LG-0
Katanya, masa remaja itu fase yang paling indah dalam hidup. Lalu, kenapa ada mereka yang sudah tak ingin hidup meski usia masih belasan?
Seorang cowok berjalan dengan santai meski hujan yang diselingi gelegar petir terus mengguyur tubuhnya. Sepasang matanya yang hitam kelam memandang ke depan, pada tempat nun jauh di sana.
Kepalanya teramat riuh sehingga mulutnya berkali-kali mendesis jengkel. Rambutnya yang hitam legam jatuh menutupi pandangan, lepek terkena air.
Persetan dengan yang namanya keadilan kalau dari kecil manusia sudah diberi trauma mendalam dan hal-hal berharganya telah direnggut.
Dia melompat, lalu menuruni anak tangga yang sedikit licin. Beberapa langkah berikutnya, cowok jangkung itu diam mematung.
Hujan berubah gerimis, tetapi hawa dinginnya tetap menusuk. Untung tubuhnya sudah kebal akan dinginnya malam dan teriknya siang.
Di depan sana, seorang cewek berjaket hitam tengah berteriak-teriak bak orang gila.
Si cowok diam saja, menyimak sambil setengah menikmati.
Andai hujan sudah berhenti, dia ingin duduk santai sambil mengisap rokok. Jarang sekali dia melihat pemandangan ini.
"Kupikir hidupnya sudah paling sempurna sampai selalu membuatku iri, ternyata nasibnya tak jauh berbeda denganku." Lantas dia tertawa singkat.
Tawa yang hampa. Tawa penuh cercaan.
"Tuhan, kenapa? Kenapa Kau tetap membiarkanku hidup saat aku sudah tak menginginkan kehidupan? Aku hanya ingin mati! Aku hanya ingin merasakan kedamaian yang abadi!"
Tangis pilu cewek itu pecah.
"Tuhan, kalau cara recehku kemarin untuk menjemput kematian berujung kegagalan yang memalukan, maka biarkan percobaanku kali ini berhasil. Karena ... AKU SUDAH LELAH, TUHAN! AKU SUDAH LELAH JADI MANUSIA, DAN GAK ADA SATU PUN YANG NGUTUK AKU JADI BATU!"
Sepersekian detik berikutnya, cewek yang tengah berdiri di atas batu besar di tengah sungai itu nekat melompat.
Suara benturan benda dan air mengejutkan si cowok yang sejak tadi asyik menyimak.
Sial, dia terlambat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top