Catherine - 9
Keberanian Tanjung membangkitkan semangat Catherine. Ia sadar, tidak seharusnya ia termakan kata-kata beracun Indra Jati. For heaven's sake, dia harusnya bangga pada dirinya sendiri! Mana Catherine yang berani dan percaya diri itu?
"Catherine Sastradireja. Nice to meet you," ucapnya dengan anggun, sambil mengulurkan tangannya kepada bibi Tanjung.
"Wah, Sastradireja girl, eh? Maya Fong, nice to meet you too," sahut perempuan berusia pertengahan empatpuluhan itu yang masih terlihat cantik dan seksi dengan terusan biru muda tanpa lengannya. Jelas respeknya langsung naik begitu mendengar Catherine adalah anggota klan Sastradireja.
Maya Fong, née Jati, adalah salah satu adik perempuan Indra Jati. Walaupun lahir dan besar di Semarang, yang saat itu masih menjadi bagian dari Hindia Belanda, Maya menempuh pendidikan di Inggris, lalu bertemu dengan putra konglomerat Singapura yang kini menjadi suaminya. Setelah menikah pada tahun 1960-an, Maya berpindah kewarganegaraan Singapura mengikuti sang suami.
"Cathy is getting her master's degree tomorrow, Gu Gu (bibi)," jelas Tanjung.
Kekaguman di mata Maya bertambah. "Ckckck, you piaoliang you congming (sudah cantik, pintar lagi)," pujinya. "You understand Mandarin, yeah?"
"Yi dian'r (sedikit)," sahut Catherine sambil tersenyum.
Sementara itu, Clara, putri Maya yang berusia delapan belas tahun, memandangi Jason dengan antusias. "Oh, he's so cute! Can I hold him, Koko Tanjung?"
"Sure," sahut Tanjung sambil menyerahkan Jason ke gendongan adik sepupunya.
"Wah, Koko Indra nggak bilang-bilang you udah nikah, Tanjung? It's not good luck, lah. Why don't you tell me you're married? And so young!"
Catherine dan Tanjung saling berpandangan. Catherine bisa saja mengambil alih untuk menjawab pertanyaan Maya, namun ia tahu itu bukan tempatnya. Selain itu, ia ingin Tanjung belajar menjawab dengan cerdik.
"It's just a small wedding, Gu Gu," sahut Tanjung. "Cathy dan aku nggak mau mewah-mewah. Kita lebih suka acara yang simple and intimate."
Matanya menatap bibinya harap-harap cemas, menunggu reaksinya. Namun Maya hanya tertawa sambil menepuk pundak Tanjung, lalu Catherine.
"Kalian so wise, yah. So humble too. I know your koko will have the grandest wedding he can," ujar Maya, melirik ke Surya.
Catherine dan Tanjung saling melirik dan menarik napas lega secara diam-diam. Lalu mereka tertawa bersamaan. Reaksi Maya tak seburuk yang mereka duga.
"Thanks, Gu Gu," sahut Tanjung.
"Sekali lagi, congrats, yah! You too," ucap Maya sambil memeluk Catherine. "I will tell Clara to be like you when she grows up. Pretty, smart, and ambitious."
"Thank you," bisik Catherine.
***
"Itu ... nggak begitu buruk," senyum Tanjung kepada istrinya. "You see, ketakutan Ayah berlebihan."
"Tell him that," ujar Catherine sambil memutar bola matanya. "Anyway, thank you for standing up for me. I'm so proud of you, darling."
Tanjung menunduk untuk mencium bibir Catherine. "Sudah seharusnya, Sayang."
"Semakin hari, kamu semakin mewujudkan dirimu menjadi the man of my dreams," kata Catherine sambil melingkarkan lengannya ke leher Tanjung.
"Dulu belum?"
"Dulu masih banyak kekurangannya," sahut Catherine sambil tersenyum, sangat manis. "No matter, I still love you."
"Ehem," Surya berdehem. "Kalian ini, aku tunggu dari tadi malah bermesra-mesraan di sini."
Catherine dan Tanjung terkikik seperti anak kecil sebelum mengikuti putra sulung keluarga Jati itu untuk membicarakan rencananya.
***
"Aku hanya ingin tahu," Surya memulai pembicaraannya, "apa rencana kalian setelah ini."
Catherine dan Tanjung saling berpandangan lagi. Sebelum mereka membuka mulut, Surya melanjutkan ucapannya.
"Biar kujelaskan kenapa aku bertanya begini. Fall ini, aku mengundurkan diri dari World Bank dan mulai program MBA-ku di USC. Setelah lulus nanti, dua tahun lagi, aku akan mulai mengambil alih beberapa perusahaan utama dari tangan Ayah. Ayah bilang begitu. Sebenarnya, aku mau melibatkan Tanjung sebagai wakilku nanti. Hanya saja, karena aku nggak tahu rencana kalian, aku belum bisa merencanakan apapun. Jadi bagaimana? Apa yang kalian rencanakan setelah ini?"
"Aku ..." ucap Tanjung. "Aku harus berdiskusi dengan Cathy dulu, Kak."
"Maksudmu kalian belum pernah membahas ini, mau apa setelah lulus?" decak Surya tak percaya.
"Bukan begitu," sela Tanjung. "Cathy sudah diterima di IMF Paris dan mulai bekerja bulan Juli nanti. Sedangkan aku mau lanjut masters di Paris juga. Tahun depan, Puspa juga akan kuliah di Sorbonne, kan?"
Tanjung melanjutkan kuliahnya di bidang sosiologi, sedangkan Puspa berencana mengambil jurusan hukum.
Surya mengangguk. "Tapi kalian belum tahu akan tinggal di Paris sampai berapa lama?"
"Belum, Kak," ujar Tanjung. "Tergantung situasi."
"Oke, I should not count on you, then," sahut Surya. "Biar kucari wakil yang tepat untukku."
"Ya, lebih baik begitu," kata Tanjung.
"Lalu setelah kamu lulus S2? Apa rencanamu? Aku punya rencana membuka cabang Grup Jati di Paris, apakah kamu tertarik?"
"So far, aku mungkin akan menyusul Cathy bekerja di IMF Paris juga. Atau di perusahaan multinasional lainnya. Soal Grup Jati di Paris, kami masih harus berdiskusi lebih lanjut lagi, Kak," jelas Tanjung.
"Oke, beritahu aku kalau kalian ingin memegang Grup Jati cabang Paris."
***
"Cath," ujar Tanjung sambil bermain kuda-kudaan dengan Jason di atas tempat tidur, "gimana menurutmu tentang rencana Kak Surya?"
Catherine sedang menyisir rambut di depan meja riasnya. Ia melirik ke arah suaminya yang berbaring di atas kasur, dengan Jason di atas perutnya, tertawa-tawa riang, melalui cermin. "Aku, sih, maunya kamu lepas dari Grup Jati, Jung. Biar kita mulai dari awal, aku dan kamu, tanpa harta warisan orangtua kita."
Tanjung menurunkan Jason di sebelahnya dan menggelitik perutnya dengan wajahnya. "Tapi bukannya apartemen kita yang ini saja pemberian orangtua kita?"
"Emang, sih. Maksudku, dalam hal karir, biar kita mulai dari nol. Nanti di Paris, kita nggak perlu membawa pelayan dan bodyguard kita. Lalu kita sewa apartemen dari gaji kita sendiri. Benar-benar mandiri dari orangtua kita."
"Kamu yakin, Cath? Kedua orangtua yang bekerja full-time seperti kita ... mengurus bayi yang masih memerlukan perhatian penuh ..."
"Bilang saja kalau kamu sebenarnya nggak sanggup lepas dari keluargamu."
"Bukan begitu maksudku," ujar Tanjung. "Tapi menerima sedikit bantuan dari keluarga nggak ada salahnya, Cath."
Catherine menggeleng. "Jason bisa dititipkan di nursery selagi kita berdua bekerja. Dan dari pengalamanku, kamu harusnya bisa menjaganya di sela-sela perkuliahanmu."
"Oke, kalau itu yang kamu inginkan, Sayang."
.
.
.
Bersambung.
(9 Agustus 2018)
900++ kata
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top