2 - Atargatis (part 2)

Karya ini dilindungi oleh UU Hak Cipta 28 tahun 2014. Siapa yang melanggar akan diproses sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Seekor ikan melompat tinggi seakan ingin mencapai awan, membuat seorang gadis rupawan tergelak karenanya. Sepasang mata hitam yang dipayungi bulu mata lentik itu pun berbinar riang dan membuat sepasang kaki jenjang yang dibalut oleh rok berbahan kulit domba itu tanpa sadar melangkah untuk menikmati sejuknya air sungai di dekat Ascalon. 

"Atargatis!"

Sayang, seruan seseorang menghentikan niat sang gadis. Wajah ayu itu mencebik kesal. Dia menoleh dan menemukan seorang pemuda, yang sedikit lebih tua darinya, sedang berdiri tidak jauh darinya. 

Tampan? Entahlah. Janggut lebat cokelat menutupi hampir seluruh wajah sang penggembala. Pria itu bersedekap dengan ekspresi gusar saat seekor kerbau miliknya malah membuang wajah dan lebih memilih untuk merumput. 

"Apa?" tanya Atargatis sambil memonyongkan bibir. "Aku enggak masuk ke sungai kok."

"Enggak karena aku tegur, 'kan?!"

Kilat khawatir terlihat jelas dari binar mata Hadad. Dia berjalan cepat menuju gadis itu dan menarik lengannya untuk menjauh dari tepi. "Kebiasaan, sedikit ditinggal pasti ke sini terus." 

"Aku hanya bosan," ucap Atargatis dengan nada manja. "Apa salahnya menyapa sahabat? Ayah sedang ke kota, sepi sekali sendirian di sana."

Sayangnya, Hadad sudah kebal dengan tingkah Atargatis kala sedang merajuk. Ekspresi pemuda itu pun sebeku batu saat mengklarifikasi ucapan si gadis tetangga, yang kini terpaksa menjadi tanggung jawabnya. "Ikan bukanlah teman. Kalau kamu kesepian, kamu bisa bergaul dengan gadis lainnya. Tadi sepertinya mereka sedang sibuk membuat tembikar."

"Mereka adalah teman," ucap Atargatis bersikeras. "Mereka me--"

"Menyelamatkanmu dari sungai, sebelum burung mengadopsimu hingga menetas." Hadad melanjutkan ucapan Atargatis dengan nada malas. Pemuda itu, bahkan terang-terangan memutar bola mata sebelum menarik sang gadis agar ikut berjalan semakin menjauhi sungai sambil mengeluh, "Dan, kenapa harus aku yang menjagamu agar kamu tidak tenggelam di sana?"

Jengkel? Tentu saja. Siapa yang tidak kesal bila dianggap aneh oleh orang sekitar, terutama ucapan itu berasal dari satu-satunya orang yang menjadi sahabat karibnya sedari kecil. 

Sebuah cubitan pun melayang, membuat pemuda itu memekik sakit dan melepaskan genggamannya. Dia menggosok lengan kala Atargatis menjulurkan lidah dan berkata dengan puas. "Rasakan."

Sayangnya, Hadad bukan pemuda yang bersedia dikalahkan oleh seorang perempuan. Laki-laki itu menyipitkan mata sebelum menjulurkan tangan untuk menangkap si gadis nakal.

Mata Atargatis melebar. Dia pun menggelak dengan memiringkan tubuh.

"Meleset," cemooh Atargatis sebelum memutar tubuh dan melarikan diri. 

"He! Tunggu!" Hadad segera mengejar. 

Derai tawa seketika terlepas dari bibir semerah delima milik Atargatis. Rambut panjang bergelombang sehitam arang itu pun berkibar tertiup semilir angin.

Sebuah pohon menghalangi jalan. Laju lari pun terpaksa melambat. Sang gadis hendak memutar langkah saat sebuah pelukan dari belakang menggagalkan niatnya.

"Tertangkap." Suara Hadad terdengar lembut, tidak berbeda dengan sepasang tangan kekar yang melingkari pinggang gadis itu.

Hangat dan nyaman.

Debaran jantung meningkat, mungkinkah akibat habis berlari?

"Gadis nakal harus dikasih hukuman." Hadad bergumam pelan. Pemuda itu pun menundukkan kepala dan memberikan sebuah kecupan pada pipi. Semburat merah malu pun merayap perlahan, membuat Atargatis menggeliat sambil menundukkan kepala.  

Kini, giliran Hadad yang tertawa kecil. Dia melepaskan rangkulan dan meraih tangan gadis itu, sehingga mereka bergandengan tangan. "Ayo, sudah waktunya makan siang. Beberapa penduduk baru memanah burung, mungkin kita akan kebagian dagingnya."

Burung?

Napas Atargatis sontak tertahan. Gadis yang awalnya menurut langsung menarik tangannya. Dia mundur perlahan dan memberikan tatapan ngeri saat bertanya, "Apa mereka membunuh merpati?"

Pandangan Hadad pun melembut kala melihat ekspresi dari gadis yang dikasihinya. Pemuda itu mengacak pelan rambut Atargatis sebelum memberikan jawaban. 

"Mereka berjanji tidak akan memanah merpati."

"Benarkah?" Kilau riang mencerahkan wajah bulat telur milih Atargatis. "Mereka bersedia?"

"Ya …," balas Hadad sambil membuang muka. Pemuda itu kembali menangkap jemari kekasihnya dan mengajaknya untuk turut berjalan. "Mereka meminta kulit kerbau sebagai gantinya."

"Maaf …."

Rasa tidak enak sukses membasuh cerah di wajah. Kini, Atargatis pun menunduk dengan ekspresi murung.

Langkah keduanya terhenti saat Hadad tiba-tiba berbalik. Pemuda itu dengan lembut mengangkat dagu Atargatis sebelum bibirnya melengkung membentuk senyum. "Untuk apa minta maaf? Kamu enggak ada salah."

Sayangnya, ucapan Hadad tidak cukup untuk menghibur Atargatis. Sepasang mata hitam itu pun menelisik secara saksama wajah lawan bicaranya.

Alunan alam berdendang dalam sunyi, sebelum sebuah pertanyaan pelan tercetus dari bibir Atargatis. "Hadad, apa aku aneh?"

Bisik-bisik yang terbawa angin, tatapan iba, bahkan mencemooh yang sering tertangkap mata.

Cantik, sayangnya kurang waras ….

Kedua ujung bibir Hadad terangkat tinggi saat sepasang ibu jari pemuda itu membelai pipi Atargatis. "Bukankah itu yang membuat aku tertarik kepadamu? Kamu berbeda dibandingkan yang lain."

Laju aliran darah kembali meningkat. Napas Atargatis pun tertahan saat pemuda yang dicintainya menunduk dan mengecap bibir gadis itu untuk pertama kalinya.

Manis, lembut, dan … hangat.

Sepasang kekasih itu semakin merapat. Kecupan lembut perlahan menuntut meminta lebih. Atargatis pun terengah saat Hadad memutuskan tautan bibir mereka. 

"Atargatis, aku … benar-benar mencintaimu," bisik Hadad. Pandangan mereka berserobok kala pria itu melanjutkan, "Menikahlah denganku."

*****

Penulis berniat membagi karya dengan platform menulis karyakarsa. Jadi, bagi yang sudah punya akun di  sana atau suka dengan karya penulis, follow ke sana, yaks:

https://karyakarsa.com/Benitobonita

Informasi mengenai kehidupan Atargatis sangat minim, sebagian besar kisah cintanya pun terpaksa berdasarkan imajinasi penulis. Bagi yang mengetahui versi lainnya, spill di kolom komentar, ya.^^

Ingat tekan bintang, semoga harimu dipenuhi kebahagiaan.

9 Maret 2022

Benitobonita

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top