Kanina & Louisa

Tidak ada hal yang menarik dalam hidup Kani kecuali pada hari-harinya yang telah lewat satu bulan yang lalu. Ia mencoba untuk bersikap biasa saja setelahnya, sebab gadis itu juga lebih biasa dan tak acuh pada dirinya, seolah kejadian itu tak pernah mereka alami atau lebih tepatnya dia mulai.

Momen yang paling Kani tidak bisa lupakan dari hari itu selain tentu saja ciuman pertamanya tersebut adalah fakta bahwa Kani akhirnya mampu merasakan suatu koneksi yang erat dengan seseorang. Sebab, pelukan yang mereka lakukan dalam riuhnya detak jantung mereka berdua--Kani 100% yakin bukan hanya jantungnya yang bergemuruh hebat--bukanlah sesuatu yang dibuat-buat apalagi dipaksakan. Malah Kani merasa kalaupun ada yang terpaksa di antara salah satu dari mereka, maka itu bukanlah Loui. Karena Loui lah yang memaksa Kani ada di posisi itu, meski ya pada awalnya memang Kani yang menghampiri. Tapi jangan salahkan dia sebab Loui lah yang duluan mengambil kesempatan. Kani hanya menuruti alur yang dimainkan gadis itu.

Tapi ketika Loui bertindak seolah Kani tak ada--bahkan lebih parah dari yang sebelum-sebelumnya--ketika mereka bergabung bersama teman-teman mereka yang lain, ataupun ketika mereka hanya berdua saja--yang mana hal ini jarang terjadi, nyaris tidak ada kesempatan--Kani hanya bisa merutuk dalam hati. Harusnya apa pula yang mesti dia lakukan? Mengonfrontasi Loui dan tindakan kurang ajarnya yang sebenarnya juga Kani nikmati?

Paling gadis itu pada waktu itu hanya terbawa emosi dan suasana sesaat. Kebetulan saja Kani yang saat itu 'tersisa' di rumah itu dan datang menghampiri kamar Loui karena mendengar suara tangisnya.

Sial, coba saja dia tidak usah memedulikan suara tangis menjebak itu. Pasti Kani tidak perlu repot-repot memikirkan kejadian itu berlarut-larut. Entah apa yang dia harapkan dari itu semua sekarang dan seterusnya.

Mereka sudah tidak punya hubungan lagi. Maksudnya, tidak ada keadaan atau tugas kuliah lagi yang mengharuskan mereka untuk bersama. Tugas telah diserahkan kemaren lusa. Presentasi pun juga telah dilaksanakan kemaren. Besok UAS baru akan dimulai. Dan Loui masih tetap menganggapnya tak ada. Hanya pada saat presentasi kemaren saja Loui ada menyebut nama lengkapnya bersamaan dengan enam anggota kelompok lainnyaa. Hanya sebatas itu Kani dianggapnya ada.

Kadang Kani menatap gadis itu cukup lama di dalam kelas ataupun di luar kelas saat mereka tak sengaja berpapasan. Sudah tentu gadis itu sadar kalau sedang ditatap, sebab dia pun tak jarang membalas tatapan Kani walau hanya secepat kilat. Menyimpulkan, kalau tatapan Kani yang penuh tanda tanya tidak akan terjawab. Oleh sebab itu Kani berjanji untuk tidak akan "bertanya-tanya" lagi ke depannya  Segalanya cukup jelas dan terang sekarang; cukup sudah merasa GR atau percaya diri karena satu kejadian yang tampaknya tidak memiliki arti bagi salah satu dari mereka.

-----

"Panggil aku Isa. Orang tua dan orang terdekatku biasa manggil aku Isa, bukan Loui."
"Jadi sekarang aku termasuk dalam orang terdekat kamu?"
Loui mengangguk. "Meskipun saat ini belum tapi untuk ke depannya bisa, 'kan? Kamu mau 'kan?"
Kali ini giliran Kani yang mengangguk, bibirnya membentuk senyuman sumringah. Pertanyaan barusan sungguh terdengar manis di telinganya.
"Aku mau kamu mengenal aku lebih dalam karena aku juga ingin mengenal kamu lebih baik lagi." lanjut Loui.
Kani tidak ingat habis bermimpi apa dirinya semalam sampai-sampai bisa mendengar kata-kata manis secara beruntun dari seorang gadis manis di hadapannya saat ini.
"Kalau gitu aku juga ingin kamu manggil aku Nina, panggilan kesayangan dari keluargaku buat aku. Kani hanya untuk mereka yang belum mengenal aku."

The most beautiful thing that's happening to you is not an ending of a story. It's still happening. And it has just begun.


C U next time.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top