Part 10

"Lelaki sejati tidak memukul atau membentak wanita"

-Greenut's Taste-

♡♡♡

"CIKO ANAKNYA GORILAAAA! SINI GAK! GUE BEDAKIN PAKE INI AWAS YA LO!" teriak Libra sambil mengacungkan sesuatu kearah anak laki-laki berambut keriting itu.

"HAHA! Siap Libra Devil, nanti gue awas deh pas lo mau bedakin gue. Tapi Lib, muke lu itu Hahahaa rasain lo. Wleeek!" ucap Ciko mencibir ke arah Libra.

"Dasar Kribo! Jelek! Dasar peternak kutu! awas lo ya, gue gak akan berhenti sampai lo rasain ini juga! Tunggu aja pembalasan gue ya! Azab itu pedih rasanya." ucap Libra, sambil terus berlari mengelilingi kelas dengan penuh amarah.

Libra berhenti mengejar temannya yang sudah berlari keluar kelas, larinya terlalu cepat, hingga Libra memilih untuk berbalik dan membalasnya nanti.

Libra berjalan masuk ke dalam kelas dengan perasaan jengkel. Dia tidak terima dengan perlakuan Ciko. Tunggu saja nanti, Libra akan membalas Ciko, bahkan kalau perlu Libra potong rambutnya dan buat peternakan kutu milik Ciko bangkrut!

Suasana kelas Xll IPA 4, saat ini setara dengan keadaan pasar. Pasalnya guru yang mengajar adalah guru terkiller di seluruh jagad raya sekolah berhalangan masuk, karena ada urusan.

Sebuah bohlam muncul di atas kepala Libra, gadis tersenyum jail "Awas lo ya kribo! Rasakan pembalasan seorang Libra! Tunggu saja lah. HAHAHA." seru Libra, lengkap dengat tawa jahatnya.

Libra bersembunyi di balik pintu, ia meletakan jari telunjuk, mengisyaratkan pada teman-temannya untuk tidak memberitahukan keberadaannya. Libra mendengar pergerakan dari luar, ia bersiap-siap dengan penghapus papan yang sedari tadi ia pegan. Libra akan menempelkan ini pada muka Ciko, sama seperti yang di lakukan Ciko pada-nya

Libra memperhatikan kenop pintu yang perlahan bergerak, pintu itu terbuka dengan pelan, tak menunggu lama lagi, setelah orang yang membuka pintu itu masuk, Libra langsung melancarkan aksinya.

POOOWWW!!!

Penghapus papan tulis itu sukses menempel pada pipi seorang yang baru saja masuk. "Hahaha, mampus lo Cik..- ko," ucap Libra, suaranya menciut di akhir kalimat.

Bukan! Ternyata orang masuk kedalam kelas itu bukanlah Ciko, astaga Libra telah salah sasaran. Libra merasakan suasana panas di sekitarnya. Pasti orang itu akan marah besar padanya, ini sama saja dengan dia mencolok hidung seekor singa yang sedang tidur.

"Ya Allah, bantu Libra yang imut dan gemesin ini ya Allah..." cicit Libra dengan ucapan percaya dirinya.

Leo memandang Libra dengan tatapan ingin membunuh, Libra bergidik ngeri melihat wajah tegas dan kokoh itu. Libra langsung merogoh sakunya, mengambil tisu basah untuk membersihkan wajar Leo yang terkena noda hitam. Sebagai bentuk pertanggung jawaban.

"Maaf ya, gue gak sengaja, gue kira lo itu Ciko. Biar gue bantu bersihin muka lo." ucap Libra sembari mengelap wajah Leo.

Awalnya Leo membiarkan tangan Libra membersihkan wajahnya, namun tak beberapa lama setelah itu Leo menepis tangan Libra yang berada di wajahnya, tisu basah yang Libra gunakan untuk membersihkan wajahnya terjatuh.

"LO KENAPA SIH? KALO GAK SUKA BILANG! JANGAN KAYAK ANAK SD GINI LO! BOCAH BANGET JADI ORANG! BILANG AJA LO MASIH DENDAM KARNA GUA TABRAK LO BEBERAPA MINGGU YANG LALU!" bentak Leo dengan suara lantang.

Semua yang ada di kelas, sontak terdiam, bahkan Ciko yang baru saja masuk dengan dua botol minuman pun ternganga. Botol minuman yang akan dia berikan pada Libra pun ikut terjatuh.

Mata Libra berkaca-kaca karena bentakan keras Leo, Libra melempar bungkusan tisu basah yang ada di tangan kanannya. "Santai aja dong, gak usah ngebentak juga bisa kan? gue udah bilang gak sengaja!" bentak Libra tak kalah keras.

Leo tersenyum remeh "Hidup lo emang gak jauh-jauh dari kekonyolan yang gak penting kaya gini? Apa enggak ada hal bermanfaat lain yang bisa lo lakuin selain bercanda? Heh!" tanya Leo dengan tatap menghinanya.

"Hidup gue emang banyak bercanda! Emang kenapa? Masalahnya sama lo apa? Kalo lo gak suka sama gaya hidup gue, terserah lo! Gue gak maksa lo buat terima gue jadi bagian dari kelas ini!" ucap Libra, sebisa mungkin untuk tidak menitikan air matanya.

"Asal lo tau aja ya! Gue muak liat tingkah lo yang kayak anak-anak, coba bersikap dewasa. Ini bukan masalah orang mau terima atau enggak! Tapi ini tentang gue yang jengah liat lo!" kata Leo, Mata nya sudah memerah menahan emosi.

Libra mendengus kasar "Eh! asal lo tau juga ya, gue emang kayak gini dari dulu, dan kayaknya temen-temen yang lain nyantai-nyantai aja deh, cuma lo doang yang panas liat gue." Libra terus mengeluarkan agrument nya.

Leo tersenyum sinis "Lo harusnya tau, bisa aja kan, mereka diem bukan berarti mereka suka! dan lo juga harus sadar cowok manapun bakalan ilfiel liat tingkah lo kayak gini! Gak bakalan ada yang respek sama lo!" ucap Leo meremehkan.

Ciko dan seisi kelas hanya bisa seperti patung pajangan toko, mereka diam menyaksikan perdebatan itu. Kelas yang semulanya ramai seperti pasar, kini telah sunyi seperti kuburan. Bahkan emosi Rio sedikit tersulut karna ucapan Leo pada sahabatnya itu.

"Lo tau? omongan lo udah nyakitin gue, Gue udah minta maaf dan gue udah bilang kalo gue gak sengaja." suara Libra bergetar, menahan air matanya agar tidak mencelos keluar.

"Lo tau? kalau gue gak peduli?" ucap Leo santai.

Sebenarnya Leo sedih melihat Libra seperti ini, tapi entah mengapa, semenjak keadian itu ia merasa panas dan emosi meliat Libra. Kejadian, dimana ia melihat Libra memeluk seorang laki-laki di halte dengan hangatnya. Di tambah lagi, dengna Libra yang sering bercanda dengan Ciko. Entah kenapa hal itu sangat berpengaruh bagi Leo, ia tidak suka!

"Ok! Gak papa kalo lo gak peduli sama gue, gue cuma gak mau jadi diri orang lain untuk bisa disukai, cukup untuk mereka yang menerima gue apa adanya" Kata Libra.

Leo mengangkat satu alisnya, memandang Libra dan tersenyum meremehkan "Oh ya? Jadi diri sendiri, dengan tingkah yang memuakan? Jadi perempuan itu yang lembut dan anggun dikit, bukannya urakan dan pecicilan kaya boca -.." ucapan Leo terhenti, karena Libra memotongnya.

"Cukup! udah cukup Leo! Lo kenapa ngehina gue kaya gini banget? Gue tau, kalo gue enggak cantik, gue urakan dan pecicilan kaya bocah, tapi pliss. Gue mohon stop. Sakit hati gue! gue gak tau kenapa lo ngomong gitu sama gue, entah lo benci atau apa? gue gak tau!" ucap Libra, disusul dengan air mata yang berderai tanpa kendali.

"Gue tau kalau gue bikin orang lain ilfiel sama gue, gue sebenernya juga gak mau bikin mereka ilfiel, gue juga gak tau gimana caranya bersikap dewasa, sekali lagi gue minta maaf." lanjut Libra, ia mengucapkan itu dengan susah payah, karna isakan yang mulai memenuhi dadanya.

"Lo juga harus tau, laki-laki sejati tidak akan melakukan sesuatu, yang melukai perasaan wanita, dan lo ngelukain perasaan gue karna omongan lo!" lanjut Libra. Leo langsung terdiam.

Libra tak mampu lagi membendung air matanya yang terus mengalir deras, ia memenundukkan kepala dan menangis.

Bodoh Leo! rutuk Leo dalam hati. Ingin rasanya tangan Leo bergerak untuk menghapus air mata itu dia benci melihat air mata wanita, ia benci melihat wanita menangis, dia menyesali apa yang baru saja ia katakan. Libra benar, laki-laki tidak seharus menyakiti perasaan wanita.

Libra menyeka air matanya sendiri dengan kasar, dan berlari keluar dari kelas. Leo hanya terdiam di tempatnya, tanpa ada pergerakan sekalipun. ia tepaku karena ucapan Libra.

"Shit! Lo emang bajingan Leo!" Gumam Leo dalam hati.

***

Libra berlarian di koridor kelas, mengabaikan tatapan beberapa orang padanya. Ia berlari menuju toilet. "Bego! kenapa lo nangis heh? kenapa lo gampang banget nangis? cuma gara-gara omongan gak penting itu lo nangis? lo bego benget Libra!" ucap Libra pada pantulan dirinya di depan cermin wastefel.

Libra tak dapat membendung air matanya, tidak masalah kalau semua laki-laki membecinya, ia tidak peduli soal itu. Tapi sebuah pisau tak kasat mata menuhus jantungnya, perih, sesak, hingga air matanya mengalir begitu saja.

Libra mendengus "Ngapain gue nangis? Tidak masalah kalau semua laki-laki membenci gue, gue enggak butuh mereka! Gue udah punya Ayah, Bang Daniel, sama Rio itu aja udah cukup." ucap Libra sembari menghapus air matanya.

Libra diam sejenak, untuk meredam isakannya. "Gue harus kuat, bukan sekali ini aja gue diginiin. Udah sering, harusnya gue kebal!" ucap Libra menguatkan dirinya sendiri.

Namun setelah itu, Libra kembali menangis "Tapi gue juga gak bisa terima omongan itu, gue juga sama kaya perempuan yang lain, gue mau dihargai dan dicintai setulus hati. Sekuat apapun gue melawannya, tetep aja hati gue sakit." desis Libra. Libra kembali menangis tersedu-sedu, ia berusaha menahan air matanya.

***

Setelah kepergian Libra dari kelas, Rio langsung berdiri dan menghampiri Leo. "Maksud Lo apaan? Heh!" tanya Rio, dia langsung menarik kerah baju Leo. Lelaki itu hanya diam tak menjawab.

"Maksud lo apaan ngomong kayak gitu?!" tanya Rio sedikit membentak, namun masih tak ada jawaban. "Punya mulut gak lo buat jawab? Tadi sama Libra banyak bacot lo! Sekarang mana omongan pedes lo tadi?!" emosi Rio mulai tersulut.

Rio mulai kesal "Lo nyakitin dia cuma karna hal sepele? Lo ada masalah apa sebenernya sama dia heh?! " ucap Rio, ia mencengkram erah kerah baju Leo.

"LO BISU! JAWAB KALO GUE TANYA ANJ*NG!" bentak Rio, dan melayangkan sebuah pukulan keras tepat di wajah Leo, dan membuat Leo terhuyung ke belakang "Karena muka lo yang ganteng ini kotorkan, makanya lo bikin temen gue nangis? Sekarang gue bakalan bikin muka lo jadi ancur!" ucap Rio dengan berkilat marah.

"Ayo bales gue! Ayo! Jangan Cuma beraninya sama cewe lo, Banci!" Rio menendang perut Leo. "Asal lo tau aja ya! Kita emang temenan, tapi gue gak bakalan tinggal diam kalo lo nyaktin dia! Gue gak bakalan segan-segan buat patahin rahang lo!"

Emosi Leo tersulut karena tantangan Rio, ia mendorong keras bahu Rio, hingga Rio terjengkang kebelakang. Leo menduduki tubuh Rio dan menyarangkan satu pukulan, hingga sudut bibir Rio berdarah.

Semua yang ada di kelas, tidak ada yang berani melerai Rio, jika mereka berusaha melerai atau menghalagi Rio, siap-siap saja dia yang akan jadi sasaran laki-laki itu.

Rio membalikan keadaan, sekarang ia yang menduduki tubuh Leo, saat ia akan melayangkan lagi sebuah tinjuan ke wajah Leo, namun tiba-tiba seseorang menahannya

"Jangan Yo ini di sekolah, lo biasa masuk ruangan BK nanti," ucap gadis itu memegang lengan Rio yang siap menghantam wajah Leo.

Rio mendonagak pada orang yang menahannya tadi "Peduli apa lo sama guale?! Gak usah sok ngatur hidup gue, seperti kata lo kemarin, gue bukan siapa-siapa, jadi lo gak berhak ikut campur sama masalah gue lagi." ucap Rio pada Tyas. Karna yang menahannya tadi adalah Tyas.

Rio berdecih berdiri "Ini pertama dan terakir kalinya lo nyakitin perasaan sahabat gue! Tapi kalo kejadian kaya gini keulang lagi, gue gak bakalan ragu ngancurin muka lo yang sering perawatan itu! Banci. Cih!" ucap Rio, lalu meludahi lantai kelas.

Rio berjalan keluar kelas, sebelumnya, menendang kaki Leo yang terduduk memegang perutnya yang ngilu. Rio berjalan ke luar, Ia berniat untuk mengejar Libra.

Tyas menyentuh bahu Leo "Lo gak papa kan?" tanya Tias.

Leo meringis kesakitan memegang sudut bibirnya yang robek karna pukulan Rio. Dia berdiri dan merapikan seragamnya yang kusut, karna pergulatanya dengan Rio.

Leo beridir dan mengambil bungkusan tisu basah milik Libra yang ia jatuhkan tadi, ia akan memakainya untuk membersihkan luka dan nodah di wajahnya.

"Gue gak papa, makasih." ucap Leo lalu berjalan ke arah bangkunya.

Leo sangat menyesal telah mengikuti emosinya, dia menyadari hal ini akan membuat Libra jadi menjauhinya, ini sebuah kesalahan fatal.

Sedangkan Tyas yang merasakan perubahan sikap Rio padanya, Ia memandang sendu pada Rio.

***

TBC

VOTE AND COMMENT

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top