✂.... life after break up-chapter 05

“Eh, buset!” Johnny dikejutkan oleh Taeyong yang seharian ini hanya bermalas-malasan di kos-kosannya. Sambil berdecak pelan, Johnny menarik jempol kakinya supaya si teman terbangun. Sudah genap satu minggu laki-laki ini menginap di tempatnya dan sudah genap dua kali dia bolos kuliah. Teman-teman di kampus yang merasa kehilangan sosoknya sontak membombardir Johnny dengan pertanyaan serupa yang menanyakan keberadaannya.

Tumben teman lo bolos. Ke mana tuh, anak?

Iya, betul. Tumben sekali anak itu bolos kuliah, enggak kayak biasanya. Taeyong bukan mahasiswa yang hobi membolos kuliah. Dia termasuk mahasiswa rajin dan aktif yang absen kuliah kalau ada urusan penting saja, misal kalau ada kegiatan organisasi atau ketika Jisoo kalau lagi bolos kuliah. Lalu tumben banget dua hari belakangan ini dia bolos kuliah hanya untuk bermalas-malasan di atas kasur saja.

“Lo dicariin Momo tadi.”

“Menurut lo gue cowok apaan, John?”

“HAH?” Johnny kontan menatapnya bingung. Aneh banget tiba-tiba dikasih pertanyaan begitu. Manalagi pertanyaannya tidak relevan sama pernyataan Johnny barusan. “Gue harus jawab apa?”

Taeyong mengidikkan bahu, tak tahu-menahu. Sebetulnya dia juga bingung ingin mendapatkan jawaban sebagaimana, tapi di satu sisi Taeyong kepingin tahu di mata temannya ini dia cowok seperti apa. Apakah itu mengarah ke hal-hal baik atau hal-hal buruk. Taeyong ingin mendengar pendapat Johnny tentang dirinya.

“Misal lo sebagai cewek dan gue sebagai cowok lo. Menurut lo gue cowok yang kayak gimana?”

“Hmm,” Johnny bergumam cukup panjang. Memikirkan kembali perkataannya seraya menilik sosok temannya melalui sudut matanya. Mengamati lamat-lamat sosok Taeyong yang serba acak-acakan dan pastinya, belum mandi. “Kalau gue cewek dan cowok gue modelan kayak lo. Yang pasti sih, gue bahagia.”

“Jawaban lo nggak serius amat,” komentarnya.

“Makanya dengerin dulu sampai akhir,” balas Johnny lalu mendengkus pendek. “Sebagai cewek, pastinya gue akan bahagia punya cowok modelan kayak lo—ini realitanya, ya. Secara muka lo itu oke, nggak malu-maluin, dan lo juga nggak jorok—yeah, kecuali hari ini lo jorok banget!”

Dari penjelasannya ini tidak ada kata-kata yang menarik minat Taeyong untuk diulik lebih jauh lagi. Semuanya terdengar kosong dan tak berarti apa-apa baginya karena sering mendengar ucapan serupa dari orang berbeda.

“Lo tau kan, gue benci orang jorok,” lanjutnya lagi sambil menatap jijik Taeyong yang seharian ini belum mandi. Johnny sangat menjunjung tinggi kebersihan dan dia paling benci sama orang yang belum mandi. Baginya orang-orang belum mandi itu jorok. Sama joroknya seperti orang-orang yang tidak pernah memakai deodorant untuk aktivitas sehari-hari. “Itu kelebihan lo—sebenarnya masih ada lagi cuma gak perlulah gue jabarin semua, ntar lo kegeeran lagi.”

Taeyong memutar bola matanya jenuh lantaran Johnny terus-terusan mengatakan hal-hal yang membosankan, bukan sesuatu yang sangat ingin dia dengar.

“Kekurangan lo tuh, paling lo terlalu baik sama cewek dan saking baiknya sampai lo lupa buat ngasih batasan ke mereka. Makanya banyak cewek yang ngerasa lo milik bersama. Terus hal yang paling gue benci dari lo itu, lo tukang pelupa!” Tatapan mata Johnny terlihat serius kali ini. “Jujur deh, Yong. Gue nggak suka sama sifat lo satu ini. Lo tuh, apa ya, gampang melupakan sesuatu gitu dan sering menyepelekan janji. Kalau lo udah fokus ngerjain sesuatu, lo pasti bakalan lupain hal-hal lainnya.”

“Gue ngasih batasan ke mereka kok. Gini-gini gue juga tahu diri,” timpalnya. “Dan masalah lupa ... no comment.”

“Adakalanya lo lupa buat ngasih batasan. Gue jadi cewek lo pasti cemburu tiap waktu.” Membayangkan dirinya di posisi cewek Taeyong langsung membuatnya merinding ngeri. “Jangan no comment, Bro. Kalau bisa perbaiki tuh sistem ingatan jangka panjang lo yang payah. Mikirin gini gue jadi kasihan sama diri gue sendiri kalau jadi cewek lo.”

“Beruntungnya lo bukan cewek gue.”

“Ya, untung gue cowok,” tandasnya.

Taeyong tak tertawa namun samar-samar ia mengangguk setuju. Menyetujui pernyataan Johnny persoalan sifat pelupanya. Ingatan jangka panjangnya memang payah—yeah, sedikit, karena selebihnya dia mudah melupakan sesuatu kalau sudah fokus mengerjakan sesuatu. Persis sama apa yang dikatakan Johnny barusan. “Terus kenapa Jisoo putusin gue? Masalah ini bukan sekali atau duakali. Gue yakin dia pasti ngerti. Dan seingat gue, setiap kali kita berantem, dia enggak pernah sampai sejauh ini dengan mutusin gue.”

“Dia udah bosan sama lo tuh, makanya minta putus.”

“Alasan nggak masuk akal!” gerutunya tak terima karena merasa diputusin secara sepihak.

Johnny terhenyak saat mendengarnya. Lalu buru-buru mengatakan, “Kalau gue jadi Jisoo pasti juga minta putus. Gue pasti nggak betah punya cowok kayak lo yang terlalu baik sama cewek lain dan pelupa. Enggak heran si Jisoo cemburan mulu sama lo. Gue juga pasti bakalan begitu juga.”

Sebaliknya Taeyong berpendapat lain. “Enggak, lo salah. Selama ini dengan masalah sama, dia nggak pernah sampai minta putus. Baru-baru ini aja dia minta begitu. Dan entah kenapa gue ngerasa kalau dia cuma cari alas-alasan doang biar bisa putus dari gue.”

“Jawaban gue masih sama, Bro. Dia bosen sama lo, makanya minta putus! Atau mungkin dia udah punya gebetan lain. Who knows, kan? Terlebih kalian beda kampus. Siapa tahu di kampusnya ada cowok yang lebih baik dari lo lagi deketin dia.”

Sekali lagi Taeyong menggeleng tak sependapat. “Lo nggak kenal Jisoo, sih. Mau ada cowok yang lebih baik dari gue sekalipun, kalau dia cuma suka sama gue, gue jamin dia nggak bakalan mau dideketin.”

“Dih. Percaya diri amat lo.”

“Gue cowoknya, John. Gue harus percaya diri karena dengan begini gue bisa percaya sama cewek gue.” Taeyong tetap bersikukuh dengan pendapatnya. “Feeling gue nggak pernah salah. Gue yakin dia cuma alas-alasan doang buat putus.”

“Ya, ya, terserah lo. Kalau lo sepercaya diri itu, minta rujuk sana daripada ngegalau nggak jelas di tempat gue.”

Obrolan mereka akhirnya berhenti di situ begitu Johnny mengomel karena merasa terganggu dengan aktivitas menggalau Taeyong di kamar kos-kosannya. Taeyong bisa saja pulang ke rumah saudaranya kalau memang tidak punya tempat tinggal sementara semenjak diusir dari kos-kosannya oleh Jisoo. Sayangnya, laki-laki itu lebih betah tinggal di kos-kosan sang teman daripada rumah sang saudara.

Bukan cuma Taeyong doang yang hari ini bolos kuliah, Jisoo juga bolos kok. Beda dari Taeyong yang seharian ini bolos kuliah cuma hanya bermalas-malasan di atas kasur saja. Jisoo dari pagi jam enam sudah bangun, mandi, beres-beres kamar, dan mengantarkan pakaian kotornya ke laundry sebrang depan persis kos-kosan. Terus jam 10-an dia mulai mengerjakan revisi skripsinya hingga pukul 11 siang dia berhenti gara-gara dadanya sesak dan perutnya melilit. Dia lalu memilih untuk beristirahat sementara sampai rasa sakit itu mereda.

Lagi-lagi dia lupa sarapan. Semalam juga dia lupa makan. Makanya asam lambungnya kambuh. Terus ditambah ini hari pertamanya menstruasi, jadi lengkap deh, penderitaannya. Jisoo meringis sambil mencengkram erat perutnya yang sakit.

Alasan sebenarnya dia bolos karena merasa nggak mood kuliah sewaktu hari pertama mens. Alasan lain karena dia masih takut bertemu Bu Dany di kelas—kebetulan mata kuliah hari ini dosen pengajarnya Bu Dany, dosen pembimbingnya. Jisoo takut selesai kelas nanti Bu Dany menanyakan progress skripsinya sampai mana soalnya dia sudah dua kali absen ikut bimbingan. Daripada terjebak ke dalam masalah yang diperbuat sendiri, ada baiknya membolos saja ketimbang kerepotan membuat alasan.

Saat dirasa sakit perut dan dadanya merada, Jisoo mulai merasa bosan. Biasanya kalau dia bolos kuliah, Taeyong pasti ikutan bolos juga. Dan kebalikan dari Taeyong yang jarang bolos, sebetulnya Jisoo sering menggunakan jatah 3x membolosnya selama kuliah ini. Diam-diam Jisoo sering bolos kuliah bareng Bona tanpa sepengetahuan Taeyong soalnya kalau dia tahu, Taeyong pasti ikut bolos juga.

Sayangnya, hari ini Bona enggak bisa diajak bolos kuliah jadinya Jisoo bolos sendirian. Mereka kalau bolos kuliah biasanya suka pergi ke kafe, toko buku, atau ke mall nonton bioskop terus habis itu belanja skincare sama makeup. Atau menghabiskan waktu membolos dengan bermalas-malasan di kamar kos-kosan Bona sambil menonton film horor bareng. Sebaliknya, kalau dia bolos kuliahnya bareng Taeyong pasti enggak jauh-jauh dari pergi kulineran—Taeyong itu hobi makan dan Jisoo suka diracuni banyak jenis makanan sama dia—atau enggak, bermalas-malasan di kos-kosan sambil main monopoli berdua.

Tidak ada siapa-siapa yang bisa diajak bersenang-senang selama membolos kuliah, akhirnya Jisoo memutuskan untuk quality time menonton bioskop sendiri. Kebetulan salah satu film yang ditunggu-tunggu sedang tayang.

Jisoo kemudian meloncat turun dan bersiap-siap untuk pergi menikmati quality time-nya yang berharga.

“Untung nggak ramai,” gumamnya setibanya di bioskop beberapa jam kemudian.

Pas sekali dia tiba di lokasi ketika jadwal tayang filmnya mau dimulai beberapa menit lagi. Jisoo membeli satu tiket dan satu paket cemilan untuk persiapan menonton nanti. Setelah mendapatkan tiketnya, dia masih sempat memotret tiket filmnya lalu mengupdatenya sebelum masuk ke studio dua.

Berhubung pergi menonton bioskop sendiri, dia lebih nyaman kalau duduk di bangku belakang. Kalau ada teman nonton biasanya dia duduk di bangku tengah antara D atau E.

Ponselnya bergetar menandakan adanya notif masuk. Satu pesan baru hadir dari pengikuti akun sosmednya. Jisoo yang telah duduk langsung membuka balasan dari Seolhyun yang mengomentari story terbarunya.

✂....

@seeolnaa
Double date, nih?

???

Eh, ternyata lo nonton sendiri
Kirain double date bareng Johnny

Hehe nggak kok

Kok jahat

Maksudnya?

Cowok lo jahat
Masa dia nonton sama teman-temannya, tapi biarin lo nonton sendiri
Kalau bukan jahat apalagi namanya?
Padahal kalian nonton film yang sama
Jahat bangeet!

✂.....

Seolhyun belum tahu kalau dia sudah putus sama Taeyong. Maka wajar apabila gadis itu menganggap Taeyong jahat karena pergi menonton film bersama teman-temannya ketimbang bersama kekasihnya. Meski begitu, Jisoo tak berniat untuk membela laki-laki apalagi memberitahu Seolhyun kebenaran dari hubungannya bersama Taeyong.

Padahal kalian nonton film yang sama.

Sebab satu kalimat ini telah menorehkan rasa sakit hati, merayap hingga dadanya sesak, dan tanpa sadar kini air mata meluncur dari pipinya menetes ke dagu dan mendarat di pangkuan. Film yang sama. Taeyong pasti tidak ingat kalau dari dulu Jisoo selalu ingin menonton film tersebut di bioskop bareng dirinya. Padahal, Jisoo selalu menagihnya, tapi laki-laki itu suka melupakannya.

Lalu ketika mendengar laki-laki itu sedang menonton film tersebut bersama teman-temannya, Jisoo jadi sakit hati dan merasa telah dibodohi.

Siapa yang jahat? Sebenarnya tidak ada karena bukan salah Taeyong kalau kebetulan dia menonton film itu bersama temannya. Mungkin saja dia tidak ingat. Tapi entah mengapa Jisoo merasa sedang dikhianatai.


.... Meski raga ini tak lagi milikmu
Namun di dalam hatiku sungguh engkau hidup
Entah sampai kapan, kutahankan rasa cinta ini.

👆 potongan lirik lagu NaFF hehe ya itu pokoknya 😌

Tambahan info: untuk side story “The Day I Ruined Your Life” updatenya diundur. Mohon sabar menunggu 🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top