41. Being Player

'You always say you wanna connect but you never wanna give to get. Maybe I just get too obsessed.'
-JMSN-

***

Kemunculan Heath di Golden Skate yang nyaris memicu pertengkaran dengan Harold, diceritakan begitu dramatis oleh Arya sewaktu berkumpul di markas baru-perpustakaan pribadi Alexia di kediaman Ryder sebagai hadiah Valentine beberapa bulan lalu. Gadis mungil itu menunjukkan kepalan tangan sembari melotot, menirukan kembali umpatan yang sempat dilontarkan kepada Heath hingga lelaki bertampang preman tersebut memutuskan pergi.

Kontan saja tawa Poppy, Alexia juga Norah meledak membayangkan betapa merah wajah Heath akibat kalah dengan perempuan yang notabene berukuran setengah bahkan seperempat darinya. Poppy menyambar kaleng bir lalu mengedikkan bahu sambil mendesis,

"Dasar penjilat."

"Nyatanya kebanyakan pria akan seperti itu," komentar Alexia membuka kaleng bir kedua lantas menyesap pelan. "Sok berkuasa atas perempuan, membuang layaknya sampah setelah dipuaskan, dan akhirnya berlagak seperti anjing yang minta dipungut kembali. Rasa-rasanya aku ingin membakar mereka hidup-hidup."

"Atau potong kemaluannya," timpal Norah gemas.

"Jangan buang energi kalian, Babe," Poppy mengibaskan tangan. "Yang terpenting jangan ada di antara kalian mengunggah postingan kebersamaan kita di media sosial. Aku yakin si bajingan itu bakal memantau kita dari sana."

"By the way, pria yang menemuimu di Ice Oasis bagaimana? Uhm, siapa namanya? Pete bukan?" Norah mengalihkan pembicaraan seraya menyandarkan punggung ke sofa. "Semudah itukah kau move on?"

Sontak sebelah alis Poppy melengkung tajam, "Maksudmu semurah itukah aku mau menggandeng pria lain?"

Norah menggeleng cepat sebab tidak mau ucapannya menimbulkan kesalahpahaman, namun lidahnya tertahan manakala Alexia ikut berkomentar,

"Karena kau terlihat tidak ada bedanya dengan Heath, Babe." Alexia menangkap keterkejutan dari raut muka Norah dan Arya sementara Poppy mengerut masam. "What?"

"Of course not!" Poppy mereguk habis kaleng birnya. "Aku dan Pete hanya teman. I never liked him, I just liked the attention."

"Tapi, sikapmu-"

"Can we stop talking about this shit?" sela Poppy geram. "Itu urusanku mau berteman dengan siapapun dan itu salah mereka suka padaku, oke!" Intonasinya meninggi disertai iris cokelatnya membelalak di bawah temaram lampu perpustakaan.

"You do that damn shit because you're still fucking mad at him, Poppy Pearson!" bentak Alexia tak mau kalah. "You're mad because Heath didn't want you! Melampiaskannya pada orang lain bukan jawaban, Poppy! Berteman hanya alibimu! I know who you are, Poppy!"

Sontak atmosfer hangat di antara keempat gadis itu memanas manakala Poppy meremukkan kaleng bir yang sudah kosong dalam satu genggaman kuat. Dilempar kaleng tersebut di atas meja tanpa rasa takut kemudian menyilangkan kaki sembari melipat tangan di dada. Dia berpaling ke arah rak-rak buku bagai membentengi diri kalau tindakannya sekarang tidak membutuhkan pembenaran.

"I'm not mad at him," bela Poppy tanpa mengalihkan atensinya kepada Alexia maupun Arya dan Norah "Aku tidak marah karena dia tidak benar-benar menginginkanku, Lex. Aku ... hanya marah kenapa dia membuatku merasakan sesuatu yang tidak pernah kurasakan seumur hidup." Perlahan kepalanya memutar mengamati bola mata Alexia penuh arti, "jatuh cinta pada orang yang tepat. Dia ... dia membuatku pernah merasakan dialah yang seharusnya kupilih. Aku hanya kecewa sebab dia tahu aku tidak akan pernah memenangkan permainan ini, Lex. Lantas apakah aku salah?"

"Tidak ada yang salah dalam mencinta, hanya saja waktu yang tidak tepat, Babe," imbuh Norah yang dibalas gelengan kepala Poppy.

"Tidak ada yang namanya waktu yang tidak tepat, Norah. Sejatinya dia memang bajingan. I'm not gonna be nice anymore. Terserah kau mau menilaiku seperti apa, Lex, I don't care."

Helaan napas meluncur dari lubang hidung lancip Alexia sembari memutar bola mata terlalu malas berdebat, sementara Arya dan Norah saling melirik tak mau menambah masalah. Namun dalam hati dua gadis itu, sejujurnya perkataan Alexia benar bahwa tidak semestinya Poppy menumpahkan kekecewaan pada pria yang terlanjur menaruh hati.

"Okay ..." Norah berusaha mencairkan suasana. "Bagaimana kalau ke Magic Mike?"

"Yeah ... Pete akan tampil kan di sana?" Arya menimpali selagi memerhatikan mimik Alexia yang tampaknya tak suka dirinya menyinggung nama Pete.

"Fine," putus Alexia menyunggingkan senyum tipis. "Terserah kau mau melakukan apa dengan Pete, Poppy. Aku hanya mengingatkan kalau patah hati tidak melulu membalaskannya kepada pria."

"Bla bla bla," ejek Poppy melengkungkan bibirnya ke bawah. "I know it well, Lex! Aku tidak sebodoh itu!"

"Buktikan pada Heath, kakakmu, dan orang tuamu kalau tanpa pria kau bisa berdiri di atas kakimu sendiri. Menangkan kompetisi dan setelahnya ... terserah kau," tantang Alexia,"kalau kau kalah ..."

"Kau bisa ambil kunci mobil, kartu debit, dan kreditku," potong Poppy mengunci tatapannya ke dalam iris biru terang sahabatnya dibarengi seringai tipis.

"Good. Sekarang ayo ke Magic Mike sebelum Ryder pulang," ajak Alexia sembari beranjak dari kursi. "Kupingku panas kalau dia mengomeli kita selalu datang ke sana."

###

Bukan rahasia umum bila Magic Mike yang menyajikan tarian energik sekaligus erotis para pria bertubuh atletis bakal dipenuhi para gadis. Layaknya pelanggan tetap, mereka yang ingin menanggalkan penat dari kisah cinta berujung lara atau sekadar mencuci mata tak segan-segan merogoh kocek demi dimanjakan pria-pria bertelanjang dada. Manalagi bisikan-bisikan sensual akan diterima sepanjang acara saat diundang ke atas arena.

Hingga kesempatan ini menjadi ajang mereka berdandan sedemikian rupa demi menarik mangsa. Entah hanya untuk permainan belaka atau mencoba peruntungan tuk mendapatkan pujaan. Tidak dipungkiri hal ini juga dilakukan keempat gadis skater yang baru saja keluar dari mobil Mercedes milik Norah.

Beberapa lelaki yang melintas langsung berpaling mengamati penampilan salah satu gadis-gadis cantik tersebut. Bagaimana tidak, kakinya yang jenjang dibalut over knee boots dark red begitu pas dikombinasi stoking hitam. Belum lagi ketika dia membungkuk-menghadap kaca mobil-memamerkan bongkahan pantat yang tertutup rok mini burgundy berbahan kulit selagi memulas lipstik Dior merah. Sesaat kemudian, dia menegakkan badan tuk merapikan atasan turtle neck yang dilapisi long coat senada.

"You're fucking hot," puji salah seorang pria.

"I am," jawab Poppy menoleh ke lelaki tinggi itu. "But you're not my type," imbuhnya seraya mengacungkan jari tengah lalu berjalan masuk ke Magic Mike bersama ketiga temannya.

Pancaran lampu berwarna biru keunguan ditambah musik yang dinyanyikan JMSN makin menambah meriah pertunjukkan saat Poppy dan teman-temannya mengambil tempat terdepan. Lengkingan menusuk telinga terdengar manakala barisan pria mengenakan jeans dan kemeja putih keluar mengitari panggung. Salah seorang dari mereka melambaikan tangan begitu menangkap sosok Poppy yang bersedia hadir seiring lesung pipit timbul di pipi kiri.

"He's fucking hot as hell," puji Norah di telinga Poppy. "Seharusnya Pete yang kau kencani bukan-"

Kalimat itu mengambang ketika Poppy melayangkan sorot tajam seperti ingin menjahit mulut temannya saat ini juga. Sementara Alexia malas memberi tanggapan daripada adu debat babak kedua bersama Poppy. Apalagi dia sudah membayar tiket masuk VIP di mana hiburanlah yang dibutuhkannya sekarang bukan perkelahian.

Penari-penari di depan kumpulan kaum hawa itu mulai bergerak begitu luwes mengikuti entakkan beat musik yang dibawakan Jameson-musisi Amerika yang sedang naik daun. Secara serempak mereka menggoyangkan pinggul seraya menyingkap kemeja tuk mempertontonkan riak-riak otot yang begitu keras nan terpahat sempurna. Mereka berputar membentuk formasi melingkar lalu melompat sebelum akhirnya mendaratkan badan ke lantai menimbulkan jeritan juga riuh tepuk tangan. Bagaimana tidak, bagian bawah tubuh mereka naik-turun seakan-akan tengah membangunkan fantasi liar bagi orang yang menyaksikan.

Pendar lampu panggung berangsur-angsur memudar berganti kemerahan ketika pria-pria itu merangkak ke tepi panggung yang disambut uluran tangan para perempuan. Tentu Poppy tak tinggal diam mengetahui Pete menghampirinya diikuti kerlingan mata penuh arti.

"Aku senang kau datang," bisik Pete. "Mau ke atas panggung kan?"

Tanpa sungkan, Poppy mengiyakan lalu mengirim sebuah kecupan di pipi.

Alexia yang sedari tadi diam tiba-tiba mencolek lengan Poppy. "Arah pukul lima," ujarnya bersamaan Pete bergerak mundur.

Tahu apa yang dipikiran Alexia, Poppy tak langsung menoleh sebab paham betul siapa yang berdiri jauh di belakangnya. Sudut bibir gadis itu terangkat dan berucap, "Let show him, how I play this game, Babe."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top