37. Hello Me

'I keep telling lies to the mirror. Saying that I'm fine and that I'll be alright.'
-Kado-

***

Hari-hari tanpa terasa telah berlalu semenjak insiden yang memecah ilusi yang pernah ditapaki sepenuh hati. Berkalung sepi kini Poppy membentengi diri agar tak terlena lagi. Cukup sudah dipermainkan pria pun dia sudah puas dirangkul karma. Segala lara yang diterima mungkin balasan Tuhan akibat dia selalu mencampakkan pria yang terjerembab oleh pesonanya.

Di satu sisi, bukankah salah mereka yang selalu mendahulukan nafsu alih-alih logika? Bukankah mereka yang terlebih dulu memantik gairah sebelum segalanya diperparah oleh rayuan berbalut dusta? Lantas siapakah yang salah?

Tidak semuanya salah perempuan kan?

Masih mematut diri di depan cermin, sebelah tangan Poppy memulas lipstik Gucci cokelat kemerahan di bibir kemudian merapikan kembali rambut yang dipangkas hingga sebahu. Kata orang, ini salah satu cara membuang sial selepas dilanda patah hati. Tak segan-segan pula Poppy mengecat rambut brunettenya hingga menciptakan efek highlight merah muda.

Bagai dilahirkan kembali, lembaran lama kehidupannya yang merana telah ditutup rapat-rapat. Hari ini, detik ini, dia telah berjanji bahwa tidak ada lagi Poppy yang menangisi pria hingga menenggak berbotol-botol wiski bak orang gila. Tidak ada lagi Poppy yang menyalahkan dunia atas kandasnya kisah cinta yang terpatri indah.

Tidak ada.

Dia hanya belum beruntung dan siapapun yang meremukkan kepercayaan juga cintanya yang tulus akan merugi di kemudian hari. Sebab perasaan itu hanya tumbuh sekali dan tidak akan pernah dipersembahkan tuk kedua kali.

Ya, baginya tidak ada yang namanya jatuh cinta kedua untuk orang yang sama.

Seulas senyum tipis terbit di bibir walau rasa kecewa dan amarah tetap setia menggelegak memenuhi dada. Namun, Poppy sudah terlalu lelah menghadapi drama di saat semua orang berlagak tak mau disalahkan, terutama keluarganya.

Di malam Poppy meninggalkan rumah sakit-di mana hati, jiwa, dan harga dirinya sudah berceceran-tertatih-tatih dia mendatangi apartemen Joey sekadar membereskan barang-barang sebelum menghancurkan milik sang kakak sampai berkeping-keping.

Bukan itu saja, Poppy membobol pintu kamar Joey dan menyambar kartu debit juga kunci mobil yang sempat disita selama berbulan-bulan. Sial sungguh sial, ternyata dua benda itu terselip rapi di bagian terbawah pakaian Joey bersama foto-foto mantan kekasihnya. Dirobek potret tersebut lantas tindakan terakhir sebagai salam perpisahan, Poppy mencoret dinding apartemen Joey menggunakan cat semprot merah menyala.

'FUCK YOU ASSHOLE!!'

Setelahnya, atas bantuan Alexia juga kekasihnya-Ryder-Poppy menempati sebuah apartemen di kawasan Stoke Newington yang berada di utara London. Meski tidak semewah yang ada di Westminster, setidaknya di distrik kecil ini Poppy menemukan ketenangan. Dari sini pula, dia membutuhkan waktu sekitar setengah jam menggunakan mobil pribadi menuju gelanggang latihan. Untuk yang satu ini, Poppy memohon kepada Harold agar tidak bertemu di Golden Skate melainkan di Ice Oasis milik Ryder.

Tentu saja mulanya Harold menolak keras karena tak mau ikut campur urusan pribadi Poppy yang terjerat cinta bersama teman kakaknya. Namun, desakan juga cerita menyedihkan yang dituturkan anak didiknya tersebut berhasil meluluhkan hati Harold.

"I don't need fucking time to forgive them, Harold," tandas Poppy sembari tersenyum kecut. "I remember and hate." Dia mengetuk-ngetukkan pelipis tuk menunjukkan betapa segalanya tidak akan pernah dilupakan sekalipu ribuan maaf diterima.

"Aku paham. Hanya saja sampai kapan?"

Poppy menggeleng pelan, "Aku tidak tahu." Diraih tangan besar nan kasar Harold lantas memandangnya penuh harap. "Tolong tetap rahasiakan keberadaanku, Sir. Biarkan Joey atau orang tuaku menangis darah karena perbuatan mereka."

"Poppy ..."

"Harold ... yang kau lihat bukanlah Poppy Pearson yang dulu. Dia telah mati terbawa arus sungai Thames, Sir," sela Poppy mengunci iris cokelatnya ke bola mata sang pelatih.

###

Setelan leotard hitam yang dilapisi stoking senada juga kaus kaki membuat Poppy begitu lincah di atas permukaan es. Meliuk-liuk mengikuti musik Eleanor Rigby yang mengentak membakar semangat yang sempat padam. Kala temponya kian naik, Poppy mengambil ancang-ancang lalu melompat ke udara dan berputar secara cepat menyelesaikan quad axel. Harold bertepuk tangan saat anak didiknya berhasil mendarat sempurna tanpa goyah.

"Good job!"

Mata Harold berkaca-kaca bahagia karena musibah yang menimpa gadis itu ternyata tidak menghalangi kemampuannya di atas gelanggang. Manalagi lompatan inilah yang bakal jadi hidangan utama di kompetisi nanti. Dia rindu euforia penggemar Poppy meneriakkan 'Swan Angel' sebagai julukannya ketika juri-juri dibuat kagum oleh lompatan, kecepatan, dan landasan yang tampak anggun nan ringan bak sehelai bulu angsa yang mengambang di udara.

Lihat saja gadis itu di sana, jiwa dan raganya telah larut dalam ketukan demi ketukan lagu yang dinyanyikan oleh Cody Fry. Segenap aliran darahnya turut berdesir cepat seiring gesekan es yang dihasilkan melalui pisau sepatu skating berubah menjadi harmoni indah di telinga. Sayatan-sayatan tersebut membentuk pola-pola melengkung hingga melingkar yang mempresentasikan bahwa sejatinya hidup tidak melulu lurus pun tidak hanya berhenti di satu titik.

All the lonely people
Where do they all come from?
All the lonely people
Where do they all belong?

Saat melaju mundur mengitari arena es, Poppy mengeksekusi kombinasi lompatan triple lutz-triple toe loop secara presisi. Sekali lagi Harold bertepuk tangan menyaksikan kehebatan Poppy ketika dia berotasi menggabungkan tiga teknik putaran sekaligus. Camel spin disusul hair cutter kemudian diakhiri extrem Y-spin-satu kaki terangkat lurus ke belakang. Begitu lantunan lagu makin lama makin hilang, Poppy berpose dengan napas terengah-engah.

Sorot matanya mengarah ke Harold yang menggaungkan pujian sukses mengembangkan senyum di bibir Poppy. Perasaannya membuncah bagai dipenuhi bunga-bunga musim semi, begitu pula segala emosi yang tadinya menggulung-gulung dada kini lenyap tanpa sisa. Mungkin hanya di sinilah pelipur lara itu ada-panggung es di mana Poppy bisa menjadi diri sendiri tanpa digelayuti patah hati.

Dia meluncur menghampiri Harold kemudian menyambar pelindung pisau sepatu skating yang diletakkannya di atas tembok pembatas. Seraya memasang, Poppy berucap, "Bagaimana?"

"Luar biasa!" seru Harold hingga pipinya memerah karena kagum. "Kau benar-benar menemukan jati dirimu di sana, Poppy."

Gadis itu memutar kepala, menyengguk pelan lalu menatap kembali pelatihnya. "Karena di sana tidak ada yang menyakitiku, Sir."

"Apa kau-"

"No." Poppy menyela ucapan Harold. "Aku baik-baik saja. Tidak ada waktu tuk menangisi pria dan ... Hey!" Dia melambaikan sebelah tangan ke arah pria bertubuh tinggi tegap berpotongan fringe.

Harold menyipitkan mata menyambut pria asing yang belum pernah dilihatnya selama mendidik Poppy. Lelaki berlapis long coat abu-au dengan setelan warna beige ini menyapa Harold dengan sopan lantas berkata, "Halo."

"Oh ..." Harold mengangguk agak canggung, "Halo. Kau ..."

"Pete. Teman Poppy."

Harold berpaling ke arah Poppy. "Teman?" Dia menelengkan kepala berusaha menyiratkan sesuatu 'Bukankah tidak ada yang boleh tahu tempatmu latihan?'

"Harold, aku tidak akan menutup diri. That's not me okay," bisik Poppy sepelan mungkin. "Kalau pria bisa bersenang-senang dengan belasan wanita sebelum dicampakkan, kenapa aku tidak? Hidup harus seimbang, Sir."

Mendengar hal tersebut, bola mata Harold membulat seakan-akan tidak terima atas pernyataan Poppy yang terdengar gila. Kalau pun ingin move on, Harold kira bukan seperti ini caranya melainkan membuktikan kualitas diri jika perempuan berharga seperti Poppy patut diperebutkan banyak pria.

"Poppy ..." desis Harold ingin melayangkan protes tapi kalimatnya tertahan di mulut saat gadis keras kepala itu berkusu-kusu kembali,

"Aku ingin merayakan kebebasanku, Sir."

"Kau menjadikannya pelampiasan bukan?" tandas Harold. "Bukan seperti itu caranya, Nona," geramnya gemas.

"Hello me, Harold," ucap Poppy menaikkan sudut bibir penuh arti. "They could treat me like a doll, then I would be their Annabelle. Life must be balanced, right?"

***

Daftar Istilah :

Quad Axel : lompatan tepi dan berputar empat setengah kali di udara sebelum mendarat.

Triple Lutz: lompatan yang dibantu oleh gerigi toepick pada sepatu seluncur dengan permulaan masuk memakai mata pisau sepatu seluncur bagian luar belakang dan mendarat di belakang mata pisau sepatu seluncur bagian luar kaki yang berlawanan. Lompatan ini disertai 3 putaran di udara sebelum mendarat.

Triple toe loop : Lompatan toe loop dilakukan dengan pendekatan ke depan di tepi bagian dalam mata pisau sepatu seluncur; peseluncur kemudian beralih ke posisi menghadap ke belakang sebelum lepas landas yang dilakukan dari tepi mata pisau luar sepatu seluncur bagian kanan belakang peseluncur dan gerigi toe-pick sepatu seluncur sebelah kiri. Lompatan keluar dari tepi mata pisau seluncur bagian luar belakang kaki yang sama.

Camel spin : Kaki skater yang meluncur sedikit ditekuk atau lurus, tubuh mereka ditekuk ke depan, dan kaki bebas mereka ditekuk ke atas atau direntangkan pada garis horizontal atau lebih tinggi.

Hair cutter spin : gerakan di mana skater menekuk punggung sampai membentuk lingkaran dan tangan menyentuh pisau sepatu sambil berputar.

***

Yuk komen yaaakkk!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top