Chapter 2

Seorang gadis nampak terkejut mendengar pekikan kesakitan dari arah hutan, ini sudah beberapa kalinya dia mendengar hal yang mengerikan dari hutan tersebut. Sungguh sial dia harus mendapat tempat persembunyian yang tidak jauh dari ah... bahkan ini sangat dekat dengan tempat pembunuhan-pembunuhan antara manusia khusus dengan pasukan pemburu.

Dengan ragu dia turun dari tempat tinggalnya dan memasuki hutan tersebut, mencari sumber datangnya suara yang dia dengar lalu melihat apa yang terjadi. Namun, langkahnya terhenti saat seseorang mengacungkan sebilah pisau tepat di bawah nadi lehernya dengan tatapan nyalang seakan haus darah dan amarah yang memuncak.

Ingin sekali dia memaki style ekstrimnya tapi merasa horor dengan tatapannya yang mengerikan disaat yang bersamaan. Tubuhnya semakin tegang saat dia merasakan seseorang muncul secara tiba-tiba dengan pedang panjang yang siap menebas lehernya.

"Ka-kalian pemburu?" tanyanya bodoh, bagaimana saat seperti ini dia malah bertanya bukannya melindungi diri sendiri, minimal cobalah untuk melepaskan diri.

Mata gadis yang ada di hadapannya berubah melembut saat menyadari pertanyaannya, dia menjauhkan pisaunya dan mengembalikan wujud benda itu menjadi sebuah ranting pohon dan satunya lagi meletakan kembali pedangnya ke dalam sarung pedangnya yang serba ungu.

"Kalau begitu kau bukan pemburu," ucap gadis yang penampilannya benar-benar membuat mata orang normal pedas melihatnya, dia memainkan rambutnya yang berwarna pelangi itu dan mengacungkan tangannya, "Aku Aislyn, namamu?"

"Arnia," jawabnya ragu-ragu menjabat tangannya.

"Dia Alyssyana, well... Nama kita jadi serba A ya," candanya dengan gelak tawa yang sebenarnya tidak ada lucu-lucunya. Dengan santainya Aislyn mengambil alat make up dan mendandani wajahnya dengan bedak yang dia bawa kemanapun, bahkan menebalkan lipstik yang sepertinya tidak terlihat memudar sejak awal. "Meskipun petarung kita harus tetap cantik , dan mati dalam keadaan cantik."

Arnia menatap ngeri pada gadis yang ada dihadapannya, dan lagi gadis yang bernama Alissyana ini sama sekali tidak mau berbicara sedikitpun, dia hanya diam dan menatap sekelilingnya seakan menjaga sesuatu yang berharga baginya. Arnia mulai merasakan hawa yang benar-benar mengerikan saat dirinya melihat banyak darah di daerah sini dengan berbagai bentuk mayat yang mengerikan, tidak satu atau dua orang tapi belasan. Sepertinya mereka baru saja dikeroyok para pemburu.

"Apa kau pernah melihat rumah yang ada di dekat hutan? Kami sedang mencarinya," tanya Aislyn merapihkan alat make upnya. Dia benar-benar terlihat seperti seorang nona kerajaan dengan dandanan mewah yang tak akan pernah luntur sekalipun.

"Apa kau mencari seseorang?" tanya Arnia.

"Zahra," jawab Alyssyana sangat amat singkat dia memasang kuda-kudanya dan mengeluarkan pedang panjang miliknya, bersiap menyerang siapapun yang akan muncul.

Dengan spontan Arnia mengeluarkan mana dari tangannya dan menggerakan pohon yang dirasa dekat dengan orang yang entah siapapun itu. Tak lama seseorang memekik menahan serangan Arnia dia menyerang balik ke arah Arnia yang dengan cepat ditahan Alyssyana yang telah mengubah barang apapun di dekatnya dengan prisai besi sebesar tubuh bagian atasnya. Saat dirinya menyadari jenis serangan itu dengan segera dia mengubah molekul besi itu menjadi bahan yang dapat menyerap aliran listrik.

"Well, refleks  yang sangat bagus," ucap seorang pria yang muncul dari semak-semak hutan tersebut.

Tak lama datang seorang gadis dengan tatapan kesalnya,  dia  memegang punggung dan kepalanya mengeluarkan mana dari kedua tangannya. "Kurang ajar sekali kau menyerangku sembarangan," kesalnya, dengan kekuatan penuh dia menciptakan ombak besar dari dalam tanah dan menerjang ke arah 3 gadis itu.

"HEEE AIR DARI MANA INI?" tanya Alyssyana terkejut, dia melompat tinggi kearah pepohonan dan melihat Arnia mengeluarkan pohon besar dalam jumlah yang sangat banyak menahan ombak tersebut.

"Jangan seenaknya kalian di sini!" teriak Arnia menambahkan banyak pohon yang keluar dari dalam tanah dengan bentuk runcing seakan siap menancapkan tubuh mereka dengan benda itu.

Dengan gesit lawan menghindari serangan-serangan tidak ter-arah itu dan siap melayangkan serangan, si lelaki mengeluarkan tongkatmya dan mengeluarkan aliran listrik besar dari benda tersebut dia mengalirkan kekuatannya ke arah air partnernya dan menyerang Arnia yang masih menahan ombak tersebut. Dengan cepat Alyssyana memanggil spiritnya dan memerintahkan spiritnya menyerang satu dari dua orang itu dan dia menyerang sisanya, Aislyn mengambil batang kayu besar yang di pijaknya dan merubahnya menjadi sebuah basoka besar dengan melindungi Arnia dia menembakan basokanya yang terbuat dari mana miliknya membelah ombak besar itu dan menghentikan aliran listrik di ombak tersebut.

Alyssyana memanfaatkan keterkejutan mereka dan menyerang bersamaan dengan spiritnya, dia menyerang si wanita yang memiliki kekuatan elemen air dan sang spirit menyerang pemilik elemen petir, dengan kecepatan gerakannya dia berpindah dari tempat satu ketempat lain untuk menghindari serangan lawannya. Saat dirinya sudah dekat dan akan menyerang lawan secara tiba-tiba sebuah tombak es muncul dari tangan lawan serta menancap tepat di bahu Alyssyana.

"Akh!" Alyssyana memekik sakit saat merasakan benda super dingin itu menembus pundaknya secara perlahan membekukan sebelah tangannya.

Aislyn yang menyadari hal itu segera mengarahkan basokanya dan menembak kearah lawan, tak peduli akan seperti apa hasilnya yang terpenting adalah Alyssyananya harus selamat.

Menyadari serangan lain datang dari arah yang berbeda pemburu ber elemen air itu melompat dan melepaskan serangannya membiarkan Alyssyana terjatuh dengan setengah tubuhnya yang membeku.

Arnia menyerang mereka secara membabi buta lawannya bahkan tidak memperhitungkan Alyssyana yang masih tergeletak, Aislyn menyelamatkan partnernya di sela-sela serangan Arnia dan membawanya ke tempat yang lebih aman secara perlahan dia membaringkannya dan mencoba untuk mencairkan es yang membekukan setengah tubuhnya.

"Ini bukan es biasa," ucap nya mulai khawatir. Dia menatap spirit Alyssyana yang berwujud manusia setengah ular masih berusaha melawan musuhnya dengan bantuan anak buahnya yang cukup banyak. Ular-ular itu sama sekali tidak menghentikan serangan mereka meski tubuhnya hangus sekalipun.

"Es itu tak akan pernah mencair meski kau bakar dengan api besar sekalipun," ucap pengendali air itu dengan nada meremehkan. "Karna tombak tersebut akan membekukan lawannya hingga ke jantung."

Arnia menciptakan ratusan senjata menggunakan pepohonan di sekitarnya. "Alam akan membunuh kalian, karena keserakahan kalian, Alam akan menghukum kalian!" Dengan satu teriakan tersebut semua senjata itu mulai menyerang ke dua lawannya secara bersamaan, bertubi-tubi tanpa henti.

Spirit Alyssyana menghilang dengan lemahnya mana yang Alyssyana keluarkan mulai menipis, dia berusaha mempertahankan kesadarannya dan melepaskan tombak yang ada di bahunya. Dia melirik wanita yang sedang tersenyum penuh kemenangan itu terus berusaha menghindari semua serangan Arnia dengan pelindung esnya.

Arnia mulai kehabisan mananya dia terengah dan mencoba mempertahankan kesadarannya untuk terus menyerang, hingga akhirnya semua serangannya terhenti dan itu adalah kesempatan bagi pemburu berelemen air tersebut membalas serangan meski luka-luka di tubuhnya bukan terbilang luka kecil. Saat dirinya akan menyerang kembali dengan tombak es kebanggaannya seseorang muncul diantara mereka tanpa memberi kesempatan dia menancapkan tangannya hingga menembus jantung gadis pemburu itu.

Tewas dalam hitungan detik, sedangkan pemburu lelaki yang menjadi partnernya sudah tewas lebih dulu akibat serangan Arnia.

"Kau... Bagaimana bisa?" tanya Arnia tidak percaya.

Sedangkan orang yang di tatapnya hanya terus terdiam dengan membelakangi mereka.

"Jangan pikirkan yang lain, lebih baik kita selamatkan dia dulu," potong seseorang yang muncul dari kejauhan, dia menatap serius semua orang yang ada di hadapannya dan mempersiapkan mananya.

Kedua gadis itu berjongkok di antara Alyssyana mempersiapkan diri untuk melakukan penyembuhan secara cepat. Satu dari mereka menancapkan tangannya hingga menembus pundak Alyssyana dan menarik paksa tombak itu.

"Kau meremukan tulang pundaknya...." Aislyn lemas, meski begitu dia tetap menatap proses penyembuhan yang mengerikan ini.

Tanpa menjawab gadis satunya melakukan penyembuhan dengan mana nya, cahaya yang biasanya berwarna hijau muda itu dengan tiba-tiba berwarna keunguan dan mulai menggelap, dia menyatukan paksa tulang pundak Alyssyana dalam keadaan pemiliknya yang masih setengah sadar.

Alyssyana sudah tidak tahu harus merasakan apa lagi, rasa sakit luar biasa benar-benar membuat kedua mulutnya membeku hanya untuk berteriak sekalipun. Kedua mata sayunya terus berusaha menatap seluruh orang yang ada di sekitarnya dan berakhir ke arah Aislyn yang dengan erat menggenggam tangannya, ya dia sudah pernah merasakan rasa sakit yang bahkan lebih ekstrim dari ini, tapi dia benar-benar tidak ingin merasakannya lagi itu adalah mimpi teramat buruk baginya.

"KRAK" dan itu adalah suara tulang bahu Alyssyana yang benar-benar membuat ngilu siapapun yang melihat dan mendengarnya, dia sudah mengeluarkan banyak darah dan lebih parahnya lagi bagian pundaknya sudah benar-benar membiru seakan sudah sangat banyak kehabisan darah.

Mana  milik gadis itu berubah menguning dan menjadi emas, di saat itulah Alyssyana mulai memejamkan kedua matanya dan terlelap, seakan merasakan kehangatan dari semua sentuhan gadis itu. Secara perlahan es yang ada di sekitar tubuhnya mulai mencair dan menghilang, meski masih meninggalkan jejak keunguan di tubuh Alyssyana.

"Musuh kalian termasuk pengendali elemen yang sudah mencapai evolusinya secara pemaksaan," ucap gadis itu menatap mayat yang mereka tinggalkan di tempat yang menjadi medan pertarungan mereka.

"Atas perintah nona Zahra saya membunuhnya, dan bagi saya dia memang tidak pantas hidup sejak awal dia hanyalah mayat."

Ucapan Carmel sukses membuat Aislyn dan Arnia melebarkan mata mereka, terkejut bukan main. Bagaimana bisa?

Ini adalah hal pertama kalinya bagi mereka mengetahui mayat yang seharusnya tidak bisa menggerakan tubuhnya bahkan bernafas sekalipun bisa bertarung dan melakukan aktifitas yang wajar selayaknya manusia biasa, lalu bagaimana mereka mengetahuinya dan bagaimana caranya Carmel membunuh mayat hidup itu.

##############################

Ini selasa kan ya (~ '-')~ sepertinya author gak bisa tepat waktu dalam update, jadi maafkanlah, ... Tapi tetap di usahakan update seminggu sekali

Mohon tinggalkan jejak ('0')
Salam : kentang

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top