↬ • O N E
[🍂]
Hujan
Tetesan yang menjadi saksi dua insan yang dilanda keromantisan.
Namun tak jarang, menjadi saksi atas aura kesedihan seseorang yang ditinggalkan 'keabadian'.
Dibawah hujan dan naungan malam, Sang Penyihir melisankan nama kesayangan dengan suara tanpa beban walaupun atmosfernya menunjukkan kegelapan.
Pungut Project
✧ ۪۪ O N E ˎˊ -
Lucas x Athanasia
Kegelapan tiba. Suara gesekan daun pintu dengan lantai terdengar tak lama kemudian. Surai emas yang menghadap pintu bergoyang, mengikuti alur jalan sang Putri Obelia. Barang tubuhnya sudah sampai di depan jendela, kedua tangan kecil itu memangku wajahnya. Iris permata milik sang empu kemudian menatap bulan. Dengan sedikit harapan, sosok berjasa dalam hidupnya akan datang. Ekspresi berharap dari Athanasia de Alger Obelia membuat wajah berhias manik merah tersenyum di bawah sana, menahan tawa.
Sudah belasan menit Ia menunggu. Namun, batang hidung si Penyihir belum muncul dalam pandangannya. Merasa bahwa malam ini bukan malam beruntungnya, Athanasia segera menutup jendela dengan perasaan kecewa. Sudah lebih dari satu minggu orang itu belum datang. Dan Athanasia sedikit ... merindukannya.
Ah, apakah ini yang selalu dirasakan seseorang ketika menjalin hubungan? Merasakan rindu yang seolah tidak tertahankan kepada sang kasih yang tak ada dalam jarak pandang?
Jendela serta untaian kain tertutup. Bersamaan dengan sosok yang sedang tersenyum bahagia yang menghilang di balik pohon dalam sekejap mata. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada Athanasia, dengan segala hal yang disukai olehnya.
Barang Lucas sudah sampai di belakang Sang Putri, Ia berjalan tanpa suara, sampai Athanasia tak merasakan kehadirannya. Tangan Penyihir Menara terangkat, mendekap tubuh Pewaris Obelia dengan hangat serta erat. Senyumnya kembali dia kembangkan, seolah mengatakan pada Athanasia bahwa Ia telah pulang.
"Kau menungguku?"
Dua kata, satu kalimat, dari suara yang dirindukan oleh pewaris Obelia. Athanasia menggenggam lengan yang melingkari tubuhnya, desiran hangat merambat ke seluruh hati, menghasilkan warna merah muda yang menghiasi pipi.
Perlahan, gadis bermanik permata melepaskan dekapan dari Lucas. Ia berbalik, sambil menatap kelereng merah milik sosok terkasih.
"Aku? Untuk apa aku menunggumu?" Tanyanya, berusaha mengelak.
Senyum miring tercetak dalam wajah Lucas, "Tentu saja, karena kau pacarku."
Athanasia menunduk, "Sepertinya, ayahku tidak menyetujui hubungan kita."
Tak ada jawaban, sang lawan bicara juga tak terlihat berniat menjawab. Ia malah fokus memainkan rambut keemasan Athanasia. Namun kemudian, "Athanasia, aku ingin memiliki keluarga."
Sontak, ekspresi terkejut terpasang pada wajah gadis di hadapan Lucas. Rasa heran memenuhi benaknya. Ada juga makhluk model begini.
"Lucas! Apa kau tidak dengar perkataanku tadi?!"
"Aku dengar," jawab Lucas dengan santai.
"Lalu kenapa?!"
Pria berusia ratusan tahun itu berdecak, "Kenapa sih ayahmu tidak menyetujui kita? Padahal, aku kan baik."
Hening untuk sebentar, lalu Athanasia kembali buka suara, "Dia bilang, kau orang yang berbahaya."
"Aku tidak akan menghancurkan dunia kalau kau tidak kenapa-napa," ucap Lucas dengan mulusnya, jangan lupa dengan helaan nafasnya. Kalimat yang terlontar tersebut secara otomatis membuat wajah Athanasia lebih merah dari sebelumnya.
Sebegitunya, kah?
Putri Obelia terdiam. Pikirannya tertuju pada berbagai cara agar hubungannya dengan Lucas berjalan lancar. Lucas tahu bahwa Claude de Alger Obelia sangat sayang pada Athanasia sehingga menginginkan yang terbaik bagi putrinya. Namun, sampai menganggapnya anak kecil di usia 18 tahun rasanya ... terlalu protektif.
Rasa hangat dari sentuhan Lucas di tangannya menyadarkan Athanasia. Laki-laki itu menyatukan kepala bersurai hitamnya pada rambut keemasan gadis di hadapan. Benda kecil bulat bertahtakan permata ungu Ia sematkan untuk menghiasi jari manis Athanasia.
Barang tangan Lucas terlepas dari jangkauan, Athanasia menatap heran pada benda yang baru diberikan. Senyum hangat kembali menghiasi wajah Penyihir Menara. Pria itu mendudukkan kekasihnya di kursi terdekat, sedangkan dia sendiri berlutut di hadapan Athanasia. Sambil menatap wajah berbingkai surai emas.
"Jadi, Putri Kerajaan Obelia yang terhormat. Maukah kau jadi milikku sepenuhnya dan menjalani hidup panjang ini bersama denganku?"
Lagi, untuk ke sekian kalinya. Kalimat yang dilontarkan membuat Athanasia bungkam. Rasa bahagia tak bisa dihindari, keraguan seketika sirna dari hati, kekhawatiran tak lagi ada dalam sanubari. Secara tersirat, Lucas telah mengatakan bahwa Ia akan berusaha mendapatkan restu dari Kaisar Obelia.
Tanpa kesadaran, sang penerima lamaran mengangguk dengan senyum penuh kebahagiaan. Menerima ajakan untuk menjalani setiap hari bersama-sama.
To be continue~
Kyknya ini mustahil dialami oleh kalian bersama para gepeng kalian. Hehe 🙏🏻
/dikeroyok
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top