2. Recana Fang.

"Pagi ... semua ...." Fang menegur semua kawan-kawannya sesampainya ia di kedai Tok Aba-BoBoiBoy Kokotiam.

"Pagi Fang." Gempa Balas menegur. Ditatapnya Fang yang penampilannya kusut dan acak-acakan di pagi hari itu. "Kamu ... habis ngapain?"

"Nanti dulu, Gem ... aku pesan kopi dulu," gumam Fang sembari melangkah dengan terhuyung-huyung kearah sebuah meja.

Gempa mengerenyit melihat keadaan temannya itu. "Tumben?" tanya Gempa sembari membuat secangkir kopi pesanan Fang.

Halilintar yang melihat sahabatnya berjalan sempoyongan begitu langsung menuntunnya ke arah sebuah bangku dan membantunya duduk. "Kau ... mabuk?" tanya Halilintar dengan lirikan netra merah darahnya yang tajam.

Fang menggeleng. "Jet lag, aku ngantuk," jawabnya sebelum menguap lebar. "Aku pulang pergi non-stop Kuala Lumpur-London, dua hari di London, habis itu langsung pulang."

"Kenapa ngga pulang, terus tidur?" tanya Halilintar yang kini telah duduk bersebelahan dengan Fang. "Memang ada apa sih, sampai bela-belain kemari?"

"Nih, kopinya, Fang." Datanglah Gempa membawa secangkir kopi pesanan Fang yang langsung disajikan di depan pemuda berambut ungu itu.

"Terima kasih," ujar Fang sembari mengangguk. Diseruputnya kopi hitam pekat buatan Gempa. "Ah ... akhirnya, kopi yang asli kopi," gumamnya sebelum kembali menyeruput kopi hitam itu. "Aku butuh kalian semua ...." Fang akhirnya memulai ceritanya.

"Kami? Untuk apa?" tanya Gempa yang ikutan duduk di sebelah Fang, berhadapan dengan Halilintar.

"Begini. Aku menang sayembara online dari stasiun TV swasta di Inggris"

"Jadi kau mau membagi kami hadiahnya?" tanya Halilintar sembari mencondongkan badannya ke arah Fang, kelihatan sangat tertarik dengan cerita Fang.

"Belum selesai, Hali." Kembali Fang menyeruput kopinya. "Pemenang sayembara online itu dipilih menjadi peserta untuk acara napak tilas perjalanan yang pernah disponsori oleh stasiun TV swasta itu."

"Tunggu, sepertinya aku mengerti maksudmu," ujar Gempa. "Kau perlukan kita semua untuk ikut denganmu?"

"Ya. Kalian semua. Dari Halilintar." Fang menunjuk Halilintar. "Sampai Solar."

"Sebentar." Halilintar berdehem, memotong pembicaraan Fang. "Dari tadi kau belum cerita seperti apa acara napak tilas perjalanan itu?"

"Mudah kok. Kita semua akan didrop di suatu tempat. Nah, di tempat itu kita akan diberitahu harus kemanab... yang jelas bukan di Malaysia."

"Berjalan kaki?" Tiba-tiba raut muka tertarik Halilintar memudar. "Kalau harus berjalan kaki, aku ngga ikut."

"Kalian bertiga sudah punya SIM kan? Kau, Gempa, sama Taufan?" Tanya Fang.

"Ya. Memang kenapa?"

"Karena napak tilasnya menggunakan mobil ... sponsor dari stasiun TV swasta itu."

"Mobil apa nih?" Gantian Gempa bertanya. "Jangan bilang mobil Perodua Kancil."

Fang mengacungkan tiga jari. "Toyota Fortuner, Mitsubishi Pajero, Ford Everest. Cukup untuk kita berdelapan. Aku, kamu, Halilintar, Taufan, Blaze, Thorn, Ice, dan Solar .... Bahkan kalau kita berhasil, mobilnya boleh dibawa sebagai bagian dari hadiah utama."

"Wah, kapan lagi kita bisa punya mobil begitu!" pekik Gempa yang langsung semangat mendengar perkataan Fang.

"Apa? Kita mau punya mobil?" sahut sebuah suara cempreng dari belakang mereka semua. Taufan sudah berada di kedai kembali setelah ia, Thorn dan Blaze berganti pakaian yang karena basah kuyup diguyur Halilintar.

"Hey, Taufan," tegur Fang. "Dan ya, kita semua mungkin akan punya mobil baru kalau berhasil melewati acara napak tilas ini."

"Tunggu apalagi, ayo! Kapan lagi kita bisa punya mobil bagus begitu!" ujar Taufan dengan penuh semangat. Terbayang sudah di benaknya kalau ia akan mendapatkan mobil baru.

"Ish, sabar, Fan," ketus Halilintar yang kini agak ragu-ragu. "Tawaran yang menarik sih. Tapi terlalu baik kelihatannya."

"Kenapa kau mendadak jadi paranoid, Hali? Bukannya dari dulu kau menginginkan mobil yang baru untuk kalian semua," ujar Fang yang bermaksud mengompori Halilintar.

"Ya, kurasa ini ide bagus, Hali. Mobil gratis, gitu lho. Kapan lagi." Tidak biasanya Gempa ikutan mengompori Halilintar. Tawaran memiliki mobil baru secara gratis memang terlalu baik untuk dilewatkan.

"Oh ya, ketiga mobil itu diluar hadiah uang tunai lho." Fang menambahkan. "Uang tunai, dua ratus ribu ringgit."

Semuanya terdiam untuk beberapa saat. 'Dua ratus ribu ringgit.' Kata-kata Fang masih tergiang di telinga Gempa, Taufan dan bahkan Halilintar.

"Itu bersih setelah dipotong pajak?" Tanya Halilintar yang terlihat semakin tertarik dengan ajakan Fang.

"Ya. Dua ratus ribu ringgit, bersih."

"Memang berapa lama perjalanannya? Kedai ini ngga bisa ditinggal tutup terlalu lama." Gempa kembali angkat bicara.

"Itu tergantung dari seberapa cepat kita bisa menyelesaikan perjalanan. Mungkin satu minggu atau paling lama dua minggu." jawab Fang. "Ayolah, Gempa. Kapan lagi kita bisa liburan bersama dan dibayar pula." Pemuda berambut ungu itu menatap Gempa dengan penuh harapan.

"Sebetulnya aku ngga terlalu tertarik sih," keluh Gempa. "Kalau aku ngga ikut bagaimana?"

"Yah... Nanti siapa yang masak? Halilintar? Ogah!" ketus Fang, yang langsung dibalas dengan lirikan maut oleh yang disebut namanya. "Dua ratus ribu ringgit lho Gem .... Dibagi empat untuk kamu, aku, Hali, Taufan ... masih lumayan."

Gempa masih berusaha untuk terlihat tidak tertarik."Yah, lumayan sih uang segitu. Mungkin cukup untuk renovasi kedai kita ini .... Tapi masa iya aku diajak ikut cuma untuk jadi tukang masak saja? Lebih baik aku jaga kedai deh."

"Ayolah, Gem ... biar ramai, biar seru sekalian .... Gini saja deh, kutambah deh bagianmu dari hadiah bagianku, gimana?" Entah kenapa Fang terlihat bersemangat sekali mengajak Gempa ikutan dalam rencananya itu.

Gempa menghela napas panjang, berpura-pura sangat keberatan diajak ikut acara berlibur yang direncanakan Fang. "Ya sudah ... aku ikut."

Jawaban Gempa membuat Fang terlihat sangat lega. "Bagus .... Nah, jangan sampa Blaze, Thorn, Solar, atau Ice tahu bahwa ada hadiah uang dari perjalanan ini .... Bilang saja ke mereka kalau hadiahnya mobil baru."

"Ya, aku setuju. Kalau mereka tahu pasti ikutan minta bagian, kan?" sahut Taufan sembari menganggukkan kepalanya.

"Tunggu, kau belum bilang kita mau pergi kemana, Fang ...," ujar Halilintar. "Bukan tempat aneh-aneh kan?"

"Ah... Itu." Fang mulai cengar-cengir menutupi gugupnya. "Itu... Aku juga belum tahu."

Ketiga kakak-beradik kembar itu menatap Fang bersamaan. Ada yang menatap heran, ada yang menatap sebal, ada juga yang menatap seakan-akan hendak menjitaknya.

"Kau gimana sih!" dengkus Halilintar sembari melipat tangannya di depan dada. Memang lebih baik diposisikan melipat untuk saat ini, kalau timingnya tepat kan tinggal dibuka untuk menjitak kepala temannya itu. "Rencana percalanan napak tilas tapi ngga tahu tempat?"

"Yah ... kata produsernya, itu dirahasiakan. Baru akan diberi tahu kalau kita sudah sampai di titik awal keberangkatan."

Taufan menghela napasnya. "Oh well ... ngga mungkin tempat yang berbahaya seperti gunung berapi, kan?"

"Bukan tempat yang lagi kena perang juga, kan?" tanya Gempa yang mulai terlihat khawatir.

"Produsernya sudah menjamin kok, bukan daerah yang sedang dilanda bencana atau perang seperti daerah Timur Tengah, untuk saat ini," ujar Fang dengan nada yang sangat yakin. "Seminggu lagi kita berangkat. Mulai deh siap-siap baju ganti dan segala macam. Jangan lupa buat passport, nanti biar kubantu urusan passportnya."

"Kuharap daerah tujuan kita itu tempat yang glamour, indah, banyak bule gantengnya." Gumam Taufan yang sudah mulai daydreaming.

"Bule ... ganteng?" Halilintar meneguk ludah dan menatap horror kepada adiknya itu.

"Maksudku, bule cantik, bule cantik .... Maaf, keseleo lidah," ralat Taufan sembari cengengesan dan menggaruk-garuk pipinya.

"Oke, kalau begitu," ujar Fang yang secepatnya mengalihkan topik pembicaraan. "Seminggu lagi kita berangkat!"

.

.

.

Bersambung.

Terimakasih untuk yang sudah review, vote, fave atau comment. Nantikan kelanjutan ceritanya.

Author note:

-Fanfic ini TIDAK disponsori oleh Toyota, Mitsubishi, atau Ford.
-

Jet lag= kondisi tubuh yang lelah karena perbedaan zona waktu ketika berpergian menggunakan pesawat terbang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top