Prolog

Tahun 280 Surya adalah tahun dimana Raden Soma yang kemudian bergelar Prabu Purbaningrat mendirikan Kerajaan Menjangan Agung. Setelah tiga generasi kerajaan ini berhasil mencapai puncak kejayaan dengan berhasil menguasai sepertiga wilayah Andakara Dwipa. Pada masa itu Menjagan Agung dipimpin oleh Prabu Shawarman I.

Sayang, pada masa akhir pemerintahannya Prabu Shawarman I justru membagi Menjangan Agung menjadi tiga kerajaan yakni Menjangan Agung, Menjangan Barat dan Menjangan Timur. Hal itu dikarenakan Sang Prabu tidak ingin ada peperangan antara tiga putranya hanya untuk memperebutkan tahta. Menjangan Agung diberikan pada putra pertama yaitu Raden Tureh yang kemudian bergelar Prabu Suwarman. Sementara Menjangan Timur diberikan pada putra kedua Raden Tengen. Sedang Menjangan Barat dimiliki oleh Raden Kiwa yang merupakan kembaran dari Raden Tengen.

Dua generasi kemudian, Menjangan Agung yang saat itu dipimpin oleh Prabu Geusan I, melakukan serangkaian agresi militer guna menyatukan kembali tiga kerajaan. Setelah melewati peperangan selama 17 tahun lamanya Prabu Geusan I berhasil menyatukan kembali Menjangan Timur dengan Menjangan Agung. Sementara itu Menjangan Barat yang tidak bisa ditaklukkan sepenuhnya menganti nama kerajaan mereka menjadi Singapura. Itu adalah sepenggal sejarah dari Kerajaan Menjangan Agung di masa lampau.

Sekarang adalah tahun 450 Surya, Menjangan Agung saat ini dipimpin oleh Prabu Shawarman II. Meski sama-sama bergelar Shawarman, tapi nama Prabu Shawarman II tidaklah seharum pendahulunya. Raja bodoh, raja babi, raja boneka, raja tak berguna, dan sederet nama jelek lain yang justru di dapat oleh Shawarman II dari rakyatnya sendiri. Berbagai nama jelek itu Prabu Shawarman II dapatkan karena pada dekade pertama masa pemerintahannya Menjangan Agung mengalami kemunduran parah. Bahkan bisa dibilang sebagai masa paling buruk dalam sejarah kerajaan.

Kemiskinan merajalela, banyak rakyat kelaparan, pejabat bertindak semena-mena serta korup, terjadi kerusuhan di beberapa wilayah akibat timbulnya pemberontakan dan hilangnya tiga puluh persen wilayah kekuasaan akibat dicaplok oleh lima kerajaan tetangga yakni Mundhing Sari, Singapura, Paksi Nagari, Sura Negara dan Wanaraloka.

Tahun 436 Surya adalah tahun dimana Shawarma II naik tahta. Saat itu usianya baru empat belas tahun. Pada tahun itu harusnya bukan Shawarman II yang menjadi raja. Sebagai anak bungsu dan lahir dari seorang selir harusnya Shawarman II tak berhak duduk di atas tahta. Namun, terjadi sebuah tragedi berdarah yang menewaskan raja beserta seluruh pemilik trah raja dalam satu malam, yang kemudian disebut oleh orang-orang sebagai tragedi Pralaya Wangsa. Shawarman II adalah satu-satunya trah raja yang selamat dari tragedi tersebut. Sampai sekarangpun, bagaimana kejadian serta siapa dalang dari tragedi Pralaya Wangsa masih menjadi misteri.

Sebagai satu-satunya trah raja yang tersisa, Shawarman II pun dinobatkan sebagai raja Menjangan Agung. Dalam memerintah Shawarman II dibantu oleh Patih Aswatama. Patih Aswatama sendiri adalah sosok berpengalaman, ia sudah menjadi seorang patih sejak Prabu Geusan III, kakek Prabu Shawarman II, masih berkuasa. Sayang, waktu itu usia Patih Aswatama sudah 86 tahun. Meski berpengalaman, tapi karena usia beberapa aspek dalam dirinya juga sudah menurun. Selain itu, karena Shawarman II satu-satunya pemilik trah raja, banyak pihak yang coba menggulingkannya sehingga Patih Aswatama justru lebih disibukkan melindungi raja daripada mengurus pemerintahan. Akibatnya segala kebijakan kerajaan banyak diserahkan ke para rakyan menteri yang kala itu justru bertindak semena-mena serta korup. Dan begitulah bagaimana akhirnya Menjangan Agung jatuh dalam masa keterpurukan.

Tahun 446 Surya Patih Aswatama memutuskan mundur dari jabatannya. Mundurnya sang patih membuat banyak pihak khawatir akan kelangsungan Menjangan Agung. Karena pentingnya peran Patih Aswatama, Prabu Shawarman II pun langsung mengangkat tiga orang sekaligus sebagai patih untuk menggantikan posisi Patih Aswatama. Awalnya banyak pihak meragukanmu tiga patih tunjukkan Shawarman II ini. Namun, seiring berjalan waktu tiga patih ini berhasil membuktikan diri. Ditangan ketiga patih ini, Menjangan Agung yang satu dekade terakhir terpuruk dalam empat tahun mereka menjabat mulai kembali menunjukkan sinar kejayaannya.

Sementara itu di masa yang sama, di dunia persilatan, dunia yang selalu penuh gejolak, telah muncul sosok pendekar sakti tanpa tanding bernama Ular Hijau. Ular Hijau sendiri adalah sosok pendekar yang misterius. Tak pernah ada yang tahu siapa dia sebenarnya dan dari mana ia berasal. Rupanya pun juga masih menjadi misteri sebab sebagian wajahnya selalu ia tutupi dengan kain hijau.

Selain misterius Ular Hijau juga terkenal sebagai sosok yang berdarah dingin. Ia tak pernah segan terhadap setiap musuh-musuhnya. Sekali tangan jahatnya keluar ratusan nyawa bisa dibuatnya melayang. Dengan segala kemisteriusannya dan juga sifat tak kenal ampun Ular Hijau telah berhasil menjadi orang nomor satu di jagat persilatan kurang lebih empat tahun lamanya.

Ini adalah kisah tentang sebuah kerajaan yang ingin kembali meraih masa kejayaan dan seorang pendekar nomor satu tiada tanding.

Bersambung.....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top