Seteru

Dua orang wanita tengah menangis di depan tubuh kaku tak berdaya, di ruang VIP sebuah rumah sakit. Terdengar teriakan histeris dari dua wanita itu sembari memanggil nama pria yang sudah tak bernyawa lagi. Mereka masih belum percaya dengan kepergian pria itu.

Mesin pendeteksi detak jantung sudah dimatikan sedari tadi, para perawat masih menunggu di dalam ruangan. Mereka tidak sanggup menggiring dua wanita dewasa itu untuk menyingkir.

"AYAH!" Seorang perempuan muda berteriak di depan pintu. Dia terkejut melihat tubuh ayahnya terbujur kaku.

Kedua wanita yang tersedu itu langsung mengalihkan pandangan ke sumber suara.

"Lintang," desis wanita berambut panjang. Dia mulai melangkahkan kaki untuk menghampiri Lintang.

Dengan kaki yang gemetar, Lintang berjalan menghampiri tubuh ayahnya, tidak memedulikan sambutan wanita berambut panjang itu.

"Ayah sudah tidak ada, Lintang," ucap wanita berambut pendek dengan sedikit isakan.

Tubuh Lintang langsung ambruk ke atas lantai, memukul-mukul dadanya dengan tangis yang menderai. "Ayah ... Ayah.... "

Wanita berambut pendek itu ikut berjongkok, memegang pundak Lintang. "Berdirilah, Lintang. Lihat ayahmu untuk terakhir kalinya."

Lintang hanya menggeleng dengan sesenggukan.

"Sabar, Sayang. Ayah pasti tenang di atas sana," ucap wanita berambut panjang.

"Ayo, Lintang, berdiri."

Lintang hanya menggeleng, menolak permintaan dari wanita berambut pendek itu.

"Sudah, biarkan Lintang seperti ini dulu!" hardik wanita berambut panjang.

"Dia harus melihat ayahnya untuk terakhir kali!" balas wanita berambut pendek.

"Dia masih dalam keadaan sedih!"

"Iya aku tahu, tapi setidaknya Lintang harus melihat wajah ayahnya dulu!"

"HENTIKAN!" bentak Lintang yang disusul dengan raungan tangisan.

Dua wanita dewasa yang begitu kekanak-kanakan dan juga egois, saling beradu argumen hingga menjadi tontonan para perawat yang ada di sana. Mereka seperti anak kecil yang tengah berebut mainan, tidak memedulikan anaknya yang tengah dilanda duka.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top