenang. Kenapa semuanya terlihat baik-baik saja? Bukankah jika tak ada sosok ibu dalam sebuah keluarga akan membuat rumah porak poranda? Biasanya akan ada banyak permasalahan di rumah jika hanya ada ayah yang sibuk bekerja. Lalu, apa yang didapati Nayana ini? Semuanya terlihat baik-baik saja, bahkan cenderung keluarga bahagia.
"Ini tanaman kesukaan nenek, kita urus baik-baik, ya."
"Oke, Papi. Tapi nenek, kan, udah nggak ada. Kenapa bunganya tetep dilawat—"
"Aya ...."
"Hah? Papi panggil Aiya?" tanya gadis kecil itu.
Nayana harus pergi! Pria itu sudah melihatnya, bahkan sudah memanggil nama yang biasa digunakan pria itu dulu padanya.
"Aya! Tunggu di sana! Jangan pergi lagi!" seru pria itu.
"Huhuuuu, Papi ... Aiya di ciniiii!" Si gadis kecil menangis karena tak mendapatkan perhatian ayahnya.
"Sayang, papi bukan panggil kamu. Sebentar, ya. Diam di sini. Papi mau panggil mami dulu."
Tanpa menunggu lama, pria itu menghadang langkah Nayana yang ingin pergi. Pria itu berdiri di depan mobil Nayana dan meminta perempuan itu turun.
"Aya, aku nggak akan minggir. Kamu udah dateng ke sini. Kamu harus ketemu sama anak kita!"
Nayana meremas setir kemudi. Dia bingung harus memaksa pergi, atau mengikuti ucapan pria itu untuk menemui putri mereka.
"Kalo nantinya kamu mau pergi lagi, aku nggak akan halangi. Tapi kali ini, jangan sia-siakan kedatangan kamu ke sini dengan pergi lagi. Temui anak kita seenggaknya untuk satu kali."
[Bab 2 dan 3 sudah bisa kalian baca lebih cepat di Karyakarsa. Dengan harga 2000 per bab. Terima kasih dukungan kalian! Oh, ya. Bab 1 gratis udah duluan di sana.]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top