XXXIV. Enam Kelompok Bersatu
Dalam beberapa saat terakhir hanya erangan memilukan yang keluar dari mulut Alap-alap Ireng. Sebagian dari tubuh pemimpin kelompok elang itu telah kering dan menghitam. Beberapa lagi sudah berwarna ungu. Hanya tinggal tangan kiri dan bagian dada ke atas saja bagian dari tubuh pria itu yang masih normal. Namun cuma tinggal menunggu waktu saja sampai racun Ular Hijau sampai ke bagian-bagian itu. Dan hal itu tidak akan lama.
Sementara itu Ular Hijau hanya memandang datar saja orang sekarat yang ada di hadapannya. Kemudian, tanpa menunggu lagi, ia berbalik dan bersiap pergi. Baru juga beranjak selangkah tiba-tiba Mayang Sari mendarat di depannya bersama Patih Mandala.
"Guru, ini gawat!" seru gadis itu kemudian.
Bersamaan dengan itu terdengar suara gemuruh langkah kaki yang datang dari segala arah. Dari suaranya yang datang tentu bukan cuma satu atau dua orang tapi banyak orang. Cuma dalam hitungan detik orang-orang itu sudah saja tiba di sekitaran Ular Hijau, Mayang Sari dan Patih Mandala serta langsung membuat barikade kepungan.
Jika dihitung secara seksama jumlah orang-orang ini mungkin ada seratusan lebih. Penampilan mereka juga beraneka ragam. Ada yang mengenakan pakaian loreng-loreng, ada yang memakai baju putih kotak-kotak, ada yang memiliki tato ular di tangan kirinya, ada juga yang memakai rompi berbulu, terus ada yang memakai topeng burung dan ada pula yang memakai ikat kepala bergambar kepala banteng.
Alasan kenapa penampilan mereka begitu beragam adalah karena mereka bukan berasal dari satu kelompok yang sama. Lebih tepatnya mereka semua adalah anggota-anggota dari enam kelompok penguasa Hutan Dedet.
Yang memakai pakaian loreng adalah anggota dari kelompok harimau. Yang memiliki tato di tangan merupakan orang-orang dari kelompok ular. Orang-orang dengan pakaian putih kotak-kotak berasal dari kelompok buaya. Kemudian orang-orang yang mengenakan topeng burung adalah anggota kelompok elang. Sedang mereka yang memakai rompi berbulu merupakan orang-orang kelompok monyet. Sementara orang-orang yang mempunyai ikat kepala bergambar kepala banteng adalah anggota kelompok banteng.
Melihat seluruh anggota dari enam kelompok penguasa Hutan Dedet berada dalam satu tempat sebenarnya adalah suatu pemandangan langka. Terlebih lagi melihat mereka berada dalam barisan yang sama. Pada hari-hari biasa pemandangan seperti ini akan sulit untuk ditemui. Sebab di waktu-waktu biasa orang-orang ini akan selalu bertikai bila dipertemukan dalam satu tempat. Lalu, bagaimana pemandangan tak biasa ini bisa terjadi?
Adalah Ra Awu-awu, orang yang memulai huru-hara di Hutan Dedet yang menjadi dalangnya. Setelah bertemu dengan enam pemimpin di Lemah Abang sepuluh hari lalu, pria enam puluh tahunan itu tidak langsung meninggalkan Hutan Dedet. Bersama dengan orang kepercayaannya, Bayan serta empat orang pengawal, dia bersembunyi di salah satu sudut Hutan Dedet.
Tidak cuma sembunyi, Ra Awu-awu juga selalu mengamati segala gerak-gerik enam penguasa Hutan Dedet, terutama jika berhubungan dengan Patih Mandala. Ketika mendapat kabar bahwa kelompok harimau telah berhasil menculik Patih Mandala, Ra Awu-awu merasa kegirangan. Namun, setelah beberapa hari menunggu kabar kematian Patih Mandala tak kunjung datang, membuat Ra Awu-awu lama-lama jadi gusar.
Kemudian, terlihat kepulan asap membumbung dari Lemah Abang. Ra Awu-awu pun yakin telah terjadi sesuatu yang tidak beres. Segera ia perintahkan Bayan pergi ke Lemah Abang untuk melakukan penyelidikan. Begitu mendapat perintah dari sang majikan Bayan pun segera pergi ke Lemah Abang dan secara diam-diam mencuri dengar pembicaraan dari enam pemimpin di sana.
"Dasar tikus-tikus bodoh! Padahal punya banyak anak buah kenapa mereka harus repot turun tangan sendiri hanya untuk memburu satu pendekar!" kata Ra Awu-awu jengkel setelah mendengar laporan dari Bayan yang baru saja kembali dari Lemah Abang.
"Mereka memang tidak berguna! Punya otak tapi tak pernah digunakan sebagai mana mestinya. Pantas saja mereka terjebak di kubangan lumpur ini begitu lama." Habis berkata Ra Awu-awu masuk ke dalam tenda miliknya. Tak lama kemudian ia kembali keluar sambil membawa sebuah gulungan kertas lalu ia serahkan pada Bayan.
"Bayan, ini adalah peta markas dari enam kelompok besar penguasa Hutan Dedet. Datangi mereka satu per satu, dan hasut. Setelah berhasil menghasut mereka semua, anggota-anggota dari enam kelompok itu, bawa mereka untuk menyerbu pendekar yang bernama Ular Hijau itu!" titah Ra Awu-awu.
"Baik Tuan." Begitulah bagaimana selanjutnya Bayan pergi ke markas enam kelompok penguasa Hutan Dedet. Menghasut seluruh anggota dari keenam kelompok itu sehingga sekarang ini mereka semua telah mengepung Ular Hijau.
"Hei, kalian orang-orang dari Hutan Dedet! Bukankah ucapanku tadi tidak salah?! Sekarang kalian lihat sendiri orang itu, si Ular Hijau, telah membinasakan pemimpin-pemimpin kalian!" seru Bayan memulai provokasi.
"Apa kalian tidak marah melihat mereka berenam yang selama ini selalu kalian hormati sebagai pemimpin dibiasakan orang begitu saja?!" Bayan melanjutkan provokasinya.
"Tentu saja kami marah. Meskipun kami ini bangsa manusia begundal, tapi kami masih memiliki sikap setia kawan!" Berkata satu orang anggota dari enam kelompok yang dengan cepat disahuti oleh anggota-anggota yang lain.
"Kalau begitu tunggu apa lagi cabut senjata kalian dan habisi orang itu!" Setelah melihat bagaimana pemimpin-pemimpin mereka binasa ditambah dengan hasutan Bayan sebelumnya, membuat anggota-anggota dari enam kelompok itu dengan mudah termakan provokasi Bayan.
Senjata-senjata mereka telah di tarik keluar. Dan seruan-seruan berupa sumpah serapah keluar dari mulut-mulut mereka tanpa terkecuali.
End.....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top