Twenty Five.

I'm never Deny to My own words!

Bagi seorang kesatria pedang dalam keluarga Sadamune, bilah Uchigatana—Kikkou Sadamune, menuruti keinginan sang tuan adalah sesuatu yang bisa dilakukannya dengan senang hati. Mengambil kesempatan untuk bisa berbicara dengan sang tuan gadisnya mengenai apapun, tak jarang kesatria itu juga mengatakan, "Suara Anda begitu lembut, Goshujin sama." Dan akhirnya, kau tersipu sendiri padahal yang kau bicarakan itu mengenai satu dua hal yang cukup penting.

Namun saat ini, hal serius dalam pembicaraan sama sekali tidak dibutuhkan. Di atas seekor kuda putih dengan suara kaki kuda yang berdepak bertemu pijakan atau sesekali memecahkan ranting kering yang jatuh, kau berceloteh pada kesatria yang memegang tali kekangnya untuk menuntun sang kuda dengan berjalan. Mendengar sejenak suara burung kecil yang berkicau di sepanjang jalan menuju sungai di dalam hutan dan bertanya,

"Hooo, Kikkou san, kau mendengarnya? Merdu sekali kan?"

Kau berprofesi sebagai dokter hewan karena kecintaanmu terhadap binatang. Penghasilanmu kau gunakan dengan baik untuk menghidupi ibumu dan dirimu selepas ayahmu tidak lagi ingin mempertahankan rumah tangganya bersama wanita yang mendampinginya selama 35 tahun. Dan beruntung ayahmu masih membiayai kuliah hingga kau lulus empat tahun yang lalu.

"Aku mendengarnya, Goshujin sama." Ia membalas, "Namun kurasa, suaramu masih jauh lebih merdu ketimbang burung yang berciut itu."

"Bisa ditunda dulu pujiannya, tidak?"

Hal itu membuat sang kesatria tertawa pelan.

Ada sembilan ekor kuda. Tujuh diantaranya adalah kuda jantan dan dua sisanya adalah kuda betina. Membentuk barisan, paling depan dipimpin oleh Higekiri dan Hizamaru yang piket untuk mengurus kuda pada minggu ini. Beberapa anak tantou seperti Taikogane Sadamune, Shinano Toushirou, dan Atsushi Toushirou pun turut serta. Katanya mereka ingin keluar benteng sekali-sekali. Wakizashi yang turut serta pun ada Namazuo Toushiro dan Monoyoshi Sadamune yang memang niat ingin membantu tuan dan rekan-rekannya untuk memandikan kuda di sungai, tepat di bawah kaki gunung.

"Saudaramu ikut semua, ya?"

Kikkou memberikan anggukannya,

"Kalau Taikogane tidak ikut, dan Hasebe san tidak menitipkanmu padaku, mungkin aku masih ada di benteng."

Hasebe tengah melakukan pelatihan kurang lebih terhitung dua bulan.

"Heeee~" balasmu, "Kikkou san tidak senang kah menghabiskan waktu bersamaku?"

"Jangan salah paham, Goshujin sama." Tanggapnya, "Tidak bisa kugambarkan perasaanku saat ini. Menuruti keinginan tuanku adalah hal yang harus kulakukan sepenuh hati."

Memangnya ada yang tidak ingin dekat dengan tuan gadisnya itu?

Bahkan Fudou Yukimitsu dan Ookurikara pun perlahan mengubah sikap acuh tak acuh mereka pada sang tuan.

Sejuknya suasana hutan dengan sungai dan suara ayar yang mengalir, membuatmu terkadang enggan untuk buru-buru angkat kaki dari tempat ini.

Menyikat kuda dengan lembut, mendengar suara kuda meringkik sebab tubuh mereka dibasuh merupakan hal yang kau sukai. Membersihkan rambut mereka, hingga kaki pun tak luput dari sikat khusus yang memang kau beli untuk mereka.

"Siapa anak baik, hm? Siapa anak baik?" begitu ucapmu secara tak sadar saat menyikat badan hewan yang senantiasa ditunggangi untuk berperang itu.

"Apa yang membuatmu begitu menyukai hewan, tuanku?"

Tanya si kesatria yang turut sibuk dengan aktivitasnya.

Manik ruby milikmu memandang dirinya sejenak. Yang dipandang tidak sadar sebab posisinya membelakangi sang tuan.

"Salahkah?"

"Tidak ada yang mengatakannya," balas Kikkou, "Aku hanya heran. Kurasa hanya kau—seorang tuan, yang sering mengunjungi kandang kuda. Memberi mereka makan, mengajak mereka berlari, dan bahkan mau memandikan mereka. Ini bukanlah hal lumrah untuk dilakukan oleh seorang Tuan, benar? Di luar profesimu—maksudku tentu saja."

Kau tertawa mendengar tuturannya yang jujur.

"Habis bagaimana, ya? Mereka lucu sih. Coba lihat wajah ini!!"

Pekikanmu itu memaksa Kikkou untuk berbalik. Dan sang uchigatana telah dihadapkan dengan wajah sang tuan yang disandingkan dengan seekor kuda putih yang tuannya basuh,

"Lucu sekali kan!!" Imbalannya, sang kuda sedikit mencodongkan moncongnya untuk menelusuri wajah porselenmu.

Tidak ada yang lebih istimewa bagi seorang Kikkou Sadamune untuk melihat tawa lebar sang tuan. Tuan perempuannya yang memiliki julukan "Puncak Keanggunan" yang disematkan oleh Kasen Kanesada.

Dalam sela-sela memandikan hewan besar itu, Kikkou mendegar suara rintihan lain yang datang dari arah yang berlawanan dengannya. Mungkin salah dengar, pikir kesatria itu. Saling tumpang tindih dengan suara...

"Dengking? Apa itu dengkingan?"

Si tuan masih belum sadar akan suara yang mengganggu salah satu kesatrianya. Kau meladeni obrolan ringan yang datang dari Tachi kembar, dan sesekali menimpali tantou yang cukup cerewet. Wajar sih, namanya juga anak-anak.

Suara itu semakin kuat dan akhirnya membuatmu tersadar jika ada hewan lain di dekat tempatmu berpijak. Memastikan bahwa suara itu bukan datang dari kayu yang rapuh sebab angin, iris ruby milikmu berpendar untuk sesaat,

"Higekiri san, Hizamaru san, tolong bawa anak-anak ke benteng, ya. Segera." Begitu titahmu yang sudah menunggangi kuda putih dan segera memacunya untuk berlari,

"Tunggu! Aruji! Mau kemana!?" panggil Hizamaru,

"Ada hal yang harus kupastikan!! Kembalilah ke benteng!"

Semuanya saling bertukar pandang,

"Apa yang membuat Aruji memacu kudanya ke arah sana?" Monoyoshi menunjuk jalan lain. "Memangnya ada apa di sana?"

"Jika tidak salah dengar, kupikir tadi aku mendengar suara hewan." Balas sang uchigatana, yang seperti tahu sesuatu yang membuat tuannya bergegas, "Seperti kesakitan."

"Begitu kah?" tanggap Higekiri, "Apa kita perlu menyusul Aruji?"

Kikkou menggeleng tanda kurang setuju dengan tawaran sang tachi,

"Semuanya kembali ke benteng saja. Aku pinjam satu kuda untuk menyusul tuan kita."

Latar berganti,

Kau memacu kudamu secepat mungkin mengikuti suara dan insting yang menuntunmu pada bagian hutan lain. Pohon-pohon tinggi menjulang, nyaris menutup sinar sang surya yang berada jauh di atas. Namun rasa kengerian akan hutan yang sepi tidak membuatmu merinding sebab dikalahkan oleh bunga-bunga liar yang tumbuh subur di atas rumput hijau yang menari dengan belaian elemen angin.

"Hmmm... Ini bukannya tanaman beracun, ya?" Monologmu yang telah turun dari hewan besar itu. "Kalau tidak salah, suaranya dekat sini tadi..."

"Goshujin sama."

Saking kagetnya, kau agak terlonjak,

"IH, APA-APAAN SIH!? Aku kaget!"

Memang tidak ada bunyi depak dari kaki kuda, dan tiba-tiba seseorang datang memanggil dengan sebutan Goshujin sama pada hutan yang hening. Siapa yang tidak kaget?

"Aku tidak bermaksud begitu," belanya sambil turun dari kuda coklat yang ditungganginya, "Sudah ketemu yang ingin kau pastikan itu?"

Kau menggeleng,

"Suaranya malah hilang saat aku sampai." Balasmu, "Anak-anak sudah kembali ke benteng?"

"Seperti yang kau inginkan, Goshujin sama."

Kau dibantu Kikkou menelusuri hutan yang tidak jauh dari tempat berpijak. Mencari sumber suara hingga Kikkou kembali memanggil untuk memintamu memeriksa objek yang ditemukan olehnya. Ada seekor induk rusa putih yang tergeletak dengan darah mengalir dari kemaluannya. Tak jauh dari induknya, rusa kecil lain yang terlihat masih basah menggunakan kepalanya untuk membangunkan sang ibu. Mendorongnya pelan namun tak ada balasan dari rusa yang lebih besar.

"Oh—Mungkin yang aku dengar tadi suara induknya melahirkan?" Kikkou berbaik hati menggunakan syal miliknya untuk menggendong sang rusa mungil itu mengikuti ucapan sang tuan,

"Induknya mati." Lirihmu selepas memastikannya, "Kita harus segera menguburnya, Kikkou san!! Kasihan kalau dibiarkan."

"Lalu anaknya dijual?"

"Sembarangan."

"Aku bercanda."

Kau memeriksa rusa mungil yang masih berada dalam pelukan sang kesatria. Begitu kecil, dengan mata besar yang indah dan darah yang masih mengotorinya.

"Kakinya patah, nih."

"Goshujin sama ingin mengobatinya?"

"Iya dong." Balasmu dengan bangga, "Ayo kembali. Kasihan, dia kedinginan. Habis itu kita kembali lagi untuk mengubur induknya bersama Tonbokiri san dan Yamabushi san."

Sorot mata sang kesatria agak memudar mendengarnya,

"Apa? Kenapa kau memandangku begitu?"

"Tidak ada apa-apa." Ia membalas, "Hanya saja, rusa kecil ini langsung mengambil hati tuanku dengan mudah. Aku agak cemburu melihatnya. Haha."

Dan niatnya saat kembali ke benteng nanti, kau ingin menghantam Kikkou dengan beberapa perkamen berat yang ada.

Leisure

Yang kau urus itu banyak kalau bertandang ke benteng. Bilah pedang yang berubah menjadi manusia dengan sebagian besar dari mereka berwujud anak-anak yang masih ingin menggunakan waktu luangnya untuk bermain dan ingin kau turut serta sebagai partisipan.

Sedangkan yang dewasa, hanya melihatmu tersenyum dan tertawa saja, itu sudah lebih dari cukup untuk mengisi cekungan hati mereka akibat kengerian dari peperangan yang mereka dapatkan saat masih menjadi bilah pedang.

Dan sekarang, hal yang kau urus bertambah satu.

Kehadiran seekor rusa kecil dengan kondisinya yang perlahan semakin membaik sebab perawatan yang kau lakukan untuknya.

Saat ini dengan macan besar Gokotai yang meminjamkan tubuhnya untuk kau bersandar di bawah pohon rindang, rusa kecil itu tengah diajak bermain dengan anak-anak Tantou. Tanduknya masih belum tumbuh besar dan lebih mirip anak kancil ketimbang rusa.

Tak lama setelah itu, rakun milik Akashi Kuniyuki yang dibawa oleh Aizen dan Hotarumaru juga turut serta untuk bergabung dengan rusa kecil yang masih beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Di atas selimut piknik, kau hanya duduk memperhatikan anak-anakmu bermain. Tidak hanya yang kecil sih kau anggap anak, yang dewasa juga kau anggap sama. Semua kasih yang kau bagikan pada mereka itu rata. Tidak ada yang cenderung ke satu kesatria, atau malah lebih parah, yaitu mengabaikannya begitu saja.

Sebab kau tahu rasanya diabaikan.

Dan rasa kasih itu juga berlaku pada hewan-hewan yang ada di dalam benteng. Ada kalanya mereka benar-benar dipakai ke garis depan, dan ada kalanya mereka harus diistirahatkan dengan baik. Memastikan kesehatannya, kondisi fisik dan perasaannya walau mereka tidak bisa bicara. Namun semua itu bisa dilihat dari tingkah mereka yang secara tidak langsung memberitahu bagaimana keadaan yang dirasakan oleh hewan-hewan tersebut.

"Goshujin sama."

Lamunanmu teralihkan pada sosok yang berdiri tegak, tak jauh dari selimut piknik yang kau duduki,

"Kikkou san, bisa tidak kalau datang itu bilang-bilang?"

"Itu makanya kan aku panggil."

Kau memutar bola mata malas. Setelahnya, menepuk-nepuk sisi yang kosong, mengajak sang kesatria untuk duduk,

"Hmm, sepertinya usahamu untuk mengobatinya terbayar, ya? Anak rusa itu terlihat sehat."

"Lucu kan? Mana tega aku meninggalkannya sendirian di sana."

Kikkou menunjukkan seulas senyum tipisnya,

"Mungkin jika kita tidak memandikan kuda di sungai, anak rusa itu juga mengalami hal yang sama seperti induknya."

"Tuh, kasihan kan!" balasmu, "Makanya jangan cemburu!"

Kikkou menoleh pada tuannya yang masih memandang lurus pada anak-anak Tantou,

"Hanya dengan satu hewan bertambah di benteng, rasa cintaku tidak akan berkurang untuk para kesatria. Tenang saja."

"Darimana kau bisa menjaminnya?"

Kali ini, kau beradu pandang dengan kesatriamu yang masih menunggu jawabannya. Semilir angin menerbangkan surai panjangmu yang tergerai, namun tidak dengan surai merah jambu miliknya. Dengan sorot mata penuh keyakinan, kau memberi sebuah janji yang cukup untuk membuat kesatria itu tetap mempertahankan senyumnya,

"Aku tidak pernah mengingkari perkataanku sendiri, Kikkou san. Percayalah padaku."

date of update : 01 May, 2022,
by ; aoiLilac.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top