Wanita baik untuk lelaki baik?
Salah satu ayat dari surat An-Nur ayat 26.
"Wanita-wanita yang tidak baik, untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik, untuk wanita-wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik, dan lelaki baik untuk wanita yang baik." (Qs. An-Nur:26)
Asbabun nuzul ayat tersebut adalah diwahyukan Jibril kepada Rosulullah, saat sayyidah Aisyah mendapatkan fitnah dari kaum munafikin. Sebagai jawaban dari kegundahan hati Rosulullah dari Allah SWT kala itu. Sebagai jawaban bahwa Sayyidah Aisyah dan sahabat Shafwan bin Al-Muta'al rodiallahu anhu tidak memiliki hubungan apa pun sebagaimana kaum munafikin itu tuduhkan kepada mereka.
√ . Lalu bagaimana jika ayat tersebut tidak sesuai dengan kenyataan dengan kehidupan nyata? Masih banyak lelaki baik justru mendapatkan istri yang tidak baik?
Oke, begini. Baik di sini adalah bukan hanya dalam pandangan manusia, pandangan secara lahiriah saja, tapi kriteria baik di sini adalah baik dalam pandangan Allah. Dan dalam hal ini, kita tidak bisa mengklaim baik dan buruk seseorang bukan? Dan menjadi baik itu, tidak terjadi hanya dengan sendirinya. Namun pasti ada perantara, asal muasal seseorang itu menjadi baik, ada proses yang akan di lalui setiap fase oleh orang tersebut itu pasti ada yang menjadi penyebab perubahannya. Prosesnya lo, ingat proses.
Perihal ayat di atas adalah sebuah perintah juga untuk kita, agar kita bisa menciptakan kondisi baik-baik agar kita untuk tetap bisa menjaga kondisi baik-baik.
Coba bandingkan ayat 26 dengan ayat 3 dengan surat yang sama. Yang mana kalimatnya digunakan untuk umum, merata.
"Lelaki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini oleh lelaki yang berzina atau laki-laki musyrik."
Nah, dari ayat tersebut lebih tegas mengandung unsur perintah, agar kita mencari pasangan yang sepadan. Dan ayat 26 adalah sebagai motivasi atau anjuran untuk mengondisikan hal itu dalam kehidupan kita. Setiap orang akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang dia usahakan bukan? Tapi ketika Allah memberikan hasilnya tidak sesuai dengan keinginan kita itu bagaimana? Itu artinya adalah ujian. Dan satu hal, bukan hanya manusia jaman sekarang jika seorang yang baik, mendapatkan pasangan yang tidak baik. Lihat contoh, kisah Fir'aun dengan Siti Asiah. Pasangan nabi Luth dengan istrinya. Nabi Nuh dan istrinya. Semua adalah kembali lagi pada ujian Allah. Keburukan dan kekurangan pasangan merupakan ujian, ladang amal kita untuk terus bersabar.
Tapi kita wajib yakin dan percaya, bahwa memang semua yang kita dapatkan, adalah hasil kerja keras kita, dari apa yang kita upayakan sepenuhnya dari masa-masa sebelumnya. Dan kita juga harus ingat, bahwa menuju jalan untuk menjadi baik itu tidak semudah mengucapkan sebuah kata, dan semudah membalikkan telapak tangan. Setiap pasangan memiliki kelebihan dan kekurangan, sebab pasangan adalah saling menyempurnakan. Dari pasangan kit belajar ber bersabar dan bersyukur.
Bersabar jika dalam kekurangan, dan bersyukur pada kelebihan.
Contoh kecil, kalau kita ingin mendapat yang baik, kita juga harus menjadi baik, perginya ketempat yang baik-baik, bukankah tidak mungkin yah, kalau kita cari pasangan shalih/shaliha, Kita cari ke discotik? Salah tempaaat. Coba cari ke pengajian-pengajian, majlis-majlis.
Kita ingin punya suami shaliha, tapi keluar rumah aurat kita diumbar, pakai hot pants, atasannya pakai you can see. Bukankah orang shalih wajib menundukan pandangannya saat melihat sesuatu yang haram? Maka jelaslaaah bagaimana yang shalih akan tertarik pada kita, dia lihat aja ogah. Bukan ogah karena tidak ingin, tapi karena takut akan dosa pada Allah. Dia takut melihat hal begitu akan mampu menggugurkan keimanannya. Jadi setiap pasangan adalah ujian dan karunia dari Allah, yang belum dapat pasangan, teruslah memantaskan diri, tunjukkan bahwa kamu pantas untuk diperjuangkan.
Semoga bermanfaat.
Jazakallahu khairon katsiro.
Wassalamu'alaikum
JuliaRosyad9
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top