- Saling Mendukung -
Di tengah obrolan keduanya dan semilir angin malam yang semakin membuat gigil, sebuah suara panggilan lembut terkesan manja dari arah belakang, tiba-tiba mengejutkan keduanya.
“Aga, nggak nyangka bisa ketemu di sini. Kebetulan banget ada yang mau aku sampein.”
“Naya,” sahut Nuraga pelan.
Kanaya tersenyum, lantas berjalan mendekat ke kursi kedua pasangan itu.
“Aku duduk di sini, ya,” pintanya, dibalas tatapan tak senang dari Nuraga.
“Tenang aja, Ga. Aku nggak ganggu, kok. Aku cuma mau ngobrol sama Ayu.”
“Ada apa?” sahut Ayu penasaran.
“Yu, lo harus bersyukur banget sih bisa milikin Aga.”
Ayu mengerutkan keningnya, memberikan kesempatan untuk Kanaya melanjutkan obrolan.
“Seorang Nuraga Adhitama, loh. Nolak gue, demi elo yang baru dia kenal sehari, langsung diajak nikah! Wow!” Kanaya bertepuk tangan.
“Nay, udah deh. Mending nggak usah ngerusak suasana gini—“
“Ngerusak suasana gimana, sih, Ga. Santai dong .... Gue kan cuma mau bilang makasih ke kalian.”
“M-maksudnya?” Aga terlihat malas, namun juga menyiratkan rasa penasaran yang kentara dari gelagatnya.
“Ngeliat perjuangan lo berdua buat saling menjaga dan mempertahankan, bikin gue sadar. Kalau gue, nggak seharusnya mentingin ego gue buat dapetin apa yang gue mau.”
“Bahwa ... perjuangan Ayu sebagai seorang wanita terutama ibu, itu sangat-sangat berat. Begitu juga tanggung jawab Aga yang udah sah jadi suaminya.”
Kedua netra Ayu dan Aga saling bertemu, menyiratkan kebingungan.
“Mungkin ..., kalo gue jadi nih nikah sama Aga, dan kejadian kayak gini, gue nggak bakalan sekuat Ayu yang bisa berdamai sama dirinya sendiri kali. Gue ..., gue sendiri juga punya trauma di masa kecil. Lebih mengerikan malah,” seru Kanaya, menggenggam tangan Ayu.
Untuk pertama kalinya, Ayu melihat senyum tulus dan sehangat itu dari Kanaya. Wanita itu membalas genggamannya, menguatkan.
“Tadinya, sejak Aga nolak gue karena mau menjaga lo dan keluarga kecilnya, gue jadi ngerasa iri, tau! Iri banget bisa diperlakukan seistimewa itu bahkan di titik terendah lo sebagai perempuan dan ibu. Gue bangga sama Aga. Terlebih sama Ayu.”
Kanaya menepis air bening yang mengintip di ekor-ekor matanya.
“Maafin gue, dan .... Makasih, ya. Makasih udah menyadarkan gue buat segera menyelamatkan diri gue sendiri.” Kanaya kini tersenyum lepas.
“By the way, gue udah jalanin beberapa sesi terapi dan konsumsi obat anti depresan. Gue juga mulai coba perbaiki salat dan—” Kanaya berdiri.
Tanpa persetujuan, Ayu segera memeluk wanita berambut pirang yang sempat menjadi salah satu sumber kecemasannya dalam hubungan pernikahan bersama Aga.
Kanaya tenggelam di sana. Tanpa banyak kata untuk kembali menjelaskan keadaannya, Ayu seolah dapat mengerti keadaan wanita di pelukannya itu.
“Nay. Makasih ya, udah mau berjuang.”
Kedua wanita itu kembali larut dalam peluk haru. Di tengah debur ombak dan semilir dingin yang semakin menusuk kalbu.
Saling mengerti dan menguatkan sesama wanita, bukan untuk saling menjatuhkan demi satu cinta.
••• End •••
Minta rela, minta maaf, minta ikhlas karena lama bgt baru hadir lg nepatin janji.
Semoga cerita sederhana ini bisa sedikit menghibur ya, gaes. Semoga ada pelajaran dan hikmah yang bisa diambil dari kisah Ayu-Aga.
❤❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top