LMLY 3
Shifra POV
Saat ini aku sedang berjalan menuju rumahku... Sebenarnya bukan rumahku, tapi rumah milik nenek dan budheku. Sebenarnya rumahku jauh dari sekolah jadi aku tinggal bersama nenekku. Aku -jika boleh jujur- tidak terlalu suka tinggal dengan nenekku, aku bahkan bisa dibilang agak membencinya. Yah... Tapi demi cita-cita, semua akan kulakukan.
Umm... Aku memandang taman di balai kota. Aku menghirup napas dalam-dalam. Hah... Asri sekali.
Aku tidak langsung pulang ke rumah. Aku mampir ke balai kota. Aku sedang tidak ingin pulang. Paling-paling cuma diomeli. Aku cukup benci diomeli. Ibuku saja hanya menegurku sejenak, terus siapa mereka bisa mengomeliku seenaknya.
Ia menatap langit. Melihat awan-awan yang berarak mewarnai langit biru. Serta warna jingga yang semakin menambah keindahan panorama langit sore ini. Maha suci engkau ya Allah yang telah menciptakan segalanya dengan begitu indah.
Kemudian dengan tidak sopannya kenangan tentangmu kembali terngiang di pikiranku dan merusak suasana damai yang kurasakan. Untuk kesekian kalinya aku menghela napas berat.
Dear my cloud...
Sedang apa kau sekarang. Lagi-lagi aku memikirkan dirimu. Aku sedang memandang langit. Apa kau juga? Hei aku juga merindukanmu, apa kau juga?
Kau tahu? Perasaan ini mulai menyiksaku. Aku bahkan mulai menyakiti hati orang lain karena moodku yang selalu berubah-ubah setiap kali memikirkanmu. Dengan bodohnya aku berkata ketus padanya. Aku cukup jahat bukan?
Dan dengan bodohnya aku hanya mampu menulisnya dalam buku tanpa mampu mengatakannya secara langsung padamu. Ah... Tidak! Aku tidak bodoh justru aku sudah benar. Cinta seharusnya tidak diumbar bukan? Cukuplah aku dan Allah yang tahu.
Jika kau memang ditakdirkan untukku, kau pasti akan datang padaku bukan?
Lali untuk apa aku terus memikirkanmu. Allah tahu apa yang aku butuhkan, bukan yang aku inginkan.
Aku menutup buku diary yang baru saja kutulis, kemudian mulai menutup mata. Aku harus mulai melupakannya. Hidupku tidak akan berhenti hanya karena aku memikirkannya. Sebaiknya aku segera pulang atau aku akan mendapatkan omelanya
Shifra POV end
"Kemana saja kamu? Jam segini kok baru pulang?". Bentak nenek Shifra
'Ternyata aku benar, belum juga aku selesai mengucapkan salam aku sudah kena semprot'. Batin Shifra
Lalu seorang wanita muncul secara tiba-tiba dari dalam kamar, Shifra bisa merasakan wanita itu hanya akan menjadi kompor disini. Dan...
"Aku tahu kau sudah pulang dari beberapa jam yang lalu. Bukankah begitu Afra? Wah wah... Gadis ini sudah berani kelayapan ternyata"
... Shifra memang benar.
Shifra hanya menundukkan kepalanya mendengarkan omelanya dari neneknya dan beberapa ocehan tak bermutu dari budhenya. Shifra merutuki dirinya sendiri karena tak memasang headset sebelumnya sehingga tak perlu mendengarkan Omelan mereka.
Tapi sebenarnya Shifra juga tidak mendengarkan ucapan mereka.
Bukannya gadis itu tidak menghormati keluarganya sendiri. Tapi ia sudah muak. Mereka adalah orang yang akan baik di depan dan busuk dibelakang. Ibuku sudah beberapa kali menjadi korban mereka. Ditambah lagi mulut mereka yang selalu mengeluarkan kata-kata kasar padanya sehingga membuat rasa hormatnya pada mereka menjadi luntur tak berbekas.
"Dasar anak tak tahu diuntung! Sudah tinggal gratis, masa mau tinggal seenaknya. Sekarang cuci bajumu sekalian bajuku dan jangan lupa bersihkan rumah, lalu urus keponakanmu. Cepat!". Titah nenekku.
'sabar Shifra... Sabar... Sabar adalah sebagian dari iman. Hanya tiga tahun... Lalu kau akan pergi dari sini'. Batinnya menyemangati diri sendiri.
Setelah itu Shifra segera pergi mandi. Kemudian mencuci bajunya... Dan milik neneknya tentu saja. Setelah itu ia pergi ke kamar dan mengambil headsetnya, lalu pergi ke kamar budhenya dan berusaha membuat keponakannya tidur.
Shifra memiliki 2 keponakan. Yang satu sudah masuk paud dan yang satu masih berumur 2 tahun. Dan yang sekarang ia coba tidurkan adalah keponakannya yang masih kecil. Sedangkan yang satunya lagi sedang bermain diluar bersama ibunya. Ia sungguh tidak sanggup mengurus yang besar karena ia sangat nakal dan berisik.
Setelah gadis itu menidurkan keponakannya, ia pergi ke kamarnya untuk mengerjakan PR miliknya. Tentu saja dengan headsetnya yang selalu setia menemaninya.
Kali ini ia memutar lagu attention. Lagu ini cukup populer dengan Charlie putih sebagai penyanyinya.
You just want attention
You don't want my heart
Maybe you just hate the thought of me with someone new
You just want attention
I knew from the start
You're just making sure i'm never gettin over you.
"Shifra! Shifra!". Teriak seseorang dari luar kamarnya.
Dan tentu saja ia tak mendengarnya.
"Shifra! Shifra! Dasar tuli! Kau dimana?". Seseorang masuk ke kamar dan mendecak kesal.
Brak! Brak! Brak!
Mendengar keributan dari luar dunia miliknya. Shifra pun melepas headset miliknya dan menoleh kearah pintu. Senyum yang sebelumnya merekah menjadi luntur Kala ia melihat siapa yang ada di balik pintu. "Mau apa kau?". Katanya ketus.
Wanita itu tersenyum sinis. "Astaga... Apa begitu sikapmu pada budhemu sendiri. Aku kasihan, apakah orang tuamu tidak mendidikmu cara sopan santun?"
"Dan apakah didikan orang tuamu juga mengajarkan untuk membohongi orang lain? Oh... Dan jangan lupakan kau yang sudah memperlakukan seseorang sebagai pembantu? Jangan khawatirkan orang tuaku, lihat dirimu! Bahkan didikan orang tuamu juga menyedihkan". Kata Shifra dengan sinis dan menusuk.
"Wow... Wow, gadis kecil ini sudah mulai membantah rupanya. Sepertinya dia tidak ingat kalau dia hanya menumpang disini". Kata wanita itu dengan menekankan kata menumpang.
Shifra mengangkat sebelah alisnya. "Maaf, sepertinya ada kesalahan disini, Siti Idawati. Bukankah kau yang menumpang disini? Ibuku turut andil dalam pembangunan rumah ini, jadi aku juga berhak atas rumah ini. Kau bahkan tidak mengeluarkan se-sen pun". Katanya lebih menusuk daripada sebelumnya. "Jika kau sudah tidak ada urusan disini maka silahkan pergi dan biarkan aku mengerjakan PR ku". Shifra kembali memasang headsetnya.
"Dasar jalang tidak tahu diri! Akan kubiarkan kau menyesal dengan apa yang kau katakan tadi. Jika aku tidak melakukan itu, maka namaku bukan Siti Idawati". Bisik budhe Shifra itu yang tentu saja tidak didengar oleh Shifra.
'sekali lagi bertahanlah Shifra... Hanya tiga tahun... Setelah itu kau akan pergi. Astaghfirullah... Astaghfirullah'
Dan Shifra pun kembali melanjutkan PR nya yang sempat tertunda.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Halo Minna, saya kembali lagi. Saya rasa ini chapter terpanjang yang pernah saya tulis yah... Sedang mood 😅
Sekali lagi saya minta saran dan kritik yang membangun. Saya masih seorang pemula yang butuh banyak saran karena saya masih punya banyak kesalahan.
Sekian...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top