Eight.
Soft Hair of the Little Fox
Kelopak merah muda mewarnai harimu di Citadel.
Kau berlindung dari sengatan matahari di bawah rindangnya salah satu pohon sakura di bagian Barat benteng. Di atas tikar, dengan semangkuk buah mangga kupas yang Hasebe kupaskan untukmu sebagai cemilan siang dan beberapa bundel arsip, kau dan salah satu kesatria yang kau tunjuk-Kogitsunemaru sebagai sekretaris minggu ini tengah sibuk memilah arsip bulanan yang akan dimusnahkan setiap satu semester.
"Nushi sama... jika kau berkenan, bagaimana jika rubah kecil ini yang memilahnya? Kau cukup istirahat saja.."
"Ah!" tukasmu, "Jangan terlalu memikirkanku, Kogitsunemaru dono. Aku belum capek, kok!"
Rubah kecil-Kogitsunemaru-kembali mengatupkan mulut setelah mendengar pernyataan dari tuan gadisnya. Kembali melanjutkan pekerjaannya sebagai sekretaris pada bulan ini.
Musim semi adalah waktu yang tepat untuk menikmati cerahnya langit serta semilir angin. Tak jarang juga beberapa hewan-hewan kecil keluar dari sarangnya untuk menikmati salah satu musim yang paling indah ini.
"Aruji, disini ya?"
Dalam sela memilih bundelan, inderamu menangkap suara yang begitu familiar. Tumben sekali, ia menemukanmu. Biasanya kau yang selalu menemukannya sedang duduk santai di beranda sambil menyesap teh hijaunya. Kau memutuskan untuk mengangkat dagumu, dan menemukan senyumnya yang tentu saja mengarah padamu. Manik dengan kilatan bulan sabit itu memandangmu, di tangannya, sudah ada beberapa lembar laporan yang mungkin itu adalah alasan mengapa ia bisa menemukanmu disini,
"Ah.., Mikazuki dono, sini-sini." ajakmu sambil menepuk tempat kosong disebelahmu.
"Bergabunglah kemari, Mikazuki san.." Kogitsunemaru menimpali.
Dengan tawa khasnya, ia bergabung denganmu dan saudaranya sebelum membuka alas kaki. Menyambar langsung satu potong mangga yang menjadi cemilan siangmu-ah sudah biasa.
"Manis sekali.., Aruji, sepertinya ini laporan yang akan kau tanyakan."
"Oh, ini rupanya alasan kenapa kau mencari dan bisa menemukanku disini ya? Kau bisa mengerjakannya nanti, kenapa tidak istirahat dulu saja?" tuturmu sambil menerima beberapa lembar kertas tulisan tangan seorang Mikazuki Munechika,
"Sekarang atau nanti sama saja laporan itu akan kukerjakan. Kau tega ya, mengirimku untuk ekspedisi yang lumayan lamaaaaa itu."
Mikazuki yang selalu mengaku dirinya sebagai kakek-kakek itu menggerutu dengan menekan pada kalimat 'lama'nya. Kau tertawa getir mendengar gerutuannya, sambil mengingat saat kau tidak sengaja menulis namanya sebagai seorang kapten untuk ekpedisi selama dua hari lamanya. Si rubah saudaranya hanya terkekeh kecil mendegar keluhannya yang sambil mengelus-elus punggung belakangnya,
"Bilanglah padaku, Mikazuki dono.. kau pegal kan? Iya kan?"
"Ah hahahaha.." tawanya benar-benar khas saat ia merasakan tanganmu sedang mengangkat bajunya, "tapi maaf sebelumnya Aruji, apa benda putih disisi kepalamu adalah benda yang sama saat kau menempelkannya pada punggung belakangku ini?"
"Ah Mikazuki san.. perlu kau tahu, Nushi sama juga menggerutu sedari tadi saat memilah dokumen-dokumen ini.." Kogitsunemaru mengambil alih pembicaraan,
Kau tertawa kecil saat menempelkan tiga lembar koyo pada punggung bersih seputih susu Tenka Goken itu,
"Shh! Kogitsunemaru dono! Nanti Mikazuki dono akan bilang aku ini-
"Nenek-nenek? Ahahahah.. wah, ada nenek-nenek disini."
"Kau kakeknya ya, Mikazuki dono?" putusmu asal.
Dan tawa kembali memecah angin musim semi. Si bulan sabit memutuskan untuk tinggal lebih lama. Katanya, tidak tega melihat seorang nenek-nenek dan rubah kecilnya sibuk memilah arsip lama. Mereka benar tidak menyadari bahwa fajar sudah mulai menunjukkan cahaya jingga yang membuat semua orang takjub saat melihatnya. Saat kau menggulung tikar yang sebelumnya kalian duduki, sebuah tangan melingkari pinggang kecilmu sembari membuatmu terkejut,
"BWAA!"
"KAGET IHHH!" protesmu,
"Sengaja aku, hehe." Entah sudah berapa ratus kali sang bangau itu mengejutkanmu, lalu menggumamkan kata'maaf' pada sela-sela tawanya.
"Jadi begini, Aruji! Aku dapat laporan dari Mikazuki dan Kogitsunemaru tentang seorang nenek yang sibuk menggulung dan membawa tikarnya. Makanya mereka menyuruhku kemari untuk mengecek kondisi nenek-nenek itu!" jelasnya sambil mengambil alih tikar yang berada di kedua tangan sang Aruji,
"Wah!" kau antusias, "kalalu begitu, nenek ini sangat mengucapkan banyak terima kasih pada bangau muda yang repot-repot mau membantunya.."
Tsrumaru tertawa keras sambil menunjukkan semua deretan giginya,
"Iya sama-sama, nek.. nanti kau ikut makan malam kan ya? Sudah lama kau tidak ikut makan malam bersama kami!"
"Mmmm..." gumammu. Satu tanganmu berada di belakang punggung tegap sang bangau, membagi sentuhan kehangatan pada punggung kokoh itu, "iya kali ya? Sudah lama aku tidak makan malam bersama kesatria-kesatria tangguhku."
Si bangau menggulirkan bola mata emasnya,
"Oh kau sadar ya? Itu karena kau selalu ketiduran setiap habis mandi sore. Dan paginya saat sarapan, sarapanmu jauh lebih banyak ketibang kami."
"uh.. ehehehe... eheheheheheee..." tawamu sambil menggaruk pipi sebagai pengalihan, "ya tapi kau tidak akan melarangku untuk mandi kan ya?" tanyamu was-was. Bagimu, tidak mandi dua kali sehari itu seperti ada yang kurang..
"Hmmm..." timpal si bangau. Kalian sudah sampai di beranda Citadel. Kau berjalan membuntutinya, bangau itu kemudian memutar tumit dan menunjukkan wajah tak berdosa, "Jika kau mandi tanpaku, mungkin akan aku larang."
Kemudian, Tsurumaru Kuninaga menjadi korban penganiayaan yang di lakukan oleh sang tuan perempuannya.
Leisure
"Wah ramai!!" kalimat pertamamu saat kau sampai di ruang makan yang terbilang cukup besar untuk, karena kau jarang mendatangi tempat itu, kau mengabiskan makananmu biasanya langsung di kamar atau langsung di dapur. Lagipula makan malam adalah peluang satu-satunya untukmu melihat semua kesatria yang kau miliki berkumpul dengan lengkap.
Kecuali jika ada yang melakukan perjalanan untuk pelatihan. Sebut saja Imanotsurugi.. Tantou kecil dari Sanjou itu memintamu agar mengirimkan dirinya dalam perjalanan yang akan membuat dirinya semakin kuat kemarin sore, dan kau menyetujuinya.
Kau sangat paham, bila Imanotsurugi dengan salah satu Naginata berwarna ungumu-Iwatooshi, memiliki hubungan erat. Pada awal kau menyetujuinya, kau sedikit khawatir nanti bila Iwatooshi sedikit kesepian. Namun tidak... Iwatooshi yang pada dasarnya menyukai anak-anak, ia terlihat di kerubuni oleh para bocah tantou. Dan para bocah juga menyukainya. Iwatooshi tidak akan kesepian, bahkan saat Imanotsurugi tidak sedang disisinya. Namun pada awalnya, Imanotsurugi-lah yang selalu menunggu kedatangan Iwatooshi.
Kedua sudut bibirmu tertarik melihat pemandangan menyenangkan itu.
"Goshujin sama. Apa yang kau inginkan? Aku bisa mengambilkannya untukmu."
"Whoa- kau tersentak dan memutar tubuhmu. Tidak kau sadari bahwa ada seorang kesatria yang berdiri di belakangmu, saking kagetnya kau hampir jatuh kebelakang, dan untungnya hal itu tidak terjadi karena kedua tangan kesatria itu mehanan lenganmu, "Kikkou dono! Sejak kapan kau berdiri di belakangku!?" tanyamu gugup kemudian kembali berdiri dari pelukannya,
"Baru saja sih.. aku melihatmu tengah berdiri, karena kupikir kau bingung apa yang ingin kau makan." Sahutnya.
"Ohh.. biar aku saja yang mengambilkanmu."
"Aku juga mau diambilkan nasi oleh Aruji!" pekik Mouri,
"Aku juga dong Aruji!" timpal Sada,
"Aku mau juga!"
"Aku jugaaa!"
Seketika ruang makan jadi semakin ramai,
"Oke-oke jangan ribut ya.." Hasebe menengahi, "para tantou akan diambilkan oleh Aruji, sementara pedang dewasa yang disuapi. Setuju kan?" sekaligus memperkeruh suasana,
"YA ENGGAK LAH!" seru mereka nyaring. Sebagian besar tantou adalah Awataguchi, jadi bisa dilihat abang tertua mereka hanya tersenyum saja.
Kau hanya terkikik pelan sembari menakar nasi dalam mangkuk yang disodorkan masing-masing kesatria. Sepertinya, beberapa kesatria sekaligus juru masak Citadel tidak pernah gagal menyajikan makanan yang tidak membuat perutmu berbunyi. Untung ruang makan ramai, jadinya tidak ada yang menyadari raungan perutmu.
Lucunya, ada kesatria yang menerima takaran nasinya sambil mengucap kalimat sutera... seperti Juzumaru dan Kosetsu,
"Kau ingin aku menghabiskan ini?"
"Apa tidak terlalu banyak?"
"Habiskan ya! Tidak banyak kok! Makan yang banyak biar gemuk!"
Lalu ada lagi... si pirang dari Osafune, yang membuat semua kesatria riweh. Jubah berat itu selalu berkelibat disaat yang tidak tepat, untung tidak menyambar panci besar yang berisikan sup dan membuatnya tumpah, jika iya, mungkin Koryuu akan digantung oleh Shokudaikiri dan Azuki,
"Kau memberikan aku.. nasi sebanyak ini!?"
"Betul sekali! Jadi makan yang banyak ya, Koryuu dono!"
"Tapi-
Dengan entengnya, kau kemudian sedikit menggeser tubuh tinggi sang tachi, berusaha menyelamatkan indera pendengaranmu dari protes si naga kecil itu. Hal yang sama juga kau lakukan pada Izuminokami. Si Uchigatana yang menurutmu keberatan rambut itu protes, "Memangnya aku kurang gizi apa!?"
"Ish ish ish..." kau menggeleng prihatin, "kurang sekali malah. Aku merasa prihatin dengan Kasen dono, yang selalu membuatkanmu cemilan, tapi kau tetap kurus bagai tiang."
Izuminokami mengernyit tidak terima, "Tapi Nosada kan-
"Sudahlah, Izumi dono.. jika kau masih merasa lapar, kau boleh tambah kok! Jangan sungkan ya!"
Izuminokami mengerang tertahan saat menerima takaraan nasi yang memunjung sampai melewati garis mangkuk,
"Segini saja aku tidak yakin bisa menghabiskannya....." dia bergumam sambil berlalu. Seperti biasa, Horikawa yang menjadi buntut partnernya itu hanya bilang, "Semangat Kane san!"
lalu disambung olehmu, "Semangat ya Izuminokami dono!"
"Tauk ah!" sahutnya.
"Ahahahahhaa!" Mutsunokami girang tertawa.
Dan beberapa kesatria yang bertubuh jauh lebih besar di banding lainnya, kau memberikan ukuran nasi dua kali lipat. Mungkin persediaan beras Citadel akan habis setelah ini.
"Selamat Makaaann!!" seru kesatriamu kompak.
Sambil sesekali mengunyah makanan yang berada dalam mulut, kau memperhatikan keluarga kedua besarmu yang makan dengan riang. Saling tertawa dan berbagi, seolah lupa bahwa mereka sejatinya adalah pedang yang kau bangkitkan untuk mempertahankan sejarah. Dalam secarik doa, kau mengharapkan segala hal baik akan terus mengitari tempat ini,
KepadaMu sang pemilik Semesta...
Semoga kedamaian, serta suka cita selalu menyelimuti tempat ini.
"Nushi sama.." suara lembutnya memecah keheninganmu yang sempat menyita indera, kau menoleh padanya.
"Aaaaa..." ia menyodorimu sebuah brokoli segar hijau yang dijepit pada kedua batang sumpitnya. Kedua sudut bibirmu tertarik sebelum mencaplok sayuran itu. Detik setelahnya, kau melihat kedua telinga Kogitsunemaru yang bergerak-gerak, menandakan hatinya sedang senang.
Puas dengan tumpukan piring bersih yang sudah kembali kering dan tertata dengan rapih di tempat nya, kau melangkah kan kaki pada Azuki yang sedang mencuci perkakas dapur lainnya,
"Azuki dono, aku disini sudah selesai ya!"
Kesatria dengan celemek merah mudanya itu memberikan perhatiannya padamu kemudian,
"Ah terima kasih. Kami sangat terbantu karena kau menawarkan diri sebagai relawan cuci piring."
Dari sudut yang lain, Shokudaikiri-yang masih sibuk memanggang kue kering-dan masih menggulung sesuatu adonan pun ikut menoleh,
"Benar. Terima kasih, Aruji. Sekarang kembali ke ruanganmu dan istirahatlah."
Kau mengangguk setuju sambil meneringkan tangan pada handuk kecil yang tergantung dekat wastafel, "Kembali kasih. Aku akan tidur, pastikan kalian juga tidur saat semua sudah selesai ya."
Hanya tundukkan separuh badan yang mereka lalukan sampai sang tuan perempuannya berlalu meninggalkan dapur.
Leisure
Hari masih pagi, kelembapan masih terjaga dan Kogitsunemaru yang sudah terangun memutuskan berjalan keluar. Ingin melihat bagaimana wujudnya ketika sang surya menyinari semesta dengan kehangatan yang ia miliki. Tapi itu rasanya tidak mungkin, awan-awan menggulung tebal dengan warna kelabu menghiasi langit Citadel pagi ini. Mengurungkan kembali keinginannya untuk merasakan kehangatan ketika sinar pagi mulai membelah langit,
"Ah.. mungkin akan hujan nanti.."
Dengusan napas kecil lolos begitu saja dari mulutnya, sedetik setelah Kogitsunemaru hendak pergi, ia terjeda. Ruby-nya menangkap sesuatu yang bergelantungan pada salah satu pohon sakura di belakang halaman Citadel. Penasaran, kedua kakinya kemudian melangkah lebih dekat untuk melihat objek itu dengan lebih jelas. Ruby-nya melotot sempurna menyadari sesuatu,
"Nushi sama!? Nushi sama kaukah itu!?"
Sepertinya objek yang di atas pohon mulai bergerak,
"Oh! Kogitsunemaru dono! Pagi! Tidurmu nyenyak?"
Oohh.. tuannya bergelantungan disana.
"Nushi sama! Turunlah. Jangan buat rubah kecil ini olahraga jantung!" tidak mengindahkan sapaan pagi tuannya, Kogitsunemaru hanya bersiap jika hal buruk terjadi. Yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya agar sewaktu-waktu tuannya jatuh dan tidak sampai membentur tanah,
"Oh! Kau mau olahraga ya?"
"TIDAK BUKAN ITU!"
"Lalu apa dong? Aku disini karena ingin berjemur!" tukas si tuan yang kakinya meliak liuk. Saat ini, ia malah sudah bergelantungan dengan kaki yang di atas dan kepala yang di bawah seperti kelalawar, serta rambut panjangnya tergantung bebas digoyangkan oleh sang angin.
"Benar-benar deh.. memangnya tidak bisa di bawah saja ya?" Kogitsunemaru mengelus tengkuknya sendiri sambil bergumam. Tak lama setelah itu, ia memiringkan kepala dan melihat langit yang mendung. Tidak mungkin tuannya itu tidak melihat langit mendung disana, kan?
"Tapi Nushi sama... tidakkah kau lihat bahwa langit cukup gelap pagi ini?" potongnya,
Tubuh seperti kelalawarmu kemudian meliuk sebentar untuk kembali melihat sang langit,
"Tapi, berjemurku... gak bisa dong?"
"Semoga besok langit cerah, Nushi sama.. sekarang, aku mohon kau turunlah."
Kogitsunemaru masih belum bisa beralih dari tuannya saat ini. Pandangannya masih terpaku pada sang tuan yang masih berada pada dahan pohon yang terbilang cukup kuat. Melihat situasi, berjaga agar tak ketahuan oleh Hasebe. Rubah kecil itu yakin, jika Hasebe melihat dirinya di atas pohon seperti itu, sewagakari di tempat ini akan murka. Itu pasti.
"Oke, turun ya. Kogitsunemaru dono, tangkap!"
"Nushi sama-
Kaki kau luruskan, meyerahkan tubuhmu pada gravitasi dan merasakan angin dingin yang menerjang tubuhmu saat kau memejamkan mata. Merasakan dekatnya udara sebelum kau menyadari bahwa kau sudah berada di kedua tangan hangat kesatriamu, kau membuka mata dan hal pertama yang kau lihat adalah Ruby miliknya,
Jernih..
"Kapanpun kau siap untuk jatuh, Nushi sama.."
"... eh!?" terlena dengan matanya, kau baru sadar masih berada dalam gendongan rubah itu, "K-kau bisa menurunkan aku kok!"
Kogitsunemaru bergeming beberapa saat, lalu ia menggelang pelan. Ia kembali melempar senyum nya padamu, mengangkat tubuh kecilmu lebih tinggi lagi hingga membuat pita suaramu menegang seketika. Secepat kilat, kau menggantungkan lenganmu pada pundak kokoh miliknya,
"Berikanlah waktu untuk rubah kecil ini memandangmu dalam jarak yang begitu dekat."
Surai putihnya menyapa wajah porselenmu, semburat merah muda sudah mewarnai kedua pipimu. Dengan sedikit tawa gugup kau mendekatkan wajahmu pada si rubah. Mempertemukan dahimu dengan dahinya, kembali menutup mata untuk merasakan kehangatan yang Kogitsunemaru tawarkan padamu pada pagi yang berkabut dingin.
Kau mendengar kekehan kecilnya, dibarengi dengan Kogitsunemaru yang mengusalkan dahi padamu,
"Rubah kecil ini.. begitu halus rambutnya."
Date of Update ; 02 March 2020,
By ; aoiLilac.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top