2. Girl's Talk

Sebulan kembali berlalu, dan bisa dibilang aku mulai terbiasa dengan keadaan kelas baruku. Dan aku memang cuma akrab dengan Siera dan Vani, tapi itu lebih dari cukup buatku.

Hingga akhirnya, saat bel sudah berbunyi, Siera masuk ke dalam kelas dengan tampang ditekuk. Aku yang ada di sebelahnya tentu saja merasa penasaran, dan tanpa basa – basi, langsung saja aku menanyakan apa yang terjadi padanya.

“Kamu kenapa sih? Mukamu kok ditekuk gitu?” tanyaku.

“Itu tuh... Si Aldi...” ujar Siera, menyebut nama pacarnya.

“Emang dia kenapa? Masih idup aja kan?”

“Tapi kalo begini rasanya aku pengen dia mati aja!”

“Kenapa coba?”

Siera menceritakan apa yang dia alami. Ini menyangkut dia dan pacarnya, Aldi. Dulu, mereka sekelas, tapi kali ini mereka terpisah. Sepertinya mungkin karena guru banyak yang tau kalau mereka pacaran sehingga kali ini mereka dipisahkan. Yah, alasannya mungkin supaya mereka fokus belajar, tapi terserahlah...

Dan kali ini sepertinya mereka mengalami suatu masalah. Siera selalu bilang kalau Aldi menasehatinya agar dia tidak mendekati cowo lain selain dirinya. Yah, dam kuakui sih dia memang tidak mendekati cowo manapun. Yah, gimana mau, kan ada aku sama Vani yang siap nyenggol dia sambil berbisik “Hei, ntar dimarahin pacarmu loh...”

Tapi apa yang Siera lihat, dan berdasarkan kesaksian sahabtanya yang ada di kelas sebelah, Aldi memang banyak didekati cewe lain, dan bisa dibilang dia agak ngerespon sama usaha cewe itu. Yah, jelas aja Sier marah. Dia berusaha klarifikasi sama Aldi, tapi dia seolah mengelak begitu. Jadilah mereka berdua berantem.

“Pantesan mukamu asem begitu. Kalo aku jadi kamu mah, sama aja kalo. Aku juga bakalan ngamuk sama dia...” ujarku.

“Tuh kan... Terus aku harus ngapain dong?” tanya Siera.

“Putusan aja deh kalian sana! Ngapain juga kalo elu pacaran sama cowo kek gitu, mendingan juga jomblo kayak gue...”

“Tapi kan gue masih sayang sama dia...”

“Iya kali sayang. Kalo gue jadi elu mah, udah gue tinggalin dia...”

“Ada apaan sih?” tanya Vani, yang tiba – tiba muncul di dekat kami.

“Ini nih, si Siera berantem sama Aldi...” ujarku.

“Putus aja dah, putus!” seru Vani.

“Kok gue punya temen tukang provokator semua sih...” komentar Siera.

“Satu, kami jomblo. Dua, elu tersiksa karena pacaran sama dia. Tiga, sebagai jomblo kami merasakan kalo sendiri lebih enak...” ujarku.

“Nah, gue setuju sama elu, La. Kita tos dulu...” ujar Vani, lalu menunjukkan tangannya untuk tos denganku.

Kamipun tos, dan akhirnya Vani bergabung dengan kami. Aku kembali menceritakan soal masalah yang dialami oleh Siera pada Vani, dan akhirnya kami larut dalam pembicaraan.

Yah intinya sih, itu jadi ajang curhat. Siera mengenang masa indahnya saat dia dan Aldi masih pedekate di kelas, kemudian dilanjutkan dengan Vani yang menceritakan beberapa mantannya.

Yah, kalau sudah pembicaraan soal gebetan / pacar / mantan, aku akan lebih banyak mendengarkan. Dan yah... Aku akui aku memang lebih suka mendengarkan karena aku nggak punya banyak hal atau masalah buat diceritakan. Bukan berarti aku nggak punya. Aku punya beberapa, tapi aku nggak menganggap semuanya penting untuk diceritakan.

Dengan bangga, aku mengakui kalau aku belum pernah pacaran seumur hidupku. Aku memang anak yang nggak terlalu suka berteman, dan aku nggak punya banyak teman, terutama cowo. Tapi yah, aku tau banyak soal cinta. Dari membaca, tentunya. Dan jujur aja sih, aku belum pernah tertarik untuk mempunyai pacar.

Bohong sih kalau aku bilang aku nggak pernah suka cowo. Pernah, tapi aku nggak berharap kalau aku akan jadi pacarnya. Dia tau perasaanku aja sudah cukup kok...

“Nah, kalo kamu sendiri, La, ada cerita gak?” tanya Vani, membuyarkan lamunanku.

“Hahaha, jangan tanya. Aku masih nggak punya kisah cinta. Kalian tuh asik banget, udah pernah punya pacar, udah pernah ditaksir orang, udah pernah punya mantan, dan lain sebagainya. Aku mah boro – boro. Mungkin aku pernah suka sama orang lain, tapi aku nggak tau dan gak pernah tau misalnya ada seorang cowo yang menyukaiku. Dan aku sendiri nggak pernah tau gimana rasanya pacaran, gimana rasanya dicariin sama pacar, dan lain sebagainya.” Ujarku.

“Intinya, kamu kepengen punya pacar?” Tanya Siera.

“Nggak sih. Aku cuma... Asik aja gitu, dan heran, kok orang lain banyak banget yang udah pernah merasakan hal seperti itu? Apa masih ada orang yang betul – betul gak pernah pacaran tapi gak pengen pacaran? Heran aja.”

“Iya kali. Kamu kan emang aneh dari sananya.” Celetuk Vani.

“Kuakui aku memang aneh, dan aku bangga akan hal itu.”

Kamipun kembali melanjutkan cerita kami, dam bisa dibilang kali ini pembahasan kami lebih luas, dan tentunya seru.

Susah tau, nyari orang yang bisa menghargai jomblo abadi sepertiku...

~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top