Thirty One.
Rikues dari dear Saniwa ZintaRose, yang katanya lagi seneng sama Sanchouwu. Aku pikir ini ide yang cocok, sebab aku juga belom punya sancou, kri. Enjoy! Maap kalo gak sesuai ekspetasi. T_T
Pick up!! Aruji!!
"Uwoooohh!"
"Berisik Tsurumaru, ah!"
"Sakit!"
Ia mengeluh disaat yang bersamaan setelah lenganya menerima pukulan singkat darimu. Bibirnya bersungut dengan pipi yang menggembung sembari mengusap-usap pelan lengannya sendiri walau tiada hasil yang diinginkan,
"Kasar sekali sih! Kau kan perempuan!" ia mencecar,
"Kau turut menjerit dekat telingaku, aku terkejut!" belamu tak mau kalah.
Sewagakari—Tsurumaru Kuninaga, si usil yang tidak memiliki rasa takut apapun kecuali pada sosok gadis muda satu-satunya yang mendiami benteng di tahun 2205.
Singkatnya, kau dan kesatria albino kesayanganmu itu tengah memantau jalannya Regiment Battle untuk menjemput satu kesatria baru. Bilah tachi dari sekolah tempa Ichimonji; Sanchomou. Itu—kesatria yang beberapa waktu lalu belum bisa kau jemput karena keterbatasan jumlah kesatria yang kau miliki. Namun atasan berbaik hati memberikanmu kesempatan setelah dua tahun, dan kau bersyukur selama memegang salah satu benteng yang dipercayakan padamu ini, kau bisa menjemputnya dengan kekuatan penuh.
"Aku tidak tahu kalau kita bisa menjemputnya secepat ini."
"Memangnya kau berharap kurang dari anak-anak?" Tsurumaru membalas gumamanmu yang melewati jurang pendengarannya, "Parah! Kau mengkhianati mereka!"
Kali ini Tsurumaru menerima pukulan ganda dari perkamen yang kau ambil dengan asal di dekat mejamu.
"Berisik ih!"
"Kau kasar sekali!"
"Biar saja!" kau membuang muka menahan tawa lagi-lagi melihat pipinya yang menggembung, "Kira-kira pulangnya siang atau sore?"
"Perkiraanku paling lama sore." Jawab Tsurumaru cepat, tidak berniat membuat tuan gadisnya menunggu,
"Oh, ya?" Kau tersenyum miring mendengar jawaban percaya diri yang dilontarkan oleh Tsurumaru. Kesatria itu tidak akan bisa melihat senyum ambigu sang tuan kalau saja ia tidak merasa kepalanya dipaksa untuk beradu pandang dengan iris biru langitmu, "Tahu dari mana?"
Terlihat Tsurumaru memutar bola matanya malas saat beradu pandang dengan wajahmu yang mengejeknya, "Aku cenayang. Bagaimana, kau puas?"
Kau tertawa geli. Sangat geli mendengar jawaban diluar dugaanmu saat Tsurumaru berpikir bahwa dirinya adalah cenayang.
Lagi-lagi kau berdecak takjub mengingat beberapa tingkah lucu kesatriamu yang tidak dibuat-buat. Mereka terampil dalam garis depan, semuanya berbakat. Di benteng, kesatria itu saling bekerja sama untuk membantu satu sama lain. Tak jarang kau kembali tenggelam di masa lalu dalam kebingungan saat pertama kali melihat sosok manusia yang datang dari bilah logam yang kau bangkitkan. Namun seiring berjalannya waktu, kau menjadi terbiasa dengan mereka—para kesatriamu. Yang saling tertawa, membantumu, dan menyentuhmu selembut dan sehangat yang kerap kali mereka lakukan.
Kau tidak menyangka bahwa keluarga besarmu ini adalah benda logam—yang telah termanifestasi menjadi kesatria yang siap memertahankan sejarah.
"Tsurumaru,"
Ia menoleh tanpa suara,
"Terima kasih."
"Aku merinding mendengarnya."
Setelah itu, Tsurumaru ditemukan tak sadarkan diri oleh Shokudaikiri saat hendak mengantar sesuatu yang hangat seperti keinginanmu sebelumnya.
Leisure
Angin sepoi berembus memainkan dahan dan daun dari pohon lalu menimbulkan suara yang begitu asri terasa. Sejuk dibarengi dengan lazuardi biru bergelombang dengan sedikit awan yang tidak menghalangi megahnya bumantara,
"Sepertinya keluarga baru kita telah tiba," Mikazuki Munechika dengan segelas teh hijau panas dalam tangannya mencoba membuka topik pembicaraan dengan Uguisumaru yang hadir di sisinya. Si burung bul-bul pun menjawab dialog dari si bulan sabit sesaat selepas ia menyesap minuman hangatnya,
"Iya." Suara lembutnya terbawa angin, "Omong-omong, Aruji di mana? Bukankah seharusnya ia turut menyambut keluarga baru?"
"Kau tahu, Aruji itu gadis muda yang cukup petakilan." Mikazuki tak segan-segan untuk membeberkan sedikit sikapmu, "Kita tidak pernah tahu Aruji ada di mana. Ha ha ha."
Memang dasar kakek-kakek hobi sekali untuk bergosip di beranda.
"Di mana tuanku?" Sanchoumou niatnya ingin memberi satu dua salam padamu sebagai kesatria baru. Namun sepertinya, keinginan sang tachi harus tertunda sebab ruang besar yang biasa kau gunakan untuk melakukan sebagian besar tugasmu sebagai Saniwa tampak kosong.
"Harusnya di sini!" ujar Hasebe yang gagal menyembunyikan rasa cemasnya, "Sungguh, gadis itu masih ada di sini beberapa waktu lalu!"
Iris merahnya menerka-nerka. Daksanya yang tegap itu menegang menangkap intuisi yang asal lewat di dalam kepalanya,
"Mungkinkah diserang oleh musuh?"
"Kalau itu tidak mungkin," si Uchigatana setengah terkekeh untuk membeberkan fakta lain dari dirimu, "Kau tahu, Aruji lebih mengerikan daripada Ootachi musuh."
Kesatria itu—Sanchomou gagal merapatkan bibirnya. Mulutnya mengaga dengan kepala yang sedikit bergerak ke kiri ke kanan sebab perkataan yang dilontarkan oleh Hasebe. Seingatnya, Nansen mengatakan kalau Aruji yang melindungi benteng ini adalah sesosok gadis muda yang lemah lembut, dan sikap-sikap lainnya yang menjadi penentu atas gender yang diakuinya. Tentu Sanchoumou juga tidak berhak curiga dari penuturan saudaranya mengenai sosok gadis yang kelak menjadi tuannya saat bersua nanti. Namun yang didengarnya barusan, sepertinya agak meleset dari perkiraan—atau mungkin bayangannya,
"Kau tidak sedang bermain-main denganku, kan?"
"Mana mungkin!" Hasebe tertawa singkat mendengar pertanyaan bernada tidak percaya dari sosok baru penghuni benteng, "Tenang saja. Aruji akan kembali jika tidak hujan."
Dan sialnya, tepat setelah Hasebe berkata demikian, gemuruh di langit benar-benar terdengar menjadi awal penanda untuk rinai yang akan membasahi bumi. Membiarkan seluruh makhluk hidup bersuka cita dari sebuah sempena yang turun dari nirwana—sebut saja hujan agar lebih singkat.
Hasebe menepuk dahinya,
"Kebiasaan, setiap kali Aruji keluar pasti hujan."
"Benarkah?" balas sang tachi, "Apa tuan kita juga bisa melakukan ritual pemanggil hujan kalau begitu?"
"Kan kan—" kata Hasebe, "Kau kesatria baru saja sudah berani membully-nya. Haha."
"Kalau memang itu yang kalian lakukan, bukankah ikatan kalian dengan tuan di sini sangat dekat?"
"Tentu." Hasebe membalas bangga, "Kau tunggu saja di dalam, biar aku yang menjemput Aruji."
Hasebe mematung saat tangan yang lebih besar darinya menahan seluruh pergerakannya. Sanchomou tidak mengeluarkan suara apapun saat mengambil alih wagasa dari genggaman kinji sang tuan. Dalam detik yang sama, Hasebe mengerti ajun yang dimaksudkan oleh Sanchou tanpa suara,
"Ikuti saja hutannya. Lalu belok kanan, ada sebuah toko dari Dewan. Aruji di sana menunggu hujan reda."
"Hanya dia satu-satunya wanita, kan?"
"Dia yang paling sempurna. Kau akan tahu saat melihatnya nanti."
Si kesatria baru itu benar-benar keluar menyusuri hujan. Dengan wagasa warna merah kegemaranmu, ia sedikit melindungi tubuhnya dari rinai yang turun ringan, tetapi tidak serta merta menggiring awan kelabu untuk menyingkir dari langit. Memandang pohon yang mengiringi setiap langkahnya, membuat kedua kakinya terbiasa dengan tubuh baru yang didapatkannya. Dan tentu menyiapkan diri untuk segera bertemu dengan tuan barunya.
Sepanjang perjalanan untuk menjemputmu, Sanchoumou sedikit membayangkan bagaimana rupa dari tuan gadisnya nanti. Kira-kira, seperti apa parasnya? Cantik itu sudah pasti, sebab ia permpuan. Apakah ia memiliki mata yang sipit? Bagaimana dengan model rambutnya? Lalu seperti apa suaranya? Begitu dirinya bersenandika sambil terus tersenyum mencoba memproyeksikan seperti apa dirimu.
Dalam waktu yang tidak lama, ia menemukan sebuah bangunan yang tampak sepi, tetapi begitu kokoh berdiri di tengah belantara. Dari tempatnya berpijak, ia melihat sesosok perempuan muda yang berdiri menadang hujan menggunakan telapak tangannya.
Ia yakin bahwa sosok di sana adalah tuan gadisnya. Kau memakai pakaian miko dengan hakama biru tua. Kau menguncir surai perakmu dan menyisakan banyak helai untuk membingkai wajah ovalmu. Dari jauh pun, Sanchoumou tahu betul kau tengah tersenyum seorang diri sembari menikmati guyuran dari air hujan yang mengalir dari atap toko menuju kulit sebersih kapasmu,
"Bukankah akan basah jika terus seperti ini?"
Suara lain yang menjamah telingamu sedikit mengejutkanmu yang tidak menyadari adanya sosok lain yang sudah berdiri di sisi kosong dari tempat kau berpijak. Tingginya cukup mengintimidasi dirimu yang begitu mungil. Alarm dalam otakmu berdenging untuk segera menjauhinya, sampai-sampai kau tidak sadar bahwa kedua kakimu turut melangkah mundur saat sosok itu mendekat,
"K-kau siapa!?" iris matamu terlihat menuding pada sosoknya, "Apa jangan-jangan, kau musuh yang sedang menyamar!?"
"Apa maksudmu?" ia membalas tenang, "Kau mengirim tim untuk menjemputku, kan? Bagaimanapun aku juga kesatriamu sekarang."
"Kesatria—"
Azuremu tampak terbelalak menyadari hal yang mulai membentuk sebuah ingatan dari puzzle-puzzle yang berceceran. Membawa sebuah memori keperakan dari salah satu kegiatan yang tengah kesatriamu lakukan atas permintaanmu untuk menjemput sosok baru ke benteng,
"Sanchoumou, ya! Waah!"
Kesatria itu sedikit terkejut dengan pergelangan mungil yang melingkari dirinya untuk sesaat sebelum menjauhkan diri dan kembali berceloteh,
"Okaeri!" ucapmu begitu hangat untuk meyambutnya, tetapi sepertinya kurang tepat karena kau sedang tidak berada di dalam benteng.
Ia terkekeh menyadari keluguan tuannya. Tidak ingin membuat senyummu memudar, segera ia membalas perkataan yang kau lontarkan padanya,
"Tadaima, Saniwa san."
Tak berlangsung lama sebab Sanchoumou langsung berlutut, menawarkanmu punggung kokohnya sekaligus membawa satu kantung berisi permen-permen manis untuk para tantou.
Dan beruntungnya saat hendak melakukan perjalanan kembali ke benteng, hujan berangsur reda dan akhirnya benar-benar berhenti.
"Kurasa hujannya sudah berhenti!" katamu, "Aku bisa berjalan sendiri, kau bisa menurunkanku, Sanchoumou!"
"Dan membiarkan tuanku menginjak lumpur dalam hutan? Kurasa tidak semudah itu." Ia sama sekali tidak merasa keberatan menerima tubuh mungil lain di punggungnya.
Tidak ada warna merah rona di pipimu saat sang tachi berkata demikian. Yang ada kau semakin mengeratkan kedua lenganmu padanya dan tidak berhenti bercoloteh mengenai berbagai macam hal. Dan satu hal yang Sanchoumou ketahui tentangmu adalah; kau adalah gadis muda yang hangat, dan cukup cerewet.
date of Update: August 15, 2022,
by: aoiLilac.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top