- Bohemian Midi Dress -
Yang bijak mencari kebenaran dari nasihat, yang bebal mencari kesalahan dari penasihat. – Ustadz Felix Siauw
***
“Ngapain pake daster segala?” protes Ayu setelah selesai berganti pakaian. Sepulang dari kantor untuk terakhir kalinya tadi, ia langsung menuju ke sebuah hotel tempat kedua sahabatnya telah menunggu. Tak jauh dari kantornya.
“Daster-daster, sembarangan. Ini tuh namanya bohemian midi dress,” protes Fara kesal.
Seusai salat magrib bersama, Ayu hanya menuruti arahan kedua sahabatnya untuk berganti pakaian dengan gaun yang telah mereka persiapkan.
“Sama aja, lah. Seksi banget gini lagi.”
Dress berwarna dasar hitam dengan motif campuran itu memiliki model kerah berbentuk V, serta belahan panjang dari paha hingga ke bagian lutut. Sukses memamerkan kulit putih bersih milik Ayu saat dikenakannya.
“Nggak papa lah sesekali, kan emang buat pesta lepas lajang elu. Mana nih Mas Aga nggak dateng-dateng?” ujar Fara begitu bersemangat.
“Eh? Nggak usah. Nggak usah ajak dia. Aurat gue ini, malu.” Ayu menyilangkan kedua tangannya ke pundak, menutupi bagian dadanya yang begitu terbuka.
“Dih, sok malu-malu. Menurut lu tiap saat ketemu dia tanpa pake hijab itu bukan nunjukin aurat juga?” cetus Jenna blak-blakan.
JLEB.
Bukan cuma Ayu yang merasa diskakmat untuk urusan yang satu itu. Faradina pun mendelik, namun tak mampu berkata apa-apa lagi.
“Jejen kalo ngomong suka menusuk, ya,” sahut Ayu merasa malu.
“Lagian tu ya, kalian berdua kan udah gede. Udah paham mana yang baik mana yang enggak. Rambut itu kan—“
“Udah-udah, kagak usah ceramah dulu sekarang, ya, Jennaira Fitri yang cantik jelita. Yuk, kelarin acaranya dulu. Bisa, yuk!” sahut Fara memotong pembicaraan Jenna. Sahabatnya itu memang sudah begitu sering mengingatkan Fara dan Ayu untuk segera menutup aurat dengan sempurna. Tapi belum juga berhasil.
Ayu tak tahan untuk tidak tertawa. Meski hatinya sering merasa tersentil saat membahas urusan hijab dan aurat, namun entah kenapa Ayu merasa belum siap untuk benar-benar mengenakannya.
“Doain kita ya, Jen, biar bisa segera dapet hidayah buat berhijab,” sahut Ayu.
“Hidayah tuh dikejar, jangan ditunggu. Kalo udah tau tuh dilakuin, jangan kebanyakan mikir,” sahut Jenna lagi.
“Iya Jen, iya.” Ayu langsung merangkul sahabatnya itu.
“Sebenernya gue nggak setuju nih ada acara-acara beginian. Pemborosan. Nggak baik. Cuma si Fara aja tuh ngotot. Tapi, yaaa, anggap aja ini jadi moment terakhir kita bisa bebas saling bertukar cerita, ya. Secara kan, abis nikah elu diajak ke Surabaya.” Jenna menjelaskan.
“Ya kan nggak boros juga kalo minta kamar hotelnya sama Mas Aga. Punya dia juga, kan?” ujar Fara membela diri sembari tersenyum jahil.
Entah bagaimana awal kedua sahabatnya itu bisa mendapatkan sebuah akses kamar tipe suite secara cuma-cuma dari Aga, tanpa sepengetahuan Ayu sebelumnya.
“Lagi pula, bener kata Jejen, setelah Ayu nikah, mungkin kita nggak bakal sering ketemu lagi,” sambungnya pilu. Ketiga sahabat itu langsung berpelukan.
Menurut Fara, acara malam hari itu merupakan prosesi bridal shower untuk Ayu. Meskipun asing bagi Ayu sendiri, namun ia sempat beberapa kali turut serta dalam acara serupa beberapa kawannya yang lain. Tentu saja hal demikian tak masuk dalam daftar kegiatan menjelang pernikahannya. Mana mungkin ibunya akan mengizinkan pemborosan-pemborosan semacam itu.
“Trus, jadinya gue mau diapain?” tanya Ayu yang masih belum mengerti.
“Yuk, sini,” sahut Fara, menarik lengan Ayu perlahan.
“Ini titipan kado dari Mas Aga.” Fara menunjukkan sepasang sepatu putih dan buket bunga mawar pink-putih yang telah tersusun rapi di atas kursi. Terdapat pula sepasang cincin dan sebotol parfum bersamanya.
“Wow, cantik banget bunganya.” Ayu tersipu.
“Kalo yang ini, kado dari gue dan Jenna.” Fara kembali menunjukkan dua buah box di sebelahnya.
“So sweet, makasih ya kalian.”
“Sekarang sini deh, anggap aja saat ini sesi jujur-jujuran elu deh, Yu. Ungkapin semua yang sedang lu rasain. Dan kita berdua bakal dengerin dengan baik.” Kali ini Jenna menjelaskan sembari menggiring si calon pengantin untuk duduk di atas kasur.
“Kayaknya, gue udah jujur segala hal sama kalian, deh.”
“Belum banyak soal Mas Aga. Jujur deh, apa elu beneran udah siap nikah sama dia?” tanya Fara, disambut anggukan setuju dari Jenna.
“Hhh, oke. Jadi, ... selama setahun belakangan ini sih gue udah ngerasa nyaman sama dia. Tapi ....” Ayu dengan nyaman bercerita segala isi hatinya mengenai Aga.
Beberapa pertanyaan cukup serius pun terlontar dari Jenna dan Fara untuk Ayu. Tak lupa ketiganya saling beradu tantangan sambil menikmati beberapa sajian yang telah tersedia. Beberapa jam berlalu. Segala keluh kesah telah menguar, bercampur dengan suasana nyaman kamar hotel malam itu.
Dan Dahayu berakhir dengan coret-coretan di wajah yang lebih mirip seperti badut, akibat dianggap kalah dalam beberapa tantangan dari sahabatnya.
“Udah malem, gue balik dulu, ya.” Ayu telah berganti pakaian dengan seragam kerjanya kembali. Menghindari ocehan ibu jika melihat dirinya kembali ke rumah dengan penampilan terbuka.
“Yakin lu nggak nginep sini aja, Yu? Kan Mas Aga bilang—“
“Bisa diomelin gue kalo ketahuan nginep di hotel,” potong Ayu menghentikan ucapan Jenna.
“Udah malem loh, tapi,” sahut Fara.
“Makanya kudu pulang. Takut dikira macem-macem,” ucap Ayu buru-buru.
“Ini?” tanya Fara, menunjukkan selempang berwarna pink bertuliskan bride to be.
“Iya-iya gue pake.” Gadis itu langsung menyematkan kembali selempangnya di tubuh, lalu menutupinya dengan jaket.
“Yakin lu nggak cuci muka dulu, tuh?” tanya Jenna kembali mengingatkan.
Ayu menggeleng. “Kelamaan. Keburu malem banget di jalan. Serem tau. Dah ya gue balik. Assalamualaikum.” Ayu segera membawa kembali barang -barangnya yang bisa dibawa, lalu bergegas keluar dari kamar. Tak lupa ia mengenakan masker dan menutup kepala dengan tudung pada jaketnya.
Tak peduli dengan riasan di wajahnya yang berantakan.
“Loh, kok mas Aga masih di sini?” tanya Ayu saat sampai di lobi dan mendapati calon suaminya tengah berdiri di dekat sana.
“Nunggu kamu. Ngapain aja, sih?”
“Emmm, yaa gi—“
“Itu ngapain wajahnya ditutup rapet-rapet gitu?” sela Aga dingin, masih terbawa kesal dengan kejadian tadi sore.
“Nggak papa. Aku balik duluan ya,” pamit Ayu. Benar-benar terburu-buru.
“Aku anter.”
“Aku bawa motor, Mas.”
“Aku yang boncengin.”
“Tapi kan, nggak boleh—“
“Katanya buru-buru. Nggak baik cewek pulang malem sendirian. Bahaya.”
“O-oh. Oke.” Ayu menjawab heran sekaligus salah tingkah.
Dengan langkah cepat, Ayu berusaha mengimbangi langkah kaki panjang milik Aga. Sambil tetap membawa-bawa kardus berisi barang-barangnya.
“Mas Aga,” panggil Ayu dengan nada sedikit kesal. Gadis itu berhasil dibuat kewalahan mengikuti lelaki di depannya. Apalagi, ia merasa sikap dingin Aga mulai keterlaluan.
“Kenapa?”
“Kamu yang kenapa? Kalo cuma mau diem-dieman gitu ya udah aku balik sendiri aja.”
Aga berbalik mendekat ke hadapan Ayu, lalu mengembuskan napas panjang.
“Oke-oke. Maafin aku, ya. Aku nggak bermaksud ngomong kayak tadi sore. Aku cuma nggak bayangin kalau kita jadi nikah dan harus berjauhan. Aku ....”
“Iya, Mas. Maaf juga ya. Tapi aku udah yakin kok buat nolak tawaran itu.”
Aga mengangguk, “ayo pulang!” ajaknya.
Giliran gadis berlesung pipi itu yang mengangguk setuju.
“Kok ke parkiran mobil?” cegah Ayu heran.
“Sini kunci motornya, biar dibawain staffku.”
“Ta-tapi, Mas—“
“Aman kok. Ayo, keburu dicariin ibu.”
Ayu menurut, bergegas masuk menuju mobil milik Aga. Keduanya lebih banyak berdiam diri sepanjang perjalanan pulang hingga sampai di dekat rumah Ayu. Tak berselang lama, staf hotel yang ditugaskan untuk mengendarai motor Ayu telah sampai di titik yang sudah dijanjikan pula.
Dahayu sengaja mematikan mesin motor matic berwarna hitam miliknya sebelum benar-benar sampai di pekarangan rumah. Perlahan, gadis dengan jaket parka berwarna dark tosca itu lalu mendorong motornya ke garasi.
Perlahan, Ayu masuk dan mengunci kembali pintu dari dalam rumah.
“Baru pulang, Yu?”
••••••
Sampai di bagian itu udah inget kan? Ayu balik ke rumah, trus diomelin emaknya.
Aku mau ucapin banyak-banyak terimakasih nih buat yang masih setia nungguin part selanjutnya kisah Ayu-Aga. Terima kasih semangat, komen dan juga vote-nya. Semoga Allah membalas kebaikan buat kalian semua. 🥰
Jangan lupa, luangin waktu di part abis ini buat beneran kondangan, ya. 😊
Sekian, salam sayang readers 😍
halodwyta
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top