Chapter 2 : Misteri Bulan Sabit

Pertarungan tanpa istirahat terus berlanjut. Tidak ada satupun touken danshi yang berani menapakkan kaki pada honmaru atau tuan kesayangan mereka akan menjadi korbannya.

Dan selama itu, Neko memanfaatkan waktunya untuk mencari lokasi Mikazuki. Biasanya, Neko dengan mudah melacak dimana dan apa yang dilakukan oleh pedangnya.

Namun kali ini, rasanya ia putus asa. Mikazuki tidak muncul di era manapun. Bahkan kehadirannya di era tenarnya tenka goken pun mulai memudar.

Secara perlahan, Neko mengingat pembicaraannya dengan Mikazuki sebelum kejadian invasi ini. Ya, malam dimana bulan sabit bersinar dengan indahnya.

"Hm? Aruji, ya? Tumben sekali Aruji belum tidur jam segini," ucap Mikazuki yang tampaknya menyadari kehadiran Neko.

"Apa aku boleh duduk disebelahmu?" tanya Neko dengan nada ragu.

"Hahaha, tentu saja boleh."

Neko duduk disebelah Mikazuki dengan penuh ketenangan. Ia pun merasa ada yang janggal tiap kali ia menatap rembulan. Rasanya, akan ada sesuatu yang mustahil ia tangani seorang diri.

"Aruji. Menurutmu, apakah manusia selalu dipenuhi oleh penyesalan?"

Pertanyaan itu membuat Neko menatap lekat manik bulan sabit milik Mikazuki. Seolah-olah, Neko ingin mencari jawaban dari pertanyaan yang tiba-tiba itu.

Kosong, itulah yang Neko dapatkan. Ia selalu gagal dalam mencari kebenaran dari Mikazuki meskipun Mikazuki juga telah lama berada disisinya selain Kashuu.

"Ya, manusia selalu dipenuhi oleh rasa penyesalan. Terkadang, manusia memilih melupakan penyesalan itu dan membuka lembaran baru. Namun jika diperbolehkan, manusia sebenarnya ingin memperbaiki hal yang membuat mereka menyesal, bagaimanapun caranya. Bukankah seharusnya kau sudah paham itu, Mikazuki?"

"Hahaha, aku hanya ingin menguji apakah Aruji melamun atau tidak," elak Mikazuki.

Neko semakin penasaran. Pasalnya, tidak biasanya Mikazuki menanyakan hal itu. Apalagi yang berkaitan dengan manusia, bukankah Mikazuki sudah memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak dibandingkan dirinya?

"Mikazuki," panggil Neko dan yang bersangkutan pun menatap Neko.

Puk!

Neko memeluk Mikazuki. Hatinya terasa sangat berantakan. Untuk pertama kalinya, ia tidak bisa melihat apa yang akan terjadi kelak. Karena pada hari-hari biasanya, ia bisa melihat apa yang akan terjadi. Penyerangan, perubahan sejarah, semuanya ia ketahui.

"Oh? Aruji?" ucap Mikazuki yang terkejut akan tingkah Neko.

"Hahaha, Aruji mengingatkanku saat Aruji masih kecil," sambung Mikazuki sembari membalas pelukan Neko.

"Aku takut, Mikazuki," lirih Neko.

"Tenang saja, Aruji. Tidak ada yang perlu Aruji takuti. Mikazuki munechika akan selalu berada disisi Aruji, apapun yang terjadi," bisiknya.

Namun pada kenyataannya, Mikazuki meninggalkan sisinya. Ditambah dengan invasi besar-besaran, ia tidak bisa melakukan apapun selain percaya jika Mikazuki akan baik-baik saja.

Srak!

Tiba-tiba saja, telinga Neko berdenging. Ia keluar dari ruangan dan mendapati honmaru ditempat yang berbeda.Ya, honmaru menjadi sangat dekat dengan bulan.

"Mikazuki ...," gumam Neko.

"Apa ada sesuatu yang kau sesali?" sambung Neko.

*****

Sring!

Sring!

Zrash!

"Ha!"

Zrash!

Mikazuki memasukkan pedangnya dan ia menatap langit yang tampak cerah kali ini. Entah sudah berapa lama ia pergi, yang ia tahu hanya ia harus membawa jikan shokogun menjauh dari honmaru sebanyak yang ia bisa.

Bertarung satu lawan lima ratus adalah hal yang bisa ia tangani. Mengingat ia adalah salah satu tenka goken, akan memalukan jika ia tidak bisa menahannya.

"Maaf, Aruji. Tapi orangtua ini memiliki hal yang tidak ingin Aruji ketahui," ucap Mikazuki.

*****

"Aruji, Yamanbagiri Kunihiro memiliki informasi yang harus Aruji ketahui," sela Konnosuke disaat Neko tengah memikirkan dan mencari cara agar bisa mendapatkan Mikazuki kembali.

"Katakan, Konnosuke," titah Neko.

"Yamanbagiri Kunihiro mengatakan jika invasi mulai melemah. Sehingga beberapa touken danshi akan memulai penjagaan dengan sistem bergilir untuk mencegah touken danshi lainnya kelelahan. Hal yang sama juga disampaikan oleh tim tiga yang dipimpin oleh Hachisuka Kotetsu."

Neko tampak mempertimbangkan penjelasan tindakan yang diambil oleh kapten tim dua dan tiga.

"Bagaimana dengan tim satu?" tanya Neko.

"Kashuu Kiyomitsu mengatakan hal yang sama. Hanya saja, ia merasa jika invasi besar akan kembali dalam jangka waktu dekat. Ditambah dengan informasi dari Nakigitsune dan Namazuo yang mengatakan bahwa lubang antar dimensi masih terbuka lebar. Ada kemungkinan besar yang Kashuu katakan adalah benar."

"Aku mengerti. Aku menyetujui rencana mereka, setidaknya mereka juga akan beristirahat dan aku akan memastikan kapan invasi akan kembali berlangsung berdasarkan lokasi yang dikirimkan Nakigitsune dan Namazuo," jelas Neko.

"Laksanakan, Aruji," ucap Konnosuke dan kemudian menghilang dari hadapan Neko.

Jujur saja, ia tidak bisa tidur selama invasi ini. Yang ada dibenaknya hanyalah ia khawatir jika touken danshi akan terlalu memaksakan dirinya hingga sesuatu yang tidak diinginkan menimpa mereka.

*****

Hingga malam tiba, Neko hanya bisa menatap bulan. Dirinya mencari alasan mengapa ia tidak bisa melacak ataupun mencari Mikazuki.

Pertanyaan selalu muncul dibenaknya. Apakah ia benar-benar gagal menjadi Aruji?Ataukah ini memang sudah saatnya pergantian Aruji?

'Mikazuki, katakan padaku. Apa yang ingin kau katakan,' batin Neko.

Tiba-tiba saja, pengelihatannya kembali. Sebuah daerah yang tidak asing di ingatannya.

Dengan segera, Neko menuju ruangannya. Ia memastikan wilayah yang ada dalam pengelihatannya.

"Kyoto ....," gumam Neko sesaat setelah mengetahui lokasinya.

"He? Lokasinya di Kyoto?" tanya Kashuu yang berdiri dibelakang Neko.

Ya, sebelumnya pergi, Neko meminta Konnosuke untuk memanggil Kashuu. Dan sesuai janji, Neko membiarkan Kashuu menjemput pedang kesayangannya.

"Serahkan padaku, Aruji. Selama Aruji merasa senang, aku akan berusaha sebaik mungkin," ucap Kashuu.

"Terimakasih, Kashuu." Neko memeluk Kashuu erat. Sama seperti saat ia kecil.

Saat Neko kecil, ia tidak paham jika honmaru telah mengalami invasi besar-besaran yang mengincar nyawa ayahnya. Ayah Neko meminta Kashuu untuk menjaga Neko baik-baik dan saat itu juga, Kashuu memeluk Neko erat dan mengatakan jika semua akan baik-baik saja.

Dan karena ayahnya belum sempat mengumpulkan semua touken danshi, honmaru hancur begitu saja. Dirinya yang masih kecil sangat tidak mengerti apa-apa. Akhirnya, Kashuu, Hasebe, dan Imanotsurugi yang banting tulang hingga mereka berhasil membawa pulang Mikazuki Munechika.

Akhirnya, Mikazuki Munechika menjadi penjaga Neko. Kemanapun Mikazuki pergi, Neko kecil selalu mengikutinya.

Saat Mikazuki harus turun ke medan perang atas perintah Konnosuke, Neko kecil sempat menangis. Namun Kashuu selalu menggenggam tangannya dan ia juga selalu berjanji jika Mikazuki tidak akan pergi lama.

"Kalau begitu, Kashuu Kiyomitsu berangkat ke medan perang."

Kepergian Kashuu membuat Neko bertanya-tanya. Apakah ini hal baik? Ataukah ia terlalu banyak memberi beban pada Mikazuki?

Jika iya, bukankah baiknya jika dikatakan langsung daripada terus berkata jika ia akan selalu bersama dirinya. Namun pada faktanya, Mikazuki meninggalkan dirinya yang tidak tahu kapan dirinya akan menghadapi kematian.

'Kau pembohong, Mikazuki.'

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top