Twenty Two.
Big Brother!! Chiganemaru.
Mempertahankan sejarah, memikirkan strategi berperang, menyusun rencana bertarung dan menjadi tabib dalam benteng membuatmu menjadi gadis muda yang cukup tahan banting. Tak hanya beberapa hal di atas, sering cekcok dan berkilat lidah dengan para dewan pun membuat mulutmu cukup berbahaya ketika melindungi para kesatria.
Dan hal lain adalah... Kau merupakan seorang gadis muda yang harus mengurus puluhan pria dan mbah-mbah dalam benteng yang tidak pernah membuatmu sepi. Pasti selalu ada hal-hal yang membuatmu melepas penat, walau ujung-ujungnya hal tersebut cukup menguras tenaga.
Misalnya begini.., saat kau mengadu pada langit biru di engawa dengan secangkir teh hijau panas dan beberapa tusuk dango, kau mulai merasakan kehadiran seseorang. Telapak tangan besarnya mendarat di pundakmu ketika ia merubuhkan diri di sisimu,
"Apa yang dilakukan seorang gadis muda duduk sendirian di sini? Meminta jodoh, kah?"
Nyaris tehmu tersembur. Suara itu adalah milik Mikazuki Munechika. Salah satu mbah-mbah yang menghuni bentengmu. Kau memberikan tolehan, dan surainya nampak masih meneteskan air. Iris coklat bak daun musim gugurmu terbelalak,
"Jiijii habis keramas ya!? Rambutnya basah itu nanti masuk angin. Aku sudah menyiapkan ruang untuk mengeringkan rambut, banyak hairdryer lho!! Banyak."
Yang dicecar olehmu hanya tertawa, tidak ketinggalan menyuap dango yang tersaji di atas piring kecil,
"Aku saja tidak tahu bagaimana menyalakannya. Hahaha."
Kau pening.
"Oke. Duduk disini, jangan kemana-mana!!"
"Baik."
Dalam langkah menggebu, kau menuju sebuah ruangan khusus yang berisi perkakas untuk mandi. Irismy berkeliling, mencari sebuah rak yang berisikan handuk-handuk. Dari yang berukuran kecil, sedang, hingga besar. Dan sebuah kipas tangan,
"Nah!!"
Kau mengambil handuk berukuran sedang, dan kembali bergegas menuju tempat kau bersantai ria sebelumnya. Sang tenka goken masih berdiam diri, bunga-bunga imajer mengelilingi dirinya saat mulutnya masih mengunyah dango milikmu,
"Itu dango milikku ya, jiijii." Ucapmu, tanpa permisi langsung menaruh handuk di atas kepala birunya.
"Oya? Ahahaha. Maaf sekali." tanggapnya, "Hm? Kau mengeringkan rambutku, kah Aruji?"
Tidak mempedulikan soal dango, dengan lembut kau mengusap-usap handuk pada rambut sang tenka goken. Sekali-sekali, tangan lain pun mengipas agar terbantu untuk cepat kering. Surai biru sang kesatria begitu halus, dengan aroma buah daripada shampo yang kau berikan,
"Begitulah..." kau menyetujui, "Mengurus orang tua, dapat pahala bukan?"
Mikazuki lagi-lagi tertawa,
"Kalau begitu, aku akan selalu membiarkan rambutku basah setelah keramas."
Dan dari saat itu, pekerjaanmu sebagai seorang saniwa malah bertambah. Yaitu mengeringkan rambut para kesatria. Pasti ada saja kesatria yang menghampirimu dan membawa handuk serta sisir.
"Gak gak. Kalo Tsurumaru, aku gak mau!!"
"LHO, AKU KAN KESATRIAMU JUGA!!"
Dan pada akhirnya, kau tetap mengeringkan surai sang bangau.
Kau yang tidak pernah memiliki saudara--dengan kata lain, kau adalah anak tunggal. Kau tidak pernah tahu bagaimana rasanya memiliki seorang kakak, atau adik. Namun para kesatriamu telah memberikan semua itu.
Selalu ada yang menggapmu adik. Selalu ada yang memanggilmu kakak. Selalu ada yang mencari kehadiranmu sebagai seorang punggawa dalam rumah. Seorang kepala keluarga yang selalu menjadi orang nomor satu dalam benteng.
Ramai.
"Hachu!!"
Suraimu nampak basah, dengan kaus lengan panjang dan celana panjang, kau mengaduh di bawah langit senja sebab angin dingin musim gugur yang terasa menusuk setiap inchi daripada kulit yang dilapisi sebuah baju,
"Wah wah... Sepertinya aku mendengar seseorang hendak kena flu."
Kau menoleh pada sumber suara. Ada seorang kesatria yang menghampirimu. Salah seorang dari keluarga kecil yang kau dapatkan pada saat musim panas, dari pinggir pantai dengan deburan ombak yang menjadi saksi bagaimana kau dan para kesatriamu berjuang untuk mendapatkan mereka,
"Chiganemaru!!"
"Yo."
Sang wakizashi berjalan mendekat, tanpa aba-aba, yang dilakukan sang kesatria adalah duduk di belakang punggungmu. Menaruh handuk di atas kepalamu, dan mengusapnya pelan. Seperti yang kau lakukan pada kesatria-kesatriamu dengan atau tanpa diminta,
"Herannya, kau tidak memikirkan kesehatanmu sendiri, ya?" Chiganemaru langsung memberikan vonis padamu. Dan itu fakta memang. Kau tidak mempedulikan kesehatanmu sendiri dalam benteng. Touken Danshi adalah prioritas utama, nyawa mereka, kesehatan mereka, tawa, dan senyum merupakan hal yang kau pikirkan setiap harinya untuk menjaga agar tempat ini selalu penuh dengan suka cita.
Mungkin ada yang menyadarinya seperti Chiganemaru. Namun hanya sang wakizashi inilah yang berani menegurmu secara langsung, dengan sentuhan daripada tangan hangatnya.
Kau memilih bergeming. Tidak melanjutkan percakapan, dan membiarkan Chiganemaru melakukan hal yang belum selesai.
"Jangan sampai masuk angin." Ia memperingati. Tidak lupa memberi usapan pada pucuk kepalamu.
Sedikit gurat semu nampak seperti buah persik, kau tersenyum,
"Jadi, aku akan membiarkan rambutku terus basah dan Chiganemaru akan mengeringkannya selalu."
"Tentu saja." Ia menyanggupi, "Karena seorang kakak, tidak akan membiarkan adiknya sakit, bukan begitu?"
date of update : 15 January 2022,.
By : aoiLilac.
HEPI ENIP TOUKEN RANBU. ULALALAAAAAA.
*reupdate : 17 Feb 2022.
Eh ya, aku mau coba open rikues. Untuk coba-coba, dari tiga orang saniwa dulu ya. Yang mau, bisa komen dan kita dman deh.
>.<
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top