Part 18

"Tuhan, jika suatu saat aku jatuh pada hati yang tepat. Maka jatuhkanlah aku sejatuh-jatuhnya"

-Dee Lestari-

♡♡♡

"Leo, lo tau ini dari mana?"
tanya Libra dengan wajah kagum yang kentara.

Leo mengernyit "Maksudnya?"

Libra mengguncang-guncang bahu Leo "Gue suka banget sama ini!!" pekik Libra.

Leo tertawa "Gue juga suka. Kayaknya kita jodoh deh," ucap Leo sambil tertawa renyah.

Libra menjadi gugup "Apaan sih? Masih kecil udah ngomongin jodoh."

Leo hanya tertawa "Hahaha. santai aja lagi, gua cuma becanda. Ayo duduk!" Leo menuntut Libra duduk.

Leo menuntun Libra untuk duduk, tak ada kursi atau alas apapun yang mengalas duduk mereka. Hanya ada rumput dan tanah.

"Libra, lo liat deh, semuanya keliatan indah dari sini," ucap Leo.

Libra tersenyum "Mmm iya keren banget."

Leo menghela napas dalam "Lo tau, dulu, mama sering banget ngajak gue ketempat yang kayak gini."

Libra tampak antusias "Oh ya? Pasti Mama lo baik banget" ucap Libra. Leo hanya tersenyum.

Leo melihat Libra menggosok-gosokan kedua tangannya ke bahu. Ia kedinginan, lalu tanpa ba bi bu, Leo langsung melepaskan jaket yang ia pakai dan memasangkan pada Libra.

Libra menatap Leo memakaikan jaket Bomber maroon itu padanya.

"Lo kedinginan, jadi pake jaket gua aja," ucap Leo dengan senyuman manisnya.

"Terus Lo gimana? Masa gue hangat lo kedinginan?" Libra, menahan tangan Leo di bahunya.

"Gak pa pa, gue harus ngelindungi lo Libra, kan gue udah Janji sama bundo lo. Kalo lo sakit, ntar bisa-bisa gue dijadiin rendang lagi," ucap Leo, lalu mereka terkekeh bersama.

Libra memandang kagum, Leo sangat tampan saat tertawa. "Nikmat tuhan mana yang engkau dustakan?" lirih Libra dalam hati.

"Leo, kota Bandung keren ya kalo malam gini, kayak ada lampu kelip-kelipnya gitu berasa lagi liat bintang di bumi," ucap Libra, terkagum-kagum.

Leo Lalu tersenyum tipis, Libra memang benar, kota Bandung sangat indah dari atas sini.

"Mau liat yang lebih keren lagi?" tanya Leo. Libra menoleh dan mengangguk antusias.

Leo merebahkan badannya di atas rumput hijau itu.

Libra mengerinyit heran "Loh! kok malah tiduran sih?" tanya Libra was-was.

Leo menoleh "Ayo!" ucapnya sambil menepuk tanah di sisi sampingnya, tepat di belakang Libra.

Libra tampak bingung karenanya.

Leo tertawa "Harus tiduran dulu, baru kelihatan."

Libra tampak ragu-ragu. Lalu Leo bangkit, dan menuntun Libra untuk berbaring.

"Nah, kelihatan kan!" Seru Leo, saat mereka tengah berbaring dan menatap lurus ke langit yang indah. Dengan bintang dan bulan yang menghiasinya.

"OMG! Ini lebih keren dari yang tadi." pekik Libra.

Leo menoleh pada Libra "Mau denger cerita?" tawar Leo.

Libra mengangguk "Boleh!"

Leo memulai pembicaraan. Libra tak memotong, atau menanyakan apapun, Ia berusaha untuk menjadi pendengar yang baik. Libra melihat perubahan raut wajah Leo, tampak banyak sekali kesedihan yang tersirat dalam matanya.

Leo menghela napas lagi, untuk memulai pembicaraan "Mama pernah ngomong, kalo setiap orang itu punya bintang dengan sinarnya masing-masing." Leo berucap.

"Berarti gue juga punya dong." seru Libra.

Leo menoleh pada Libra dan tersenyum menganggukkan kepala.

"Iya, dan setiap bintang mempunyai pasangan yang akan selalu ada, saat salah satu cahaya dari mereka meredup," Leo menjeda ucapannya, mengambil napas sejenak.

"Dan, Mama gue juga pernah ngomong, kalo suatu saat bintang gue kehilangan sinarnya, maka akan ada bintang lain, yang akan menerangi gue."

"Dan gua berharap bintang itu adalah lo Libra" Gumam Leo dalam hati.

"Lo mau gua tunjukkin rasi bintang Libra?" tawaran Leo menyentakan Libra dari lamunannya.

Lagi-lagi Libra mengangguk antusias.

"Sini deketan!" suruh Leo.

Libra mengernyit takut "Lo gak ada niat macem-macem kan?" tuduh Libra.

Leo tertawa "Lo inget gak, waktu kita berantem di kelas? gara-gara lo gak sengaja nemplokin penghapus papan ke muka gue?" ucap Leo. Libra mengangguk pelan.

"Lo tau, waktu itu mulut gue hancur ditonjok Rio, cuma karna gua bikin lo nangis," ucap Leo.

Libra sedikit berpikir, ia mengingat kejadian itu, ia juga mengetahui perihal Rio yang memukul Leo.

Terlalu lama Libra berpikir, Leo langsung menarik tangan Libra agar bisa berdekatan dengannya.

"Gua janji gak bakalan, ngapa-ngapain lo."

Leo menunjukkan cara melihat rasi bintang pada Libra. Libra tampak senang. Tanpa ia sadari, kini ia telah menjadikan lengan Leo sebagai bantalnya, Leo hanya diam mendengar ocehan Libra yang sedang menghitung bintang di langit.

"Tuhan ... aku berharap waktu bisa berhenti untuk saat ini, dia membuatku nyaman tuhan, aku butuh dia," doa Leo dalam hati.

"Tuhan ... jika aku jatuh pada hati yang tepat, maka jatuhkanlah aku sejatuh-jatuhnya," lirih Libra dalam hati.

Mereka diam, menikmati bubuhan cahaya bintang yang ditemani temaramnya cahaya bulan.

Sampai rasa kantuk mendatangi mereka dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke perkemahan.

Saat telah sampai di sana, hanya ada beberapa siswa yang masih ada di api unggun. Karena ada yang memilih untuk sekadar berjalan-jalan, atau tidur di tenda.

Tiba-tiba saja Rio datang dari arah belakang, bersama Celine. dan memburunya dengan berbagai pertanyaan.

"Abis dari mana lo Bro?" tanya Rio.

"Kepo ae lu," jawab Leo. Melirik sinis pada perempuan yang berdiri di samping Rio.

"Awas aja lo berani macem-macem sama adek gue... gue tampol lo!" canda Rio. Lalu mereka terkekeh bersama.

Libra mendelik kesal "Gue gak mau jadi adek lo!" ketus Libra.

"Terus mau nya jadi apa? Pacar, istri, atau friendzone? maaf ya Lib, sayangnya gue udah nganggap lo kayak adek gua sendiri," ucap Rio dengan pede nya.

"Menghayal mulu nih!" ucap Libra, memeletkan Lidahnya.

Rio akan membalas lagi, namun terhenti saat suara seseorang menginterupsi.

"Udah-udah, gak usah berantem, mending kita nyanyi aja, sambil nunggu anak-anak dateng." Usul Celine.

"Gak bisa, Libra udah ngantuk, dia harus istirahat." sela Leo tajam

"Gak papa kok Le. Lagian kita musti kumpul lagi buat acara doa bersama." Libra menyentuh lengan Leo dengan lembut.

Leo tersenyum seraya menaikan resleting jaketnya yang ada di badan Libra.

Lalu mereka kembali duduk di depan api unggun yang masih menyala.

"Le, nyanyi lagu dong, bosen gue ini." Rio menyodorkan gitar milik pak Yaldi yang ia pinjam tadi.

Leo menyambut uluran gitar tersebut "Lib, lo suka lagu apa?"

Libra berfikir sejenak "Gue suka I was made for loving you dari Tori Kelly. Boleh gak kita nyanyi itu?"

Leo tersenyum gemas melihat wajah lucu gadis di sampingnya itu lalu mengacak rambutnya.

"Leo, aku juga boleh request lagu gak?" tanya Celine tak ingin kalah.

"Sorry tapi Libra udah minta duluan, nanti aja setelah lagu yang Libra suka selesai," jawab Leo tanpa menoleh.

Libra sedikit merasa aneh dengan sikap Leo ke Celine. Terlihat lebih dingin dan kasar. Libra tidak ingin ikut campur, mungkin mereka punya masalah pribadi.

A dangerous plan, just this time.

A stranger's hand clutched in mine.

I'll take this chance, so call me blind.

I've been waiting all my life.

Please don't scar this young heart
Just take my hand.

I was made for loving you.

Even though we may be hopeless hearts just passing through.

Every bone screaming (I don't know what we should do).

All I know is, darling, I was made for loving you.

Libra mengikuti setiap lirik dengan eskpresi seperti penyakit terkenal dunia, sehingga membuat Rio beberapa kali meledeknya. Namun, Libra tidak peduli, ia sangat suka lagu ini, terserah Rio mau mengatakan jika suaranya seperti bebek terjepit, yang terpenting itu ia bahagia.

Hold me close.
Through the night.

Don't let me go, we'll be alright.
Touch my soul and hold it tight.
I've been waiting all my life.

Leo menatap dalam wajah Libra, seolah lirik lagu itu menggambarkan isi hatinya. Sedangkan gadis yang ditatap Leo hanya bisa tersenyum malu dengan wajah merona.

I won't scar your young heart.
Just take my hand.

'Cause I was made for loving you.

Even though we may be hopeless hearts just passing through

Every bone screaming I don't know what we should do.

All I know is, darling, I was made for loving you.

Please don't go, I've been waiting so long

Oh, you don't even know me at all
But I was made for loving you

I was made for loving you.

Even though we may be hopeless hearts just passing through.

Every bone screaming I don't know what we should do.

All I know is, darling, I was made for loving you.

"Tuh kan gue kena kutukan bang kudaniel!" jerit Libra dalam hati saat lagu telah selesai

***

TBC

VOTE AND COMMENT

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top