Thirty Eight.

PLS, AKHIRNYA ADA YANG RIKUES SALAH SATU FAVORITKU DI TKRB. Dear Saniwa rijeuka yang minta si duta sampo lain! Enjoy, ya!!

You're Strong. Absolutely Strong.

Di belakangmu, setia sosok Heshikiri Hasebe turut menyambut kedatangan kesatria baru. Tinggi, rupawan, dan terlihat sangat kuat. Surainya panjang nyaris menyentuh permukaan tatami. Anting-anting yang dipasang di telinganya membawa suara rincing setiap kali kepalanya bergerak. Jika dilihat-lihat, ia cukup antusias akan rumah barunya saat ini dan kau pun tak turut khawatir kalau ia tidak akan terasa nyaman.

Kau memandangnya cukup lama hingga tak sadar jika wajahnya sudah sangat dekat sampai kau mampu merasakan dengusan napasnya yang tak kalah hangat dari yang lain,

"Kau terpesona denganku?"

"Memangnya siapa yang tidak terpesona mendapat pedang keren?" balasmu sedikit terkekeh, "Maa, kau bilang tadi tuanmu Hijikata? Berarti dari Shinsengumi. Ah—rekan-rekanmu sudah hadir di sini lebih dulu." begitulah yang Izuminokami dengar dan melihatmu memilah-milah selebaran dan terlihat mengumpulkan kepingan ingatan untuk disampaikan padanya, "Oh, saudaramu juga sudah tiba. Jauh lebih awal ketimbang dirimu."

Izuminokami mengendus aroma manis dalam ruangan sang tuan. Begitu harum hingga ia sempat terlena akan suara ramah darimu,

"Ah, ya—Nosada?" sahutannya tertangkap radar telingamu, "Sepertinya sudah terlambat sekali untukku bergabung jika rekan dan bahkan saudaraku sendiri telah mendampingimu sejak awal."

"Salah sendiri dipanggilnya susah." Kelakarmu yang entah mengapa malah mengundang Izuminokami turut tertawa,

"Kau kurang giat memanggilku, Aruji! Jangan salahkan aku!"

"Haha!" lagi kau menunjukkan tawamu, "Kalau begitu sekali lagi selamat datang, Izuminokami Kanesada!"

Antusiasme kemudian terhenti, tergantikan dengan hening saat kau hendak berdiri dari kursi putar. Dalam pandangan objektif Izuminokami, surai navy dari tuan barunya pun turut bergerak saat kepalanya tertunduk walau kedua tangannya masih menempel memegang bibir meja kerjanya.

Kau tidak mampu untuk melawan sesuatu yang memaksamu untuk menyerahkan diri sepenuhnya pada gravitasi saat kesadaran mulai menguap dengan perlahan. Hanya percikan api yang tampak dalam pandangan sebelum tubuhmu tak lagi sanggup menahan beban, sampai akhirnya, segala sesuatu berakhir dalam kegelapan.

"Cotto—Aruji!!"

"Jangan panik," Hasebe turut melemaskan tubuhnya mengimbangi daksa tuan perempuannya yang jatuh. "Ini sudah biasa terjadi."

"Sudah biasa tapi kan aku belum terbiasa dengan hal ini!"

Sepertinya sia-sia untuk Hasebe berupaya menenangkan Izuminokami. Tangannya tidak berhenti mengibas, membiarkanmu merasakan kipasan walau tak memberi efek banyak. Air mukanya tampak tegang dengan bibir yang terus memanggil,

"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, sungguh." Hasebe masih memangku tubuh sang tuan, "Ini bisa terjadi sepuluh hingga lima belas kali dalam sehari."

"Sebanyak itu!?"

"Makanya sudah kubilang bersikap biasa." Entah mengapa, Hasebe kini satu tingkat lebih tenang. Padahal sebelumnya, ia yang selalu gagal menahan rasa cemas dan berakhir gelagapan kalau kau tidak segera membuka mata.

Samar dan buram tidak membantumu sama sekali untuk terbiasa dengan ruang besar dipenuhi binar keemasan dari cat atau furnitur yang terkesan mewah dan elegan ini. Di antara ruang dan waktu. Isi kepala memutih, sisa-sisa kembang api masih ada dalam pandangan sebelum kau tersadar dengan tangan lain yang lebih besar dari Hasebe itu kini tengah merangkulmu dalam sebuah dekapan. Surai hitamnya menari di antara kulit yang tidak tertutup pakaian miko. Ada aroma hutan yang mengiringinya, hingga kau sedikit tertawa sampai Izuminokami mendengar suara kecil yang keluar dari bibirmu,

"Aku bangun."

Leisure

Anila berembus begitu ringan, menyapu setiap kulit penghuni sebuah benteng yang selalu hanamaru. Gemerincing lonceng dengan crest para kesatria turut terdengar, menambah kesan damai yang selalu menyelimuti kediaman para pejuang sejarah.

"Ini kasus biasa." Jawaban Kashuu tidak pernah berubah sejak Izuminokami bertanya rentetan hal-hal yang mengenai kesehatan tuan barunya.

"Ya, tapi aku tidak biasa!!" tukasnya, "Bagaimana mungkin aku tidak panik melihat tuanku jatuh seperti itu!"

"Izuminokami sudah jatuh cinta dengan Aruji?" Yasusada ngawur,

"Memangnya kau tidak jatuh cinta padanya? Pria waras mana yang tidak panik saat melihat gadisnya jatuh!?"

"Oh—pesona Aruji memang bukan main, ya? Rata-rata para kesatria baru langsung jatuh hati padanya, walau dengan cara yang berbeda." Si biru kembali menyambung. "Termasuk aku, sih. Walau bayangan Okita kun masih jelas dalam benak."

"Sepertinya lebih panik Yasusada saat pertama kali turut menyaksikan hal tersebut." Kashuu menggali ingatannya lebih dalam ketika kali pertama rekannya datang, dan tuannya turut jatuh sebab sindrom yang diderita olehnya, "Maa, sungguh. Aruji tidak apa-apa. Ia turut menjalani sebuah terapi dalam dunianya, dan aku dengar sendiri dari mulutnya kalau kondisinya yang sekarang jauh lebih baik dari yang sebelum-sebelumnya."

Namun hal tersebut nyatanya tidak membuat katana dengan tahun tempa paling muda itu puas begitu saja. Ia bersedekap, membiarkan otaknya menelaah dan memikirkan segala kemungkinan yang tidak ingin ia bayangkan,

"Tapi, Aruji baik-baik saja kan? Maksudku—"

"Baik kok, Kane san!" kini Horikawa turut membuka suara sejak dari awal hanya menajamkan telinga untuk menyimak, "Yang penting, tidak ada yang meninggalkan sisinya."

"Kalau mandi, bagaimana?"

Ketiga kesatria lain yang mendengarkan cuitannya itu hanya bergeming. Memandang sang partner Horikawa Kunihiro dalam selidik,

"Iya juga, ya? Aku tidak memikirkan sampai sana." Yasusada memikirkan hal yang sama dengan Horikawa. Tidak terucap dari bibir sang wakizashi, tetapi dari sorot matanya, ia tahu kalau Horikawa turut memikirkan yang tidak jauh darinya,

"Buktinya Aruji selalu tidak apa-apa, kan?" Kiyomitsu mulai meluruskan percakapan, "Lagipula, selama aku di sini, tidak ada berita kalau Aruji tenggelam dalam ofuro."

Jujur, dialog ini tidak membantu Izuminokami. Masih banyak pertanyaan yang ada di dalam kepalanya, masih ada jawaban yang harus ia cari hingga benaknya merasa puas. Bukan karena ia tidak menerimamu sebagai tuannya, melainkan sebab ia adalah kesatria yang turut melayanimu sejak kau memanggilnya. Jadi tidak ada yang kalau ia ingin memerhatikanmu juga, kan?

"Kalau aku bertanya langsung padanya, apa boleh?"

"Boleh saja." ujar Kashuu ringan selepas memoles cat kuku dan meniupnya, "Kalau begitu, kau harus siap meminjamkan lenganmu untuknya."

"Jangankan lengan, nyawaku juga kuberikan untuknya!"

Leisure

Dan hal yang ditakutkan Izuminokami benar terjadi. Tepatnya saat makan malam, di mana seluruh kesatria berkumpul dalam satu waktu yang sama untuk saling bergurau menikmati makanan yang hangat tersaji dalam malam yang terasa semakin dingin.

Jelas-jelas Izuminokami masih bisa mendengar celotehan sang tuannya sebelum makan, memastikan anak-anak tantou memegang sumpit masing-masing sebelum ia mengambil tempat kosong di sisi Taroutachi, tepat saat Izuminokami berkedip, tahu-tahu sang ootachi sudah meminjamkan lengannya untuk sang tuan yang terpejam menyembunyikan bola mata hijaunya.

Dalam pandangan subjektifnya, sang tuan yang sempat tidak sadarkan diri itu memang benar-benar terlihat seperti orang tidur. Hanya beberapa anak tantou dengan Yagen yang pastinya selalu hadir di saat ia berada tak jauh dari tuannya. Hingga beberapa waktu kemudian, kau kembali terbangun dan menabuh tawa pada yang lain. Seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu.

Dan malam itu, Izuminokami tidak menghabiskan makanannya. Yang ada di dalam benak adalah tuannya, tuannya dan tuannya. Tidak lebih dan tidak kurang.

Dengan niat mantap, ia mematenkan langkah untuk mencari tuannya hingga. Berhenti pada sebuah gazebo tepi sawah, Izuminokami menemukan satu-satunya gadis yang menjadi pujaan hati para pejuang sejarah.

"Bukankah tidak baik untukmu dibiarkan seorang diri?"

"Oya?" kau membalas, tetapi tidak lantas memberikan tolehan pada suara serak yang cukup kau kenali, "Namun aku tidak sendirian untuk saat ini, kan?"

"Kau tahu aku akan datang."

Tampak jelas Izuminokami melihat senyum yang kau bubuhkan saat dirinya turut memasuki gazebo yang terbilang cukup luas. Memandang langit gulita dalam diam, memerhatikan rasi bintang pada musim semi yang tenganh bergulir. Sesekali dihanyutkan oleh aroma manis yang ia tebak itu sebagai ambu dari tuan yang duduk di sisinya. Seperti apa, ya? Dikatakan bunga, terlalu sederhana. Kayu manis juga bukan. Izuminokami tidak tahu harus bagaimana mendeskripsikan wewangian yang turut mengiringimu sejak kedatangannya.

"Sepertinya banyak yang ingin kau tanyakan padaku," ucapmu yakin, "Tanyakan saja, Izuminokami."

Empunya nama mengangkat kedua bahu sembari menghela napas sebelum mengajukan sebuah pertanyaan yang sudah kau duga,

"Kau itu kenapa? Apa yang membuatmu seperti itu dan bisa tidak sadarkan diri sebanyak itu dalam satu hari? Dan ini terjadi setiap harinya?"

Herannya, Izuminokami selalu mendapat suara tawa yang keluar darimu sebelum kau menjawab pertanyaannya,

"Aku ini istimewa," balasmu, "Ada sebuah sindrom yang kuderita,"

Resonansi suara yang keluar dari bibirmu membuat Izuminokami mematung. Memang istilah kedokteran yang kau ungkapkan padanya tidak benar-benar dipahami olehnya. Namun satu hal yang ia tangkap dengan pasti adalah; tuannya mengidap sindrom yang cukup langka, bahkan dalam dunianya sendiri.

Dokter mengatakan sindrom takikardia postural dan sinkope neurocarduigenic tidak memiliki obat dalam dunia farmasi dan hanya akan melakukan terapi untuk mengharapkan sebuah kemajuan yang nyata. Kalau diminta untuk memilihpun, kau tidak akan memilih keduanya dan tidak akan mengharapkan sebuah asa yang perlahan menguap darimu setiap harinya.

Dukungan keluargamu dalam duniamu lah yang membuatmu terus hidup serta tawa dari sosok-sosok di benteng ini yang tidak pernah gagal terus menghiburmu walau mereka sendiri tahu kalau hari-hari senang mereka bisa berakhir kapan saja.

"Lalu, apa ada sesuatu yang kau konsumsi?"

"Ada," suaramu terdengar tipis, "Obat anti depresan. Aku terus mengatakan pada kalian semua agar bersikap seperti biasa saja. Sejujurnya aku juga takut akan hal ini," kekehanmu terdengar begitu pilu saat kau sendiri menyadari gemuruh dalam hatimu yang sadar kalau kau tidak mampu lagi untuk berjuang. Hal menyakitkan mana yang membuatmu semakin hancur dalam ketidakberdayaan kalau sebuah kesenangan bisa kapan saja direnggut darimu?

Kau bukanlah tipe yang mengemis perhatian, tetapi apabila ada yang mengerti tentang keadaanmu, kau seakan diberi kekuatan untuk bertahan.

Satu derai berhasil meloloskan diri saat segala sesuatu mulai hilang kendali saat lengan Izuminokami tidak membiarkanmu membentur benda yang cukup keras dalam gazebo. Bibirnya tak segan untuk meninggalkan sebuah cumbana singkat di keningmu saat kau terjatuh.

Menunggu hingga tuannya kembali tersadar adalah hal terbaik yang bisa dilakukannya saat ini, sedikit mendekapnya dan membuat Izuminokami tak lantas mampu untuk menahan muara yang selalu ia sembunyikan sejak hari pertama ketibaannya,

"Kau kuat. Benar-benar kuat."

date of update; September 02, 2022,
by; aoiLilac.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top