LMLY 2
Xander terus memikirkan gadis yang duduk di sebelahnya ini khawatir. Gadis itu aneh... Tau saat pertama bertemu Xander kira ia gadis yang menyenangkan. Tapi tadi ia berubah menjadi gadis dingin sedingin salju.
Pemuda itu tak mengerti. Apa yang terjadi? Mungkinkah gadis itu tengah mengkhawatirkan sesuatu... Entahlah
'Astaga, apa yang aku pikirkan? Itu sama sekali bukan urusanmu Xander, dia bahkan tidak menganggapmu sebagai teman, lalu mengapa kau begitu peduli padanya. Sudah lupakan saja'. Batin Xander yang kemudian mengambil smartphone miliknya dan memainkan benda kotak pipih itu.
Xander lumayan menyukai game, tapi itu tak lantas membuatnya menjadi orang yang gila game. Ia sadar, bahwa ia harus belajar dengan giat. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana usahanya untuk masuk ke sekolah ini. Tentu saja ia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan dan waktunya bukan?
Shifra sudah mulai bisa berpikir dengan jernih. Ia mulai mengingat kalau tadi ia sempat membentak Xander... Oke Shifra tidak menbentak ia hanya berkata terlalu kasar tadi. Tapi tetap saja ia merasa tak enak. Mungkin saja Xander tadi hanya mencoba berbicara dengannya?
Ia menatap pria di sampingnya yang sedang berkonsentrasi penuh dengan game yang dimainkannya. Ia menundukkan kepalanya merasa bersalah. Apa yang harus aku lakukan?
Kring...
Bel masuk berbunyi.
Xander memasukan smartphone miliknya ke dalam tas. Ia merasa tadi ada yang memperhatikannya saat ia sedang bermain game. Tapi... Entahlah.
"Maafkan aku". Cicit Shifra pelan.
"Maaf, apa kau mengatakan sesuatu?". Xander tak bisa mendengar suara gadis itu.
Kali ini ia menatap wajah Xander. "Maafkan aku". Ulangnya sekali lagi. "Aku tadi mungkin agak ketus denganmu. Hanya.. Kau tahu? aku sedang dalam mood yang tidak baik".
Xander tersenyum maklum. "Tak apa, aku mengerti kok". Ucapnya lembut.
Suasana sempat hening diantara mereka berdua karena tak ada yang memulai percakapan. Sementara kelas mulai berisik karena guru belum juga datang.
Xander menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia bingung harus memulai percakapan seperti apa. "Umm... Tadi kulihat kau memakai headset. Apa kau sering membawa headsetmu kemana-mana?". Tanyanya canggung.
Gadis itu menolehkan kepalanya. " Tidak juga, aku tak pernah membawa headsetku ke kamar mandi". Celetuk Shifra asal.
Xander tertawa sejenak. "Tentu saja, maksudku kalau kau sering membawa headset kau pasti penggemar musik, benarkan?". Tanyanya
"Yah... Kau benar, lalu?".
"Bukan apa-apa, aku hanya penasaran tentangmu... Maksudku tentang genre musik yang kau sukai, atau penyanyi yang kau sukai". Mendadak Xander menjadi kaku.
"Biar kupikirkan... Ummmm.... Aku suka lagu pop, penyanyi favoritku banyak, Charlie Puth, Mandy Moore, Bruno Mars, aku suka original sountrack dari Disney. Aku juga suka anime Jepang. Lebih lagi Inuyasha. Aku suka semua lagu soundtrack Inuyasha tapi yang paling aku suka adalah change the world. Kalau kau?".
"Aku penggemar berat anime. Aku hampir mengoleksi semua anime bergenre romance, horor, dan aksi. Kebetulan aku juga suka Inuyasha. Tapi aku lebih suka lagu fukai mori". Jawab Xander.
Kemudian kembali terjadi keheningan diantara mereka berdua. Sebenarnya Shifra dan Xander sama- sama orang yang membenci keheningan. Tapi mereka lagi-lagi tidak memiliki topik pembicaraan. Mereka menghela napas panjang.
Seakan lingkungan mengerti akan keheningan diantara mereka tiba tiba-tiba seorang guru datang dan mulai membuka pelajaran.
'Huh... Mengapa sangat sudah sekali untuk memulai pembicaraan, padahal biasanya pembicaraan mengalir dengan sendirinya'. Batin mereka bersamaan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ohayou Minna. Mungkin chapter ini terlalu pendek yah 😁 maafkan saya yang masih belajar disini. Oh iya... Kalau ada kritik dan saran tolong beritahu saya yah. Saya hanyalah pemula yang memiliki segudang kesalahan.
Tolong tekan bintang dibawah yah...😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top