Part 6
"Ada kalanya, sesuatu yang telah kita buang akan terlihat lebih menarik saat sudah dimiliki oleh orang lain"
-Greenut's Taste-
♡♡♡
Daniel keluar dari ruangan Dosen, dengan perasaan Lega. Ia memilih duduk sejenak di sebuah bangku yang ada di pinggir jalan sambil menyesap air mineralnya.
Mata Daniel terkunci pada satu obyek yang berdiri di seberang jalan, seseorang yang pernah Daniel hancurkan.
"Dia-" lirih Daniel
***
Libra menggeleng bingung "Gue gak tau," ucapnya Libra dengan tatapan oon.
Tyas berdecak sebal "Ck! Masa lo kagak tau sih? Secara gitu lo kan sering keliling komplek ngeronda siang-siang, Libra si anak liar" celetuk Tyas.
Leo mengernyit menatap Tyas dengan tatapan bertanya "Liar?" tanyanya membeo.
Libra gelagapan. "Bu... bukan, bukan gitu," ujar Libra, sambil menatap horor pada Tyas.
"Hehe, woles gais, bukan gitu maksudnya. Libra ini udah sama kayak hansip komplek. Suka keliling, ngeronda," ucap Tyas, lalu tertawa.
Libra yang tidak terima dikatai hansip, melotot tajam pada Tyas "Eh monyong! mulut Lo asal ngejeblak aja ya, fitnah Lo. Inget! Fintah itu lebih kejam dari pada enggak ngefitnah," sanggah Libra.
"Lah? Emang bener kan?
Rio langsung mengiring dua temannnya itu keluar dari pintu rumah "Pritttt! stop, pelanggarang!" Rio bergaya seperti wasit sepak bola. Rio memegang, kepala Libra dan Tyas, dan sedikit mendorongnya.
Tyas menepis tangan Rio "Apaan sih lo! jangan sampe kekesalan gua beralih sama lo!" Ancam Tias.
Sedangka Leo menyalakan mesin motornya. memundurkan motor sport itu ke arah pagar. Rio pun tidak tinggal diam, dia langsung memanfaatkan keadaan itu, agar terhindar dari serangan Tyas.
"Eh Lib, Leo udah mau jalan tu" ucap Rio, Libra menengok ke arah Leo. "Naik gih! entar ditinggal, jalan kaki lo pulang!" tambah Rio mengingatkan.
Tiba-tiba saja perasaan Libra jadi aneh, antara gugup dan bingung "I... iya Rio, Yas gue pulang dulu ya."
Tyas menghampiri Libra "Hati-hati ya, kalau Dia ngebut, peluk aja@" bisik Tias ke telinga Libra.
Libra menatap Tyas horor "Apaan sih lo! Jan ngaco deh!" ucap Libra, berjalan ke arah Leo. Tyas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah temannya itu.
Saat sampai di depan motor Leo, Libra ragu untuk naik, tapi dia menepis keraguan itu, Libra tidak mau menjadi bulan-bulanan Rio dan Tyas, si duo rusuh.
Libra memasang helm yang diberikan Leo, segera menaiki motor sport itu. Libra memegang bahu Leo, dan duduk manis di belakangnya. Leo memakai helm full face miliknya, membunyikan klason, lalu menggas motor sport itu.
Leo mempercepat laju kendaraannnya, ia merasakan bahunya seperti diremas. Ternyata memang benar Libra mencengkram kuat bahu Leo, sambil menutup mata rapat-rapat, Libra berharap ini bukan akhir dari hidupnya.
"Kenapa? lo takut?" tanya Leo memecah keheningan, saat ini mereka tengah berhenti karena lampu merah.
Libra menggeleng guugp "Ng... nggak, enggak takut! Buat apa takut! Cuma naik motor kok! Biasa aja," jawab Libra berusaha untuk tetap bersikap santai.
Leo tersenyum meremehkan "Kalo lo gak takut, kenapa Lo remas bahu gue? Atau lo mau gantian, modus ke gue?" tanya Leo.
Libra melihat tangannya ada di bahu Leo, dan langsung menarik tangan itu "Mana? gak ada! Lagian ngapain Gue modus ke lo, gak ada untungnya juga!" kilah Libra.
Leo menoleh kebelakang, membuka kaca helmnya, lalu menarik tangan Libra "Ya udah kalo gak modus, gak papa. Yang penting pengangnya jangan di situ, yang bener tu di sini," ucap Leo melingkarkan tangan Libra kepinggangnya.
Libra hanya diam mematung, belum sempat Libra menjawab dan mearik tangannya, lampu kembali hijau, Leo menjalankan motornya. Alhasil Libra semakin mengeratkan pelukan di pinggang Leo, saat Leo menambah kecepatannya. Leo tersenyum melihat tangan Libra melingkar indah di pinggangnya.
Libra merasakan wajahnya memanas Astaga! Ini jantung gue kenapa lagi? Disko-disko gak jelas. Ntar kalo musik dalam jantung gue kedengaran sama Leo kan malu," batin Libra
Leo bisa merasakan Libra sedang gelisah di belakangnya "Kenapa? Lo deg-degan ya meluk gue? tanya Leo, lalu terkekeh geli.
Libra menatap heran "Nih anak, punya Indra Bekti kali ya? Eh! Kok Indra Bekti sih? Maksudnya Inda ke enam, kaya Roy komochi itu, bisa baca perasaan orang?" batin Libra
Libra mendelik kesan "Pede amat jadi orang!" ucap Libra.
Leo mengangkat kedua alisnya dan tersenyum jahil "Tapi bisa gak sih, meluknya jangan keceng banget kaya gitu, Gue sesak napas jadinya," ucap Leo.
Libra tertawa jahat, lalu makin mempererat pelukannya "Rasain lo! Mamam Nih! biar mati sekalian. HAHAHA," ucap Libra senang.
Tanpa Libra sadari jika, Leo mengulun senyumannya, Dia menikmati perjalanan mereka. Sebenarnya Leo tidak merasa sesak sama sekali hanya akal-akalannya saja, agar Libra tidak melepaskan pelukannya.
"Yes! modus Gue berhasil! Katakan peta! Katakan peta! seru Leo dalam hati."
***
Daniel berjalan, mencoba menghampiri Seseorang yang Dia lihat tadi "Hai?" sapa Daniel.
Wanita itu tersenyum "Oh, Hai kak!" jawabnya dengan wajah kikuk.
Daniel balas tersenyum "Lo, ngapain disini? " tanya Daniel, berusaha berbicara seperi sahabat, agar tidak terlalu kaku.
Dia menujuk ke arah toko buku di belakangnya "Nih, lagi temenin temen beli buku," jawabnya santai.
Daniel manggut-manggut mengerti "Lo gak ikut beli?" tanya Daniel lagi.
"Udah, nih!" ucapnya menunjukkan kantung plastik berisi sebuah buku.
Daniel mengangguk-angguk lagi, seperti mainan anjing yang sering di letakan di dashboar mobil.
"Yang cowok tadi siapa?" tanya Daniel saat melihat wanita yang berada di depannya ini berbicara dengan seorang Pria.
"Umm itu Dia-"
"Na, Lo ngilang-ngilang terus deh! Udah kaya jin aja!" gerutu seorang wanita yang baru keluar dari dalam toko.
Wanita yang berbicara dengan Daniel itu, langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur dari Daniel "Kak, aku duluan ya!" Dia langsung menarik tangan temannya. sementara orang yang di tarik hanya diam, pasrah.
"Maafin aku Di," lirih Daniel dengan kepala tertunduk.
***
"Eh! Le kok lo bawa motor sih? bukannya Lo dijemput sama Rio ya?" tanya Libra saat di perjalanan.
"Iya, lagi pengen bawa motor aja," jawab Leo. Libra hanya manggut-manggut, mengerti. Dan setelah itu tidak ada pembicaraan lagi diantara mereka. Tidak lama kemudian, Libra dan Leo sudah sampai di depan rumah Libra.
Libra turun dari motor Leo "Le, makasih ya, udah nganterin pulang," ucap Libra ramah.
Leo mengangguk "Iya, sama-sama," jawab Leo
Libra berjalan kearah pagarnya, memegang pagar itu, untuk membukanya, namun gerakan itu terhenti, saat Leo memanggilnya.
"Emm, Libra," Panggil Leo.
Libra yang dipanggil berhenti dan berbalik menghadap Leo "Ya," jawab Libra, menaikan kedua alisnya.
Leo menunjuk ke arah kepala Libra "Helmnya!" ucap Leo.
Libra gelagapan, membuka helm itu tergesah-gesah "Eh sorry Le, gue lupa," ucap Libra, menyerahkan helm itu. Menahan malu.
Leo tersenyum tipis "Iya, gak papa. kalo gitu gue jalan dulu ya," ucap Leo.
Libra mengengguk "Ah iya, sekali lagi makasih," ucap Libra, Leo mengangguk dan menstater motornya
"Hati-hati ya Leo," ucap Libra. Leo hanya menganguk dan menjalankan motornya menjauhi Libra.
Libra melihat Leo yang semakin jauh "Bego banget sih! Pake acara salting! Bikin malu aja!" ucap Libra, memaki diri sendiri sambil memukul-mukul pelan kepalanya.
Libra memasuki rumah dengan perasaan jengkel, ia jengkel pada dirinya sendiri. Bundo Libra yang sedang merapikan meja, bingung melihat Libra yang memukul-mukul kepalanya.
"Kenapa Dek? Kok kepalanya dipukul-pukul gitu? Udah gak guna lagi ya?" tanya bundo Libra.
Libra melihat kearah bundonya. Astoge! Pertanyaan macam apakah itu? Sungguh terlalu sekali ya "Gak papa bundo," jawab Libra, tersenyum. Ia sedang malas bercekcok ria.
Kening Bundo Libra berkerut "Gak kenapa-kenapa, tapi kepalanya dipukul! Apa mau Bundo bantuin pukulnya pake centong nasi?" tanya Natasya bundo Libra, tak berperasaan. Masa kepala Libra mau di tampol pake centong nasi. Gak ada yang lebih berkelas gitu? pake sekop emas misalnya.
Libra menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Hehe gak papa kok Bun, cuma pusing dikit aja. Paling nanti dijedotin ke kamar mandi juga sembuh," jawab Libra.
Bundonya hanya mengguk singkat "Yaudah sok atuh jedotin. Kalau udah ilang pusingnya, istirahat di kamar, entar makanannya Bundo anter ke atas," ucap Natasya.
Libra mengangguk pelan "Iya bun" lalu berjalan ke kamar dengan malas. "Tega banget dah jadi Mak orang, anak mau jedotin kepala ke kamar mandi, bukannya dilarang, eh! malah dipersilhkan. Nasib...nasib...," gerutu Libra.
Libra membuka pintu kamarnya, meraba-raba dinding mencari saklar lampu. Setelah lampu menyala dan kamarnya menjadi terang Libra membaringkan badannya di atas kasur.
Libra menggeleng-geleng frustasi "Aduhh...! kok gue jadi gini sih, gue enggak boleh jatuh cinta, lagian gue juga udah punya pacar, ngapain mikirin si Leo! Kayaknya pala gue emang butuh tembok nih!" ucap Libra.
***
TBC
JANGAN LUPAKAN TINGGALKAN JEJAK, KARNA KALO MANUSIA ITU PASTI PUNYA JEJAK. YANG ENGGAK PUNYA JEJAK ITU MAH HANTU. WKWKWK
JANGAN LUPA JUGA BUAT FOLLOW AKUN INI YA. KALO ENGGAK FOLLOW, FOLLOWER'S GUE ENGGAK NAMBAH. WKWKWK.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top