° Epilog °
"Siapa yang menyangka bahwa pohon sakura ini juga gugur–seolah-olah menangisi kepergianmu?"
Untuk kesekian kalinya, Kalpas mendatangi pohon sakura yang biasa ia kunjungi bersama dengan Sakura. Terakhir kali–Sakura masih berada di sisinya, tetapi, sekarang ia hanya berdiri sendirian.
"Tampaknya, pohon ini sangat berkaitan erat denganmu, heh?" Ia tertawa kecil sembari meletakkan headphone yang selalu dikenakan Sakura di depan pohon sakura tersebut.
Ia memandang pohon itu dengan tatapan kosong, kemudian ia duduk dan bersandar di pohon itu. Tawa getir ia keluarkan, Kalpas merasa sangat konyol, tak ia sangka dirinya akan semenyedihkan ini kala kehilangan gadis dengan helaian merah muda seperti sakura itu.
Helaan napas berat lolos begitu saja dari bibirnya. Sudah beberapa hari berlalu sejak insiden itu–tetapi ia belum bisa merelakannya. Tidak–lebih tepatnya, Kalpas takkan merelakan kepergian Sakura.
Secara tak langsung, dalangnya hanyalah satu orang, rekan sesama Flame-Chasers yang memberikan Discipline 'jangan menyerah terhadap Honkai' kepada prajurit-prajurit Fire Moth–yang berakhir dengan kematian Rin dan membunuh Sakura dalam insiden itu.
"Sakura. Waktu itu kau yang mengajakku berjanji untuk datang ke sini lagi, bersama-sama."
Ia masih mengingat dengan jelas kejadian itu, rasanya seperti baru kemarin ia menautkan kelingkingnya dengan Sakura. Namun, kini yang tersisa hanyalah kenangan.
"Sekarang, justru kau yang mengingkarinya."
Apa artinya janji yang tidak ditepati? Sama saja dengan kebohongan.
Dari semua kebohongan yang dibuat oleh orang-orang padanya, kebohongan Sakura adalah yang paling berdampak dalam hidup Kalpas.
Kalpas kembali tertawa getir, menertawakan nasibnya sendiri. "Dasar pembohong. Sakura bodoh. Aku membenci pembohong sepertimu, tahu?"
"Akan kulempar seribu jarum ke dalam kuburanmu. Bodoh. Pembohong."
Ia berusaha menenangkan dirinya, emosinya kacau. Satu bunga sakura yang gugur jatuh tepat ke telapak tangannya. Kalpas tertawa kecil. "Kau bermaksud menghiburku? Heh, dasar bodoh."
"Kau benar-benar bodoh, Sakura."
Berkali-kali ia mengatai gadis itu, tetapi itu bukan dari lubuk hatinya–anggap saja ia sedang membuat 'penghiburan' untuk dirinya sendiri. Kalpas bahkan tak bisa lagi menangis, air matanya sudah kering bersamaan dengan dirinya yang telah menerima kenyataan.
Bahkan, orang yang 'gila' seperti Kalpas akan meneteskan air matanya ketika kehilangan seseorang yang dikasihi.
"Jangan khawatir. Aku akan membalaskan dendammu–terutama pada si brengsek Aponia yang menanamkan Discipline ke prajurit-prajurit menyedihkan itu."
Kalpas beranjak berdiri dari posisinya, kemudian ia meletakkan bunga sakura yang tadi jatuh telapak tangannya di dekat headphone milik Sakura.
"Aku pergi dulu. Di kehidupan kita yang selanjutnya, jangan pernah berbohong lagi padaku."
End
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top