Satu
Lembayung Senja Bab 1
Selamat membaca. Semoga kalian suka. Jangan lupa absen di sini siapa yang sudah baca Cintai Aku Hingga Senja Usai?
Sudah baca Novelet Lusiana?
***
Lembayung senja 1
Sepuluh tahun yang lalu
Waktu istirahat makan siang telah berlalu sekitar lima menit sewaktu Galang Jingga Hutama, si tampan dari kelas dua IPA A SMA Negeri 1 Jakarta Raya berlari-lari kecil menuju kelasnya yang berada di lantai empat. Sebagian besar siswa telah bergerak menuju kantin atau musala yang waktunya memang berbarengan dengan jam makan siang. Jingga yang mulanya punya niat yang sama, mendadak kembali karenal lupa mengambil peci yang sebelumnya dia simpan di saku depan tas ransel kesayangan yang bermerk amat terkenal pada masanya.
Ketika dia tiba, hanya ada satu orang siswa berada di sana, dan siswa tersebut, tak lain adalah anak tetangga keluarga mereka yang kebetulan duduk di belakang tempat Jingga saat ini. Seruni, si pendiam yang gemar sekali mengunci mulutnya tersebut, sedang bersenandung dan tidak menyadari kehadiran Jingga yang masuk sembari memandanginya. Seruni menempelkan kepalanya di atas meja. Tangan kanannya memegang pulpen berwarna hitam tanpa tutup yang ujungnya penuh bekas gigitan dan dia sedang menyalin sesuatu ke satu lembar kertas. Sesekali Seruni mengangkat kepala untuk memastikan kalimat yang bakal dia tulis selanjutnya, lalu kembali bersenandung lagu yang tidak terlalu Jingga kenal.
Setiap malam tiba
sedang nyenyaklah tidurmu
kubelai wajahmu
dengan penuh haru…
Seruni mengikat rambutnya model kepang dua. Rambutnya panjang mencapai punggung dan di beberapa bagian, tampak helaian mencuat. Seruni tampak santai menulis sekalipun Jingga bisa menemukan bekas-bekas parut luka di sekitar kuku jemari kanan gadis itu. Dia tetap asyik melanjutkan senandung yang di telinga Jingga terasa cukup merdu dan dia terdiam hingga beberapa detik menyaksikan Seruni yang sibuk dengan dunianya sendiri.
Di dalam tidurmu
engkau tersenyum
Betapa cantik wajahmu
Permata hatiku…
"Suara fals gitu, nyanyi-nyanyi."
Jingga mengutuk mulutnya sendiri yang lancang bersuara. Karena itu juga, Seruni segera mengangkat kepala dan menarik kertas serta pulpen ke arah dadanya, sementara tangan kiri Seruni dia gunakan untuk mendorong LKS dengan bertuliskan nama Lusiana ke arah kiri meja gadis tersebut, tempat sang pemilik buku duduk. Batang hidung Lusiana tidak nampak dan Jingga sebenarnya penasaran kenapa dia tidak kelihatan sejak pagi tadi.
"Maaf." Seruni takut-takut menunduk. Jingga bisa melihat kalau kedua tangan gadis itu mendadak bergetar tapi sialnya, mulut bocah tampan tersebut malah lanjut berkomentar.
"Sadar diri, dong. Baju lo kucel banget. Nggak disetrika, ya? Itu kerahnya dakian."
Seruni terperanjat selama dua detik lalu refleks tangan kanannya menyentuh arah belakang kerah baju yang dia kenakan. Jingga asal saja bicara tentang daki, namun, Seruni yang panik tidak sadar mengekspos bagian lengan kirinya yang bilur kebiruan.
"Eh, tangan lo kenapa?" Jingga menunjuk ke arah memar yang diderita Seruni. Lekas Seruni membalas dengan gelengan dan menutup jejak memar dengan tangan satunya agar Jingga yang penasaran tidak lagi menghina. Dia bersyukur saat jarak mereka tinggal setengah meter, suara seorang siswi perempuan memanggil dari pintu kelas.
"Uni, dicariin ama Bu Mardiah. Lo disuruh ambil LKS. Udah dua bulan belum diambil-ambil."
"Ma...Makasih." Seruni membalas gugup. Dia bangkit meletakkan kertas yang sebelum ini dia pegang erat ke atas meja, lalu membuka tas ransel berwarna hitam pudar miliknya. Jingga sempat mengintip resleting bagian belakang rok Seruni dipasangi peniti begitu juga dengan resleting tas yang sekarang sedang dia buka. Tangan gadis itu merogoh bagian dalamnya seolah mencari sesuatu dan Jingga melihat beberapa lipatan uang seribuan lusuh dalam ikatan karet yang entah mengapa sewaktu memandangnya, membuat ulu hatinya terasa ngilu selama beberapa detik.
Seruni tampak diam memperhatikan kumpulan uang seribuan dalam genggamannya. Dia terlihat sedang mengira-ngira sesuatu sebelum memejamkan mata dan menghela napas seolah tidak ingin melakukan hal tersebut. Lantas Seruni berbalik dan menarik bangkunya agar dia bisa keluar sementara Jingga yang bersumpah akan mencubit bibirnya sendiri bila keceplosan mengatai Seruni, menaikkan alis begitu Seruni minta agar dia bergeser.
"Gue mau lewat."
"Lewat aja, luas kok. Kayak apaan, lo kira gue seneng liat lo? Amit-amit."
Mulut sialan!
"Gue bau. Ntar lo muntah."
Seruni berjalan cepat, meninggalkan Jingga tanpa sempat si ganteng tersebut membalas. Tidak ada bau aneh kecuali aroma sabun cuci yang menempel di seragam gadis itu, tapi seperti yang sudah-sudah, Jingga tidak bisa mengendalikan diri untuk bicara lagi supaya Seruni menoleh.
"Hueek, busuk, kayak tai kebo."
Seruni pada akhirnya menoleh dan dia terlihat seperti hendak menangis mendengar hinaan barusan. Tapi, ditahannya perasaan sedih tersebut dan bergegas keluar tanpa bicara lagi kepada Jingga.
"Is, gue kenapa, sih?" Jingga bertanya pada dirinya sendiri sambil mengacak-acak rambutnya karena kebingungan. Dia yang ingat harus mengambil peci pada akhirnya berbalik ke arah mejanya sendiri lalu menarik tas yang saat itu berada di dalam laci.
Saat itulah, Jingga menyadari sesuatu dan dia menoleh kembali ke arah meja Seruni lalu mengambil kertas yang tadi diletakkan oleh gadis tersebut sebelum dia pergi.
English Task 4
Answer these following questions based on the text.
Maura, who liked to be thought of as the most beautiful and powerful queen of Arabia, had many suitors.
One by one she discarded them, until her list was reduced to just three sheiks, all equally young and handsome, rich and strong…
Seruni sepertinya sedang menyalin soal dari LKS milik Lusiana dan dia telah menyatukan beberapa lembar kertas dengan staples. Tulisannya yang kecil dan amat rapi membuat Jingga menyunggingkan senyum. Tulisan tangan gadis itu juga menghiasi buku catatan Jingga ketika dia malas melihat papan tulis dan Seruni mengerjakannya tanpa protes sekalipun Jingga melemparkan buku catatannya begitu saja ke hadapan gadis itu.
Lo nggak punya LKS jadi nyalin semua dari buku Uci, Ni?
Azan Zuhur berkumandang hingga membuat Jingga buru-buru meletakkan kembali kertas milik Seruni dan berlari meninggalkan kelas untuk bergabung bersama teman-teman lelakinya yang sudah lebih dulu berada di musala. Setelah waktu salat usai, dia tahu, apa yang mesti dikerjakan dan semoga Tuhan membantunya.
Karena jika tidak, dia tahu, dia akan semakin merasa bersalah.
***
Olaaah.
Papa Jingga dan Mama Uni balik.
Sabar, ya. Belum bisa panjang-panjang. Harus bagi waktu juga buat pekerjaan lain. Kadang update sampai tengah malam supaya nggak ganggu waktu untuk anak bangsa.
Yang paling penting, tolong dukungan kalian mulai dari komen, love supaya work ini naik.
Buat yang ingin Fast update silahkan kunjungi eriska helmi di kbm app, downlpad di google playstore dan sunscribe lembayung senja.
Masih mau lanjut?
***
Mama jaga KiKi dulu.
Papa jagain bocah🤭
Sayaaaaang kalian semuaaa..
Mwaacch.
MCR💅💅💅💅
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top