Permainan Yang Sesungguhnya

Happy reading,maaf typonya banyak

Seorang wanita cantik dan seksi berjalan beriringan dengan pria tampan memasuki sebuah perusahaan besar. Semua orang memandang mereka penuh kagum terutama pada sang wanita yang memiliki tubuh bagaikan model terkenal. Pinggul ramping, dengan lekukan yang pas pada tempatnya, bukan hanya itu wajah cantik dan bibir merahnya begitu menarik perhatian setiap orang yang melihatnya. Jika para lelaki melihatnya penuh kagum, berbeda dengan para wanita yang menatapnya iri.

"Jangan lakukan apa pun di luar batas Jae hyun"

"Aku mengerti"

Mereka memasuki sebuah ruangan tempat direktur JK Group, setelah mendapatkan izin mereka masuk ke dalam dengan di temani reseptionis.

"Tuan kim perwakilan dari LiHan Group sudah tiba"

"Persilahkan mereka masuk"
Tuan kim Sang Joon berdiri dari duduknya.

"Terimakasih kalian sudah mau berkunjung ke perusahaan kecil kami, aku tidak menyangka bisa bekerja sama dengan LiHan"

"Anda sangat rendah hati tuan kim, proposal yang anda ajukan sangat menarik bagi kami. Benar-benar rinci sampai kami tidak bertanya lagi, hanya dengan melihatnya saja kami sangat paham. Sayang sekali saat meeting aku tidak bisa datang"

"Tuan Lee Yeong Jae itu tidak masalah, kami sangat senang anda sudah menerima kerjasama dengan perusahaan kami" Tuan Kim memandang Jae Hyun yang sedari tadi hanya diam.

"Apa nona ini sekertarismu?"
"Ohh iya, dia sekertarisku namanya Han Jae Hyun" yeong jae memperkenalkan Jae Hyun, sedangkan jae hyun hanya menundukkan kepalany sekejap sebagai tanda hormat.
Tanpa mereka sadari senyum kebencian terukir tipis di bibir Jae Hyun.

'Aku tidak akan melepas kalian lagi' gumamnya menatap Kim Sang Joon yang tertawa.

###

Kim Bum sedari tadi hanya memainkan penanya, meski mereka sedang berdiskusi masalah pekerjaan tapi pikirannya melayang jauh dari topik.

"Bagaimana apa anda setuju Tuan Kim?" Kim bum yang melamun segera memfokuskan kembali pikirannya.

"Apa?" Hanya satu kata itu yang keluar dari bibir kim bum membuat so eun dan tuan park saling berpandangan.

"Maaf aku kurang berkonsentrasi hari ini"

Kim bum mengusap wajahnya pelan, Semenjak kejadian kemarin lebih tepatnya saat makan siang pikirannya terus mengingat perkataan Jong Hyun. Entahlah seharunya kim bum tidak perlu mempermasalahkan apa pun toh saat ini ia dan so eun tidak sedang memiliki hubungan. Jadi untuk apa kim bum memikirkan perkataan JongHyun.

Tapi bagian hati kecilnya tidak bisa berbohong jika ada sesuatu yang mengganjal. Perasaan tak suka selalu terselip dalam hatinya saat mengingat perkataan JongHyun.

Pikiran dan hatinya sepertinya tidak bisa bekerjasama dengan baik, pikirannya menolak tapi hatinya menerima.

"Bum~ah kau tidak makan?" So eun menatap kim bum yang tidak menyentuh makan siangnya sejak tadi, entah apa yang kim bum lamunkan sejak di kantor tadi samapai sekarang membuat so eun jadi penasaran.

"Kau tidak suka dengan makanannya?" So eun kembali bertanya saat kim bum hanya bungkam dalam diam.
Melihat kim bum yang mengabaikannya so eun jadi cemberut ia meletakkan alat makannya perlahan dan menatap kim bum.
"Yaakkk ada apa denganmu? Kenapa mengabaikan aku seperti itu? Kau pikir aku ini batu?" Kesal so eun. Bukannya menjawab tapi kim bum tetap bungkam, tidak berniat menyahut satu pun pertanyaan kim so eun.

"Baiklah jika kau masih tidak mau bicara aku akan..."

"Apa kau menyukai Lee JongHyun?"

Belum sempat so eun menyelesaikan perkataanya pertanyaan kim bum membuatnya kaget. Apa sedari pagi kim bum memikirkan hal ini? Apa dugaannya kemarin benar jika sikap aneh kim bum kemarin mencerminkan bahwa dia cemburu? Bolehkah so eun tertawa lepas saat ini, oh astaga kenapa perutnya seperti digelitik kupuk-kupu.sedangkan kim hum Jangan tanyakan keadaannya saat ini, bisa dilihat jika wajah kim bum memerah kenapa bisa bibirnya menghianati pikiran.

Kenapa pertanyaan bodoh seperti itu yang keluar dari mulutnya? Andai waktu bisa diulang ia ingin sekali mengganti pertanyaan bodoh itu.

"Jadi itu yang kau pikirkan sejak tadi pagi?"

Skakmat. Kim bum harus jawab apa sekarang? Mengelak pun percuma, so eun tidak akan percaya. Ia akan terus mendesak kim bum untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Tidak usah dijawab itu juga tidak penting untukku" entah mengapa saat mengatakannya hati kim bum seolah kecewa tapi pikirannya terus menepis perasaan itu.

"Biar hatimu yang memilih, jangan biarkan pikiranmu mengganggu"

Kata-kata itu kembali terngiang dalam pikiran kim bum.

"Kenapa kau bersikap aneh seperti itu? Jika kau sedang cemburu katakan saja jangan malu-malu seperti remaja yang beranjak dewasa. Apa salahnya mengatakannya" Jujur Kim bum ingin menyumpal bibir so eun agar berhenti bicara, bisakah wanita ini tidak membuat moodnya buruk.

"Aku sudah selesai makan" so eun melihat kim bum berdiri dari dudukny. So eun tau jika kim bum sedang menghindari pembicaraan tadi, sepertinya mood kim bum tidak baik so eun tau itu.

So eun berdiri ingin membantu kim bum kembali ke kantor percuma saja berdebat dengan kim bum jika moodnya sedang buruk seperti ini. Mengalah adalah pilihan tepat yang bisa so eun putuskan. Sebuah suara menghentikan langkah mereka sebelum keluar restaurant.

"Senang bertemu dengan anda Tuan Kim Sang Bum" wanita cantik itu menatap Kim Bum  dengan senyum lebar.
"Kau siapa?"
"Saya adalah perwakilan LiHan group, Han Jae Hyun. Sepertinya mulai sekarang kita akan sering bertemu" kim bum hanya tersenyum mendengarnya, sedangkan so eun hanya menatap tajam wanita itu. Bolehkah so eun jujur jika ia tidak menyukai wanita itu, dari caranya menatap kim bum saja so eun sudah bisa merasakan hal buruk. Baiklah katakan saja so eun takut kehilangan kim bumnya, tapi suara wanita itu mengingatkan dia terhadap seseorang. Tidakk,,ini tidak mungkin. Bisa saja ia salah, buktinya wajah wanita itu dan Jae Hyun sangat berbeda.

"Mohon kerjasamanya" ujar kim bum ramah. Jae Hyun melirik so eun sekilas, ia hanya memberikan pandangan sinisnya.

"Saya permisi dulu tuan Kim, presdir sudah menunggu saya. Sampai jumpa besok" Jae Hyun berjalan meninggalkan Kim Bum dan So Eun memasuki restaurant. So eun terus menatap kepergian wanita itu, meski tadi so eun tersenyum ramah saat Jae Hyun menatapnya tapi wanita itu sama sekali tidak menyembunyikan perasaan tak sukanya pada so eun.
Hal itu membuat so eun semakin takut hal buruk akan terjadi, tatapan wanita itu penuh kebencian. So eun harap perasaan dan dugaannya kali ini salah.

"Eun,,so eun,,so eun,,KIM SO EUN" bentakan kim bum menyadarkan  so eun dari pikirannya.

"Ahh iya"

"Apa yang sedang kau pikirkan? Dari tadi aku memanggilmu." So eun tau jika kim bum khawatir padanya, so eun teralu hafal akan sikap kim bum.

"Maafkan aku, ayo lebih baik kita kembali ke kantor saja" tanpa banyak protes kim bum hanya menuruti kata so eun. Saat so eun membantu kim bum masuk ke dalam mobil pun ia tidak protes seperti biasanya.

###
"Aku menang" teriak taemin girang.

"Key kau kalah lagi? Ckckckck payah sekali" onew mengelengkan kepala saat key kalah untuk sekian kalinya dari Taemin.

"Yaakk kenapa bisa begitu? Aiishh" key mengacak rambutnya frustasi.
"Hyung sepertinya kau harus mengakui ketangguhan Taemin kali ini,"

"Mwo? Yang benar saja? Ini hanya kebetulan" Key menatap Taemin dan Minho jengkel
"Mana ada kebetulan terus-menerus?" Minho tertawa melihat wajah kusut Key.

"Key Hyung" Taemin tersenyum evil pada Key, digenggamnya sebuah lipstik merah du tangan kanannya. Ya Tuhan cobaan apa lagi yang harus Key alami sekarang. Lihatlah wajahnya sudah hampir penuh dengan coretan lipstik merah, dan sekarang Taemin ingin menambahkan coretan lagi pada wajah tampannya?.
Astaga key nasibmu kali ini kurang beruntung.

"Aku tidak mau main game lagi, dan tolong jauhkan benda sialan itu sekarang." Ujar key menunjuk lipstik yang di genggam Taemin. Bukannya menuruti perkataan Key Taemin hanya tersenyum makin lebar, di kedipkan sebelah matanya pada Onew dan Minho.

Mengerti akan maksud dari Taemin Minho dan Onew menatap Key dengan senyum lebar. Jangan kira Key tidak tau niat mereka semua, jadi sebelum mereka beraksi key memutuskan untuk kabur. Dengan cepat Key berdiri dari duduknya ingin berlari ke kamarnya tapi gerakkannya kalah cepat dari minho yang sudah menarik kerah belakang bajunya dengan cepat.

"Onew Hyung " hanya dengan gerakan kepala saja Onew sudah mengerti maksud Minho. Dengan cepat Onew menahan kaki Key, sedangkan minho menahan tangan Key. Taemin yang melihat musuhnya tak berdaya segera melancarkan seranganya. Dilukisnya wajah tampan Key secara perlahan.

"Andwee,, jangan aku tidak mau" key mencoba memalinhkan wajahnya agar Taemin berhenti tapi Taemin tetap gencar melakukan serangannya.

"Yaakkk apa yang kalian lakukan?" Teriakan so eun menghentikan aksi mereka. Onew dan Minho melepaskan pegangan mereka pada Key, begitu pula Taemin yang menghentikan acara melukisnya. Merasa terlepas dari jeratan maut Key segera berlari kearah So Eun.

"Noona mereka membully ku." Adu Key. So eun yang di peluk oleh Key merasa kaget, dilepasnya pelukan key. Jangan kira so eun akan iba saat melihat wajah Key yang penuh coretan tak jelas. Saat melihat wajah key, so eun berusaha menahan tawanya.

"Aduhh kasihan sekali adikku yang tampan" hibur So Eun. Key yang merasa So Eun perduli padanya semakin bersikap manja di peluknya lagi so eun, jarang-jarang ia bisa bermanjaan dengan kakaknya ini.

"Noona harus menghukum mereka ya" key menyandarkan kepalanya di bahu so eun.

"Nanti akan aku hukum mereka, sekarang bersihkan dulu wajahmu. Ayo" so eun menggiring Key ke kamarnya. Sebelum menaiki tangga tanpa menoleh kebelakang So Eun mengacungkan jempolnya. Merasa so eun mendukung aksi mereak Onew Taemin dan Minho bersorak bahagia. Biasanya yang sering dibully oleh Key adalah Taemin, mereka tidak pernah akrab jika bersama. Berbeda dengan Minho dan Onew yang selalu jadi penengah. Sejujurnya Key sangat menyayangi Taemin, saat Taemin sakit Key lah orang pertama yang akan merawatnya.

Pernah dulu saat Taemin sakit Key sampai rela meninggalkan pelajarannya hanya demi memastikan keadaan adiknya. Meski ia tau resiko yang akan ia tanggung setelahnya tapi ia tidak perduli.

"Noona kau ada masalah? Kau terlihat murung" Key memperhatikan raut wajah So Eun yang tidak seperti biasanya.

"Aku baik-baik saja" So eun berusaha memberikan senyum manisnya.
"Aku semakin khawatir saat noona mengatakan hal itu. Kau bisa cerita masalah apa pun padaku". So eun terharu melihat Key bersikap dewasa, biasanya ia akan bersikap kekanakan dan manja berbeda dengan sifatnya saat ini. So eun membuang kapas dan tissue bekas membersihkan wajah Key, dan ia duduk di samping Key dengan wajah sedih.

"Aku hanya mengkhawatirkan hal yang tidak masuk akal"

"Apa itu?"

"Aku hanya merasa hal buruk akan terjadi, saat melihat wanita itu aku menjadi tidak tenang" Key melihat wajah sedih so eun, dirangkulnya pundak so eun agar kakaknya itu merasa lebih baik.

"Tenang saja, kami akan selalu melindungimu. Apa noona lupa jika memiliki bodyguard-bodyguard tampan." So eun tersenyum lebar, di saat seperti ini Key memang bisa membuat moodnya menjadi lebih baik.

Merasa So Eun sudah lebih baik key melepaskan rangkulannya dan merebahkan dirinya di kasur empuk yang sejak tadi mereka duduki.
"Aku jadi penasaran dengan wanita yang bisa membuat noona ku sekhawatir ini" Key menatap langit-langit kamar. So eun merebahkan tubuhnya di sampjng Key melakukan hal yang sama seperti adiknya lakukan. Sudah sejak lama mereka tidak melakukan hal itu bersama. Menatap plafon putih dan tidur-tiduran di atas kasur menjadi kebiasaan mereka sejak kecil jika sedang akur.

"Dia orang yang cantik dan seksi. Tapi suaranya mengingatkan ku pada wanita masa lalu Kim Bum" mendengar perkataan So Eun Key memiringkan badanya kearah so eun dengan tangan sebagai tumpuan kepalanya.

"Benarkah? Dimana wanita itu sekarang?"
"Dia sudah meninggal saat kecelakaan dulu. Sudahlah jangan membicarakannya lagi aku lelah ingin tidur" so eun memejamkan matanya berusaha mengusir segala hal-hal buruk yang ia rasakan. Mungkin dengan beristirahat bisa membuat So Eun lebih tenang dari sebelumnya.
Melihat So eun yang tertidur key tersenyum damai dan ikut memejamkan matanya.

%^

"Bagaimana apa kau mendengarnya?" Ujar Onew pada Taemin yang asik menempelkan telinganya di depan pintu kamar Key.

"Aku tidak bisa mendengar apa pun" Taemin masih terus mencoba menajamkan pendengarannya tapi nihil. Tak sesikitpun suara yang ia dengar dari dalam.

"Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan? Aku jadi penasaran" Onew  ikut menempelkan telinganya pada pintu tapi tetap saja seperti yang Taemin katakan tidak ada suara.
Sementara Onew dan Taemin berusaha menguping, Minho datang membawa stetoskop dan menempelkannya pada pintu. Layaknya seorang dokter Minho memindah-mindahkan ujung Stetoskop pada pintu, berharap benda itu bisa membantu mendengarkan pembicaraan yang ada di dalam.

"Hyung apa pintunya sakit?" Minho hanya memandang Taemin datar.

"Alat ini bisa membantu kita mendengar suara lebih jelas" jelas Minho

"Dari mana kau mendapatkannya? Apa itu punya ku?"

Minho hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Berikan padaku" Onew merebut stetoskopnya dari Minho.

"Sudahlah kita bubar saja, ayo ayo pergi"

Onew mendorong Minho dan Taemin menjauhi pintu kamar Key. Saat Minho dan Taemin pergi ke ruang tamu Onew segera berlari kembali ke depan kamar Key. Ditempelkannya lagi stetoskop ke pintu. Tapi tetap tidak ada suara apa pun.
"Aiishh tidak membatu sama sekali" Onew beranjak pergi ke kamarnya.

#####

Di sebuah ruangan bawah tanah berkumpul sekitar 10 orang lelaki sedang mendiskusikan sesuatu. Pintu perlahan terbuka membuat fokus mereka teralihkan. Terlihat seorang wanita paruh baya yang masih cantik muncul dari balik pintu, wanita itu beepakaian serba hitam dengan kacamata bertengger manis di kepalanya.

"Kita lancarkan rencana mulai besok, persiapkan diri kalian" ujar wanita itu dan dijawab dengan anggukan dari semua pria yang ada di sana.
Wanita itu pergi dari ruangan bawah tanah menuju ke halaman parkir mobilnya. Diambilnya ponsel dari dalam sakunya, ia mengetikan sebuah nama dan panggilan terhubung.

"......"
"Saya sudah mempersiapakan anak buah saya yang terbaik"

"......"
"Saya mengerti"

Wanita itu memutuskan sambungan telephone dan segera memacu mobilnya keluar dari kawasan kumuh itu.

TBC...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top