Chapter 4 : Alibi?

"Kashuu Kiyomitsu telah kembali!"

Kashuu mendapati ruangan Neko telah dijaga oleh dua puluh touken danshi. Sementara sisanya, Kashuu bertemu dengan mereka tengah berjaga di hutan sekitar juga tempat tersembunyi di honmaru.

"Aruji?" ucap Kashuu.

"Aruji jatuh sakit, Kashuu-san. Sudah tiga hari ia tidak tidur dan baru saja Yagen memberinya obat," jelas Ichigo.

"Kashuu-san, apa kau ...."

"Ah, aku sudah membawanya," potong Kashuu yang sudah mengerti arah pembicaraan Imanotsurugi.

"Tapi kalian tidak bisa tenang dulu. Tim satu, kalian masih memiliki tugas terakhir untuk menjaga honmaru ini," sela Konnosuke.

"He? Bukannya invasi ini sudah selesai?" ucap Kashuu.

"Hahaha, tentu saja belum, Kashuu Kiyomitsu. Aku masih bisa merasakan salah satu diantara mereka berusaha mendekat kemari. Tapi tenang saja, tim satu akan melawannya, bukan?" ucap Mikazuki yang kembali dalam wujud pedang.

Dan wujud itu cukup mengejutkan touken danshi yang berada dalam ruangan ini.

"Tim satu, yang akan aku keluarkan adalah Shizukagata Naginata. Sebagai gantinya, Mikazuki Munechika akan bergabung," ucap Konnosuke dengan tatapan serius.

"Mikazuki? Dengan wujud itu?" timpal Kogitsunemaru.

"Jika Aruji sehat, mungkin Aruji akan melakukan hal yang sama. Sayangnya aku hanya melakukan apa yang Aruji coba ramalkan. Sebelum tidak sadarkan diri, Aruji mengatakan dua hal padaku. Apabila Mikazuki kembali dalam wujud pedang, maka sudah tugasku untuk mengirimnya ke medan pertempuran. Jika pun dalam wujud manusia, aku juga harus mengirimnya ke medan perang," jelas Konnosuke.

"Seperti biasanya, Aruji sangat sulit dipahami ya," ucap Izuminokami.

"Bukankah itu artinya, Aruji ingin agar Mikazuki-san mengetahui akhir dari jawabannya," sahut Honebami.

"Hahaha, Aruji selalu punya cara sendiri. Baiklah, orangtua ini tidak akan mengecewakan Aruji," ucap Mikazuki.

Namun pada faktanya, lawan mereka bukanlah lawan biasa. Jikan shokogun yang satu ini sangat berbeda.

Ia memiliki ukuran jauh lebih besar dibandingkan jikan shokogun yang lainnya. Akan tetapi, mau sebesar apapun lawannya, mereka tidak akan mundur.

Seorang berjiwa ksatria tidak akan mundur di medan perang. Meskipun lawan mereka cukup sulit untuk dilawan.

Serangan demi serangan mereka lancarkan. Namun tidak ada satupun serangan yang berhasil melukainya. Justru, touken danshi sendirilah yang terluka parah.

Hakusan yang biasanya memiliki kemampuan penyembuhan pun tidak bisa berkutik. Sekali ia mengeluarkan kemampuannya, maka ia akan hancur dan Aruji akan sangat sedih.

"Rasanya tidak mungkin untuk mengalahkannya," ucap Atsushi yang mencoba bangkit.

"Aku rasa, ini akhir dari kita. Mempertaruhkan nyawa demi kemanan honmaru dan membalas budi pada Aruji," ucap Hotaromaru.

"Hahaha, semangat yang luar biasa. Akan tetapi, biarkan Kashuu yang melakukannya. Gunakan aku, Kashuu Kiyomitsu!" titah Mikazuki.

Kashuu menurut. Ia lebih menghargai nyawa rekannya dibandingkan nyawanya sendiri. Lagipula, ia tidak pernah tahu apa yang direncanakan oleh Aruji maupun Mikazuki. Karena keduanya sangat sulit ditebak.

Saat Kashuu memegang erat Mikazuki, ia merasa ada hal yang berbeda dari sebelumnya. Tubuhnya yang terluka, kini telah pulih.

Secara perlahan, ia memisahkan bilah pedang dari sarungnya. Dan saat yang bersamaan, honmaru menjadi malam dengan bulan sabit yang menghias langit.

'Apa ini?' batin Kashuu.

Jiwa Kashuu seolah-olah tersingkirkan sementara waktu. Manik merah darah telah menjadi manik bulan.

Cahaya biru pun menyelimuti tubuh Kashuu. Dan dalam sekali tebas, Kashuu berhasil menghancurkan pelindung yang membuat lawan dihadapannya sulit dihancurkan.

Pedang Mikazuki bersinar. Kashuu melepasnya dan membiarkan kelopak bunga sakura yang entah darimana hadir dalam suasana yang cukup menenangkan ini.

Akan tetapi, Atsushi, Hotaromaru, Horikawa, dan Hakusan menjadi pulih. Lukanya telah hilang dalam waktu sekejap, sama seperti saat Aruji yang mengobati mereka.

Perlahan, cahaya pada Mikazuki menghilang. Kelopak bunga sakura pun menjadi hujan yang menenangkan hati.

"Mikazuki," ucap Kashuu saat mengetahui jika Mikazuki telah berada dalam wujud touken danshi.

"Hahaha, maaf sudah merepotkan kalian," ucap Mikazuki dengan nada tanpa rasa bersalah.

Crack!

Retakan perlahan mulai terdengar. Mereka kembali fokus pada lawan dihadapannya.

"Sekarang saatnya!" titah Kashuu.

Mereka kembali menyerang. Sayatan demi sayatan mereka layangkan hingga diakhiri dengan serangan bersama. Dan dengan sekejap mata, jikan shokogun yang aneh itu menghilang.

*****

Mikazuki melangkahkan kakinya ke ruangan yang sudah tidak asing di matanya. Ia berhenti di salah satu tempat dimana seorang gadis tengah menutup matanya.

Mikazuki menggenggam tangan yang selalu pas dalam genggamannya. Senyuman pun tidak luntur dari wajahnya.

"Aku pulang, Aruji," ucap Mikazuki.

Tidak ada respon atau sambutan apapun atas ucapannya. Gadis dihadapannya sangat tenang dan damai.

"Aruji," panggil Mikazuki. "Maafkan Mikazuki. Aku melakukan ini untuk menjaga honmaru. Lebih tepatnya, untuk mengurangi jumlah jikan shokogun yang mengincar nyawamu, Aruji."

Tangan Mikazuki tergerak untuk mengelus surai tuannya. Dengan penuh perhatian dan kasih sayang, Mikazuki berharap agar tuannya kembali tersenyum dan berbagi cerita padanya.

Ya, hanya untuknya. "Aruji, Mikazuki Munechika ini akan selalu menunggu Aruji. Sama seperti Aruji menunggu kepulanganku."

*****

Tiada hari tanpa touken danshi lewatkan untuk memeriksa kondisi tuannya. Honmaru rasanya sangat sepi tanpa kehadiran tuannya.

Meskipun rasanya sangat damai. Dikarenakan jikan shokogun tidak akan kembali jika mereka telah melancarkan serangan besar-besaran. Namun semuanya berbeda.

Neko lah yang membuat honmaru lebih hidup. Terkadang, ia turun ke ladang untuk membantu touken danshi mengerjakan tugasnya. Atau membantu mengurus kuda hingga memasak pun ia hadir.

Tidak banyak touken danshi yang berpikir jika ini adalah saat untuk pergantian saniwa. Banyak juga yang masih berpikir jika Neko hanya membutuhkan istirahat lebih.

Akan tetapi, tampaknya Mikazuki sangat santai. Ya, seolah-olah ia tidak merasakan apapun di honmaru.

"Mau bagaimanapun, dunia akan selalu kejam, Kashuu Kiyomitsu," ucap Mikazuki yang meletakkan tehnya.

"He? Ya, memang begitu. Tapi Aruji tidak sadarkan diri sampai saat ini," ucap Kashuu.

Tidak lama kemudian, Konnosuke muncul. Ia memberikan tugas khusus kepada Mikazuki dan Kashuu untuk mencari obat yang nantinya akan diracik oleh Yagen.

Tentu saja tujuannya untuk menyadarkan Neko. Tanpa basa-basi, mereka berangkat ke tempat yang telah diberitahu.

Dan tiga jam kemudian, mereka kembali dengan membawa tanaman tambahan. Yagen juga tidak mempermasalahkannya. Lagipula, tanaman itu bisa menjadi penelitiannya juga.

*****

Tepat sebelum makan malam, obat yang diracik oleh Yagen telah selesai. Ia mengatakan jika obatnya belum stabil, namun ia akan melihat efeknya pada Neko. Meski ada pertentangan, akan tetapi hal ini adalah satu-satunya cara agar Neko cepat pulih.

Yagen meminumkan obat yang ia buat pada Neko dengan bantuan botol kecil. Ia tidak tahu apakah obatnya akan tertelan. Namun yang Yagen yakini adalah tubuh manusia akan tetap bekerja meskipun dalam kondisi tidak sadarkan diri sekalipun.

Jam demi jam mereka nanti, bahkan mereka memilih untuk melewatkan makan malam demi melihat Aruji nya kembali. Hati kecil mereka pun berdoa agar obat itu bekerja sesuai dengan harapan mereka.

"A...ir."

Suara lirih itu mereka dengar. Dengan sigap, Hasebe membantu Neko minum segelas air.

Dapat mereka lihat jika tubuh Neko sangat lemah. Bibirnya pun tampak masih pucat dan sorot matanya masih mengisyaratkan jika ia masih tersiksa.

"Terimakasih, Hasebe," ucap Neko dengan nada lemah.

Hasebe hanya diam. Namun Neko paham jika Hasebe sebenarnya sangat ingin berbicara banyak hal padanya. Hanya saja, ia seperti menunggu saat yang tepat.

"Aruji, apa yang kau rasakan?" tanya Yagen yang memang menjadi dokter sekaligus ilmuan bagi honmaru.

Neko tersenyum lemah. "Seperti biasanya, aku selalu baik. Hanya saja, aku merasa seperti kekuatanku menghilang," jawab Neko.

Yagen membalas senyuman Neko. "Aruji tidak perlu khawatir. Aruji hanya kelelahan. Saat Aruji pulih sepenuhnya, semuanya akan baik-baik saja."

"Terimakasih, Yagen," ucap Neko.

"Istirahatlah, Aruji," ucap Yagen.

Keheningan sempat mengisi ruangan ini. Saat Neko mengedarkan pandangannya, satu-persatu touken danshi nya mengucapkan mendoakan untuk kesembuhannya.

Neko sangat senang. Setidaknya, ia masih dapat melihat touken danshi nya.

"Aruji, apa Aruji merindukan seseorang?" tanya Imanotsurugi.

"Khahaha. Berjanjilah jangan terlalu senang ya, Aruji," ucap Iwatooshi.

Neko tidak paham maksud mereka. Pikirannya sangat lemah untuk menebak maksud ucapan mereka.

"Aruji. Sebenarnya, aku berhasil membawanya pulang," ucap Kashuu dengan bangga.

"Mikazuki Munechika. Mereka memanggilku Mikazuki karena banyaknya pola pada pedangku. Tolong jaga aku."

"Mikazuki ...." Neko mencoba bangkit dari ranjangnya. Akan tetapi, pedang lain melarangnya. Termasuk Mikazuki.

Rasanya, rasa rindu telah menyerang Neko. Ia mengabaikan semua larangan dan memeluk Mikazuki dengan tubuhnya yang lemah.

Tsurumaru memberi kode pada pedang lainnya untuk memberikan waktu tersendiri untuk Mikazuki dan Aruji berbicara. Tanpa banyak bicara, touken danshi lainnya menurut lalu meninggalkan ruangan secara perlahan.

Mikazuki menopang tubuh Neko yang sangat lemah. Ia bahkan dengan sabar mendengarkan semua ungkapan yang Neko keluarkan. Bahkan, Neko juga memukul punggungnya dengan tenaga yang tersisa.

"Kenapa kau pergi, Mikazuki! Mengapa kau tidak menghilang begitu saja! Hiks...."

"Maaf, Aruji," ucap Mikazuki.

"Kuso jijii! Hiks ... kuso Mikazuki!" ucap Neko disela-sela isak tangisnya.

Mikazuki melepaskan pelukannya dan membiarkan Neko menatap maniknya. Mikazuki menghapus air mata Neko dengan ibu jarinya.

"Aruji. Maafkan aku. Aku hanya bermaksud untuk mengalihkan mereka dan mencari jawaban yang kosong. Namun, Aruji lah jawabannya. Bulan memang tampak indah dimalam hari. Namun apa jadinya bulan tanpa matahari."

Neko hanya terisak. Ia menggenggam tangan Mikazuki yang sibuk menghapus air matanya.

"Aruji adalah matahariku. Sejauh mana Aruji pergi, Mikazuki ini akan selalu bersama Aruji. Aku mencintaimu, Aruji," ucap Mikazuki.

Neko semakin menangis mendengarnya. "Hiks ... Mikazuki," ucap Neko.

"Iya, Aruji?" balas Mikazuki.

"Berjanjilah padaku untuk tidak melakukannya lagi. Apa kau tidak tahu jika aku sangat khawatir padamu," ucap Neko.

"Aku mengerti, Aruji. Karena itu, maafkan orangtua ini, ya. Mau bagaimanapun, orangtua tetap bisa membuat kesalahan."

Neko mengangguk. Senyuman lemah masih terukir di wajahnya.

Mikazuki turut tersenyum.

Chu~

Mikazuki memberikan kecupan singkat dibibir Neko. Alhasil, pipi Neko semakin memerah. Ya, tentunya akibat demam dan juga ulah Mikazuki.

"Hahaha, Aruji tampak imut jika begini," goda Mikazuki.

"Ah! Kuso Jijii!" Neko berusaha bangkit. Namun kakinya tidak bisa diajak kompromi.

Ia bersiap jatuh. Akan tetapi, ia tahu jika Mikazuki membantunya berdiri.

*****

"Selamat atas kesembuhannya, Aruji!"

Touken danshi bersorak. Dan sarapan kali ini sangat berbeda. Neko ikut bergabung diantara mereka serta pemerintah memberikan libur pada saniwa untuk pemulihan diri.

Jujur saja, Neko dan touken danshi lainnya sangat terkejut pada masakan Mitsutada, Kasen, dan Hasebe. Mereka menyajikan berbagai hidangan dengan bentuk yang lucu dan unik.

"Silakan dimakan Aruji. Habiskan, ya. Jangan sampai Aruji sakit dan membuat khawatir seluruh honmaru," omel Hasebe.

Neko tertawa kecil, "Maaf semuanya. Dan terimakasih,Kashuu, semuanya. Kalian telah menjalankan tugas dengan sangat baik."

"Semua ini demi Aruji. Saat kami sendiri dan terjebak dalam alur waktu, Aruji menggenggam dan mengajarkan kami cara untuk menjadi kuat. Bagaimana mungkin kami melupakan saat itu," ucap Higekiri.

"Um, Aruji adalah tempat kami kembali sampai kapanpun," sambung Yasusada.

"Terimakasih sudah merawat dan mengkhawatirkan kami selama ini, Aruji!" ucap touken danshi secara serempak.

"Ah, tidak. Terimakasih sudah menjagaku selama ini, touken danshi. Untuk kedepannya, mohon bantuannya," ucap Neko.

"Mohon bantuannya juga, Aruji," balas touken danshi dengan penuh semangat.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top