Kakak dan Adik?(03)
'Satu minggu sebelum Aksara pindah'.
" Hah, ini adalah pagi yang cerah seharusnya, tapi......, APA-APAAN INI HAH? ".
Aksara bangun pagi dan menyadari bahwa badan dan kasurnya telah basah bagai kebanjiran. Bagaimana tidak, seluruh badan beserta pakaiannya telah basah kuyup, bahkan air di tempat tidurnya sampai membentuk genangan.
" Ma'af Aksara-kun, kami tak punya pilihan lain, berbagai cara sudah kami lakukan untuk membangunkanmu. Membangunkanmu dengan cara yang biasa tidak mempan, pakai terompet dekat telingamu tidak mempan, mukul drum di dekatmu tidak mempan, mukul-mukul kamu tidak mempan ( oke yang ini rada sadis), bahkan tadi kami sempat buat pilihan terakhir sebelum nyiram kamu pakai air lima baskom."
Yang barusan bicara adalah seorang gadis bernama Kirihara Aya. Dia memiliki wajah yang manis dengan bulu mata yang lentik. Iris matanya berwarna coklat kehitaman. Kulitnya halus berwarna kuning langsat. Rambut lurus bergelombang pun ikut mempercantiknya. Rambutnya berwarna cokelat kehitaman selaras dengan iris matanya. Dia amat manis kalo menurut Aksara, sayang dia sudah punya pasangan. Pasangannya kini berada tepat di sampingnya. Seorang pemuda yang lumayan gagah dan cukup tinggi. Bahkan Aya hanya setinggi bahunya. Pemuda itu bernama Yutsuki sora. Berwajah tampan menurut Aya (ya jelas lah orang dia kekasihnya). Kulitnya memiliki warna cokelat krem. Rambut jabrik warna merah. Dengan iris mata biru gelap yang memberikan kesan kejam. Padahal dia cukup humoris menurut Aksara.
" Sudahlah Aya, Aksara kan memang begitu orangnya. Biasanya saja kalau dia bangun sudah jam delapan. Kita ngebanguninnya jam enam, ya jelas kalau menggunakan berbagai cara bakalan kagak mempan padanya." Ucap Sora.
" Tapi Sora-kun...... " sahut Aya cemas, khawatir Aksara marah.
" Hah, dasar kalian ini, bukannya dengan satu baskom saja sudah cukup? Oh, tadi kalian bilang pilihan terakhir, apa itu?" Tanya Aksara.
" kalau menurutmu dengan satu baskom saja sudah membuatmu bangun, buat apa kita pakai lima baskom HAH? Oh soal pilihan terakhir tadi, gimana ya bilangnya, ehmm......, lempar kamu keluar jendela." Jawab Sora sambil pasang muka polos terbaiknya.
" KA......LIAAN......" ucap Aksara sambil pura-pura marah.
" kabuurrrrrr......" ucap Aya dan Sora bersamaan, lalu kabur sambil gandengan tangan.
Inilah keseharian Aksara ketika bangun pagi, selalu basah kuyup dengan genangan air di tempat tidurnya. Mengenai dua orang tadi, mereka merupakan teman-temannya sesama penghuni panti. Sebenarnya masih banyak, tapi mereka berdua merupakan orang yang paling dekat dengannya. Entah kenapa, ketika bersama mereka, dia selalu merasa nyaman dan tenang seolah tiada beban, bahkan ketika mereka menjahilinya seperti tadi, dia tidak merasa marah tapi malah senang, entah ada apa dengan dia.
Mengenai panti tempat mereka tinggal, panti itu bernama Aeralia. Dan kota tempat pantinya berada bernama Aerotopia. Kota ini berada di ujung selatan dari benua Angkarya Muda, dekat pegunungan Alva. Ada sebuah legenda yang mengatakan, bahwa di pegunungan Alva ada sebuah pedang misterius yang bernama Aiswordia, dikatakan pedang ini mampu membekukan kota hanya dengan sekali ayunan. Tapi rakyat yang ada menganggapnya sebatas legenda, karena mereka beranggapan, bahwa tak ada yang dapat membekukan kota mereka dengan mudah, hanya dengan sekali ayunan, ditambah tak adanya bukti berupa artefak atau sejenisnya, yang menjelaskan keberadaannya. Jadi mereka menganggap sebatas kabar angin semata.
Aerotopia merupakan sebuah kota kecil jika dibandingkan dengan kota lainnya. Tapi tempat ini dijadikan sebagai pusat wisata di seluruh wilayah benua Angkarya muda. Tidak mengherankan kalau hal itu terjadi, sebenarnya kota Aerotopia dikelilingi oleh pegunungan Alva yang puncaknya bersalju, dan padang rumput yang luas, juga hutan yang masih asri. Jadi udara disana masih sejuk nan segar.
Panti asuhan Aeralia, tempat ini berada di ujung kota, dimana lokasi padang rumput berada. Jika melihat dari Aeralia, yang terlihat adalah bentangan padang rumput hijau yang luas beserta bunga-bunga yang menari-nari ketika tertiup angin. Itu baru di bagian depannya, dibagian belakang terpampang hutan lebat dengan pohon berjejer bagai prajurit yang sedang melindungi sesuatu. Dibelakang hutan ada pegunungan Alva yang tampak kokoh berdiri dengan gagah. Satu kilometer kesamping kiri dari panti, berdiri sebuah kota dengan segala hiruk pikuknya, yang tak lain adalah Aerotopia.
Bicara mengenai hutan di belakang panti, hutan itu bernama Rowood. Hutan yang dipenuhi oleh pohon rindang, dan semak belukar, serta beberapa sayuran. Disana juga ada beberapa binatang yang dapat diburu dan dimakan. Tak banyak penjelasan yang di dapat dari hutan tersebut.
Kembali ke kamar tidur Aksara. Aksara baru saja selesai mandi pagi dan mulai berpakaian. Pakaian yang dipakai Aksara cukup sederhana, ia mengenakan kaos polos berwarna putih dengan paduan celana semata kaki berwarna biru tua. Sebenarnya dia juga memiliki pakaian yang lebih bagus, tetapi dia lebih suka mengenakan pakaian yang seperti dia pakai sekarang ini. Meskipun Aeralia merupakan panti asuhan, tetapi tempat itu cukup kaya untuk membelikan pakaian mewah bagi para penghuninya.
Aksara dengan langkah gontai disertai muka suram pertanda masih mengantuk mulai berjalan ke tempat makan. Disana hanya tinggal beberapa piring dan lauk yang tinggal sedikit diatas meja makan. Sepertinya Aksara terlambat lagi, ini bukan hal baru bagi Aksara, malahan seperti kebiasaan baginya. Yah, setiap sarapan dia memang selalu terlambat, bahkan setelah dibangunkan seperti tadi masih saja terlambat. Bisa dibilang Aksara itu cukup pemalas. Meski telah mandi, ekspresi muka Aksara tetap saja seperti baru bangun tidur. Seolah-olah memang seperti itu raut wajahnya yang sebenarnya. Padahal kalau diperhatikan, sebenarnya dia memiliki wajah yang cukup menarik. Dengan kulit putih tidak seperti pemuda kebanyakan, beserta rambut silver yang ikut menghiasnya. Iris mata berwarna merah padam yang menunjukan kesan dingin, dengan proporsi tubuh yang seimbang, tidak kurus juga tidak gemuk, meski tidak terlalu berotot.
" Yo, telat lagi rupanya si pemalas ini" ucap seorang wanita di belakangnya .
" Nada menghina ini? Tidak salah lagi, perempuan yang paling ditakuti, the queen killer " ucap Aksara tanpa rasa bersalah.
" Wahh teganya, lihat saja nanti siapa yang tidak mendapat makan malam." Ucap wanita itu lagi.
" Maaf Ayama-san, kau tahu kan, aku Cuma bercanda......" kata Aksara sambil pasang muka memelas.
" Tak ada ma'af bagimu nak huahaahahahah..." balas wanita yang dipanggil Ayama tadi dengan muka bengis yang dibuat-buat.
Ayumi Ayama, seorang wanita yang bekerja dan tinggal di panti itu juga. Wanita muda yang baru berumur dua puluh lima tahunan, dengan wajah manis dan selera humoris yang tinggi, tapi kadang suka garing kalau bercanda hingga jadi bahan tawaan Aksara dan teman-temannya. Rambut pirang dan tubuh proporsional semakin menunjang penampilannya.
" Ayama-san kalau tertawamu begitu, nanti tak ada yang mau deketin loh" canda Aksara.
"mooouu Aksa-kun, tapi kan masih ada kamu......"
" Apa Ayama-san yakin kalau aku mau, hhehehehhe..." goda Aksara.
" Dasar Aksa-kun, huft..." dengan muka cemberut dan pipi menggembung.
" hahahaha Ayama-san mukamu lucu,..."
" Huh dasar Aksara, berhentilah bercanda, nanti kalau Ayama-san marah bisa bahaya loh, bisa-bisa kita puasa satu minggu gara-gara ulahmu" kata Sora yang tiba-tiba muncul dibelakang mereka.
"hahahaha, iya-iya maaf, tidak tahan aku kalau tidak menggodanya satu kali saja."
" kamu juga Ayama-san, mau saja digoda Aksara."
" Mau gimana lagi, soalnya Aksa-kun adik manisku sih..." sambil mencubit pipi Aksara. Membuat wajah Aksara yang terkesan dingin menjadi bersemu merah.
Bukan rahasia lagi kalau mereka begitu akrab, mereka berdua sudah saling menganggap diri mereka bagai adik kakak, meski bukan saudara kandung, setidaknya itu dapat mengisi kekosongan hati Aksara. Aksara menganggap Ayama sebagai kakaknya yang selalu merawatnya, dan Ayama menganggap Aksara sebagai adik kecilnya padahal umurnya sudah 18 tahun. Ayama juga sudah mengetahui tentang penemuan Aksara kecil di depan panti. Dia sudah merawat Aksara sejak Aksara masih berumur dua tahun. Pada saat itu Ayama baru berumur 10 tahun, tapi dia begitu senang ketika disuruh merawat Aksara kecil. Dan sejak saat itu Ayama menganggap Aksara sebagai adik kecilnya.
" Aksa-kun, kan sudah kubilang untuk memanggilku one-chan, kenapa kamu selalu menolak memanggilku dengan panggilan itu sih?"
" Baik one-sama" canda Aksara lagi.
" ONEE-CHAN Aksa huft......" 'pletak' geramnya sambil menjitak kepala Aksara.
" Adauw...... iya-iya onee-chan" sambil mengelus kepalanya yang masih terasa sakit.
" Yeeee gitu dong..." ucap Ayama tersenyum bahagia.
" Huh...... ini dua orang, kalau sudah bersama lupa sama keadaan sekitar. Apa kalian lupa kalau aku masih ada disini? Maa, tak apa lah, setidaknya ini bagus kalo dijadikan tontonan." Kata Sora yang kelihatannya mereka lupakan keberadaannya.
""Pletak"" langsung dihadiahi bogem special dari mereka berdua.
"Ngomong-ngomong Aya-chan mana?" yang tadi bersuara adalah Ayama, yang sedang menyiapkan minuman untuk mereka bertiga.
" Aht, dia tadi lagi mandi, dia menyuruhku kesini duluan. Tahukan kalau dia mandi lamanya minta ampun." Ucap Sora.
" Oh itu hanya pencegahan agar kamu tidak mengintipnya, kamu nanti tidak akan bisa tidur kalau kamu sudah lihat dia mandi. Kamu akan terus-terusan membayangkan ini dan itu kepadanya lalu,lalu...... 'pletak'." Jawab Aksara seenaknya dan dihadiahi bogem oleh kakak perempuannya.
" Hayoo, tidak baik loh, kalau membayangkan seorang gadis yang lagi mandi. Kalian mesum. Aksa-kun mau lihat nee-chan kalau lagi mandi? boleh kok..." kata Ayama sambil berpose menggoda di depan Aksara.
" Memangnya boleh onee-chan?" Tanya Aksara antusias, tapi tetap saja ekspresinya datar seperti biasanya.
" Akhirnya kamu mau manggil onee-chan, senangnya ^_^" jawab Ayama sambil nyubit pipi Aksara lagi " boleh kok, asal Aksa-kun harus pakai penutup kepala sepuluh lapis dulu, lalu diikat tangan dan kakinya, hehehehe ." lanjut Ayama dengan senyum mengembang di bibir indahnya. Disusul muka cemberut dari Aksara, ini adalah kejadian langka dari Aksara yang mukanya selalu datar tanpa ekspresi, biasanya kalau ada Aya, pasti sudah diabadikan momen itu. Kalau Sora masih saja sibuk membayangkan kekasihnya itu sedang mandi, kelihatannya ini efek dari ucapan Aksara tadi. Kalau ada Aya pasti sudah dihadiahi bogem spesial.
Sementara itu di suatu tempat di lembah pegunungan Alva.
[ Thunder bold ] teriak seorang gadis berambut kuning bertubuh bak model dengan keras. Tiba tiba muncul lingkaran sihir berwarna kuning yang bersinar terang di bawah kaki gadis itu. Lingkaran sihir itu berputar semakin cepat dan akhirnya muncul sambaran petir skala besar dari tubuh gadis itu dan menyambar tubuh seekor naga hitam.
Tubuh naga itu terkena serangan telak dari gadis itu. Setelah petir mulai mereda, tubuh naga itu mulai terlihat. Mengejutkan, begitulah pikiran gadis itu, bagaimana tidak? Setelah menerima serangan skala besar seperti tadi, hanya kulit luarnya saja yang tergores. Tubuhnya sama sekali tidak mengalami luka berarti, padahal gadis itu sudah mulai kelelahan dan nafasnya terasa berat. Naga itu mulai bangkit dan akan melakukan serangan balasan. Distorsi cahaya mulai berkumpul dimulut naga dan semakin memadat, membentuk bola hitam seukuran bola basket. Naga itu menggigit bola hitamnya dan akan ditembakkan melalui mulutnya, tetapi sesaat sebelum naga itu melakukan serangan, datang serangan berupa bola api ukuran besar mengarah ke sisi samping naga itu. Sang naga membatalkan serangannya dan mulai terbang menjauh karena tahu akan berbahaya jika terkena serangan seperti itu. Si gadis selamat dari bahaya untuk sementara.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top