Chapter 9

"Apa yang kalian lakukan?" Miu dan Bright sama- sama menoleh ke asal suara. Bright terkejut dan segera melepas pelukannya pada Miu setelah tahu dari siapa asal suara tersebut.
"Apa yang kau lakukan pada Miu sampai dia menangis seperti ini, Bright?" Menangkap wajah Miu, membolak baliknya ke kanan kiri lalu menatap tajam Bright.

"P-Phoo??! Kenapa bisa tiba-tiba ada disini?"

"Memang kenapa? Aku hanya ingin melihat anak-anak yang sudah kubesarkan. Tidak boleh?" Menaikkan sebelah alis.

"Bukan itu maksudku. Kenapa Pho tidak memberitahuku dulu kalau Pho mau datang? Kan aku bisa jemput Pho di bandara"

"Pho tadinya mau buat suprise ke kalian, tapi malah Pho yang tersuprise oleh kalian karena kehadiran pria manis dirumah ini. Dan kau berhutang cerita padaku soal anak ini, Bright" Tersenyum lalu memandang Miu. Menghapus air mata Miu dengan ibu jarinya.
"Cup,, cup,, cup,, nanti Pho belikan es krim" Mendengar kata escrim, Miu langsung tersenyum dan mengangguk cepat, membuat sang Ayah dan Bright gemas.
"Auuhh,, imutnya kamu Miu,, Miu,, Miu" Mencubit pipi tembem Miu dengan gemas lalu menatap tajam Bright.
"Kau dan Gulf cepatlah menikah! Pho ingin cucu yang imut dan manis seperti anak ini. Lihat, umur kalian berdua sudah menginjak setengah abad kalau dijumlahkan. Anak dari teman-teman Pho saja sudah menikah dan cucunya lucu-lucu. Buat Pho iri saja"

*Bagaimana aku bisa menikah dengan wanita lain kalau hatiku saja sudah terikat pada pria manis didepannya saat ini* Menatap arah lain tanpa menjawab sang Ayah.

"Lohh, Tuan Kanawut??"

"Ohoo,, Mild. Kemari" Mild datang sesuai perintah.

"Sudah lama Tuan sampai?"

"Sudah kubilang panggil aku Pho saja, Mild. Kau sudah kuanggap sebagai anakku sendiri. Aku baru sampai siang tadi. Ah,, kau tau dimana Gulf?"

"Ahh, baik P-Pho. Gulf tadi pisah mobil dengan aku dan Bright, mungkin sebentar lagi dia pulang"

"Hah baiklah. Kalau begitu sekarang kau ikut Pho sama Miu, kita pergi makan eskrim" Melihat wajah Mild dan Miu bergantian sambil terus tersenyum. "Ahh, kalian anak-anak Pho yang sangat menggemaskan. Berbeda sekali dengan dua anak pho yang lainnya" Melirik Bright dari sudut matanya sambil menaikkan sedikit sudut bibirnya.

"Pho!!" Menatap tajam sambil memonyongkan bibirnya.

"Ayok kita pergi. Bright, kau jaga rumah" Langsung berlalu cepat sambil menarik pergelangan tangan Miu dan Mild.

"Aarrggh,, padahal aku ingin berduaan sama Miu!! Kenapa Pho datang tidak tepat waktu sekali sih! Haishhh!!" Memukul angin dan berlalu masuk ke kamarnya sambil mengoceh.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

"Pilih yang mana kalian suka" Mengusap rambut Mild dan Miu dengan lembut seperti mengusap anaknya sendiri.

Miu dan Mild menatap display ice cream dengan amat terpesona. Melihat beraneka ragam bentuk ice cream yang sangat menggoda itu.


"Pho, Miu ndak bica miyih. Semuanya enyak-enyak" Menggigit bibir bawahnya kecil.

"Yasudah kalau begitu ambil saja semuanya"

"Boleh?"

"Tentu! Ambil semua! Ambil sebanyak yang kamu mau"

"Makaci, Pho" Memeluk perut Tuan Kanawut sekilas lalu menunjuk-nunjuk ice cream di menu display pada pelayan yang melayaninya, lain dengan Mild yang hanya memesan 1 saja sebab dirinya tidak begitu suka makanan manis seperti Miu.

Setelah memesan, mereka duduk di bangku kosong dan berbincang sambil menunggu ice cream pesanannya datang.

Tak lama kemudian, ice cream dibawa ke atas meja dan Miu memakannya dengan lahap.

Pengunjung yang hadir di sekitarnya pun merasa gemas melihat cara makan Miu yang imut, ditambah topi hoddie yang menutup kepalanya, tampak seperti anak kecil.


"Eemhhh,, enyaaakk,, dingginn,, beerrr" Sedikit tergesa-gesa karena ingin mencoba ice cream lain yang sudah menggodanya di atas meja.

"Hahaha,, makan nya pelan-pelan saja, Miu. Kita masih punya banyak waktu untuk kau menyicipi ice cream yang lain"

"Khab, Pho" Tersenyum menampilkan gigi rapinya.

"Kanawut?" Seseorang tiba-tiba menyapa Tuan Kanawut dari belakang sambil menunjuk-nunjuk ke arah Tuan Kanawut.

"Lohh? Ratanaporn?" Ikut menunjuk-nunjuk ke arah Tuan Ratanaporn.

"Wah bisa kebetulan begini, huh? Boleh kami gabung?" Menunjuk dirinya serta kedua anaknya yang berada dibelakang.

"Oh silahkan" Tuan Ratanaporn duduk di sebelah Tuan Kanawut, sedangkan anaknya, Natta Ratanaporn di sisi kanan papanya dan Sean Ratanaporn di sisi kiri Miu.

Miu yang masih belum sadar kedatangan keluarga Ratanaporn masih asyik dengan dunia ice creamnya sampai suara yang dikenalnya masuk ke indra pendengaran sirennya, membuat Miu mematung.

"Ohoo,, sepertinya Miu kami di asuh dengan sangat baik oleh manusia yang ditemuinya, sampai tubuhnya tampak berisi seperti sekarang"

Dengan perlahan menoleh ke sumber suara dan terkejut. "S-sean??!" Membelalakkan matanya lebar.

"Sst!" Menaruh telunjuk di depan bibirnya.
"Pakai telepati untuk berkomunikasi agar mereka tidak curiga pada kita. Karena secara teori, kita baru bertemu hari ini" Tersenyum sambil menopang dagunya menatap Miu.
"Kamu benar. Aku, Sean. Kamu rindu padaku?"

"Aku sangat sangat rindu padamu dan juga Win, hiksss,, kupikir aku tidak akan melihat kalian lagi" Cemberut.

"Tenang saja. Kamu tahu? Aku dan Win turun ke dunia manusia untuk menyusulmu dan membawamu kembali ke laut"

"Ke laut? Tapi aku masih ingin disini" Memainkan ujung sweater.

"Baik, kita lihat saja nanti sampai kapan kamu akan bertahan di sini, Miu"

Tuan Kanawut dan Tuan Ratanaporn heran melihat Sean dan Miu yang saling bertatapan mata dengan sangat intents. Seolah mereka berbicara melalui tatapan mata mereka.

"EEKKHH,, HEMM,, kalian sedang apa?"

Sean dan Miu terperanjak kaget dan melihat ke arah Tuan Kanawut dan Tuan Ratanaporn yang masih melihat ke arah mereka dengan kompak. "Ehhm hehehe,, kami,, kami sedang lomba tatap mata hehe,, ya kan, Phi?" Melirik ke arah Sean.

"Itu benar, Pho" Tersenyum.

"Ohh,, yasudah. Lanjutkan lain kali saja. Kita pulang sekarang, Sean"

"Baik, Pho" Mengangguk.

"Kanawut, saya pulang dulu. Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya"

"Baik. Hubungi saja kalau ingin bertemu lagi. Hati-hati dijalan"

"Aku pergi dulu, Miu. Jaga dirimu. Aku akan mengunjungimu nanti di rumah manusia itu" Mengacak-acak rambut Miu dan Miu mengangguk pelan sebagai jawaban.

Keluarga Ratanaporn pun berlalu meninggalkan kedai ice cream tersebut, disusul keluarga Kanawut yang juga ikut pulang setelah Miu puas memakan ice krim nya.

:

"Kemana Gulf? Anak itu masih belum pulang juga?" Bertanya pada Bright yang sedang berada di sofa sambil memijat keningnya karena pusing melihat tingkah anak kandungnya yang suka keluyuran itu.

"Pho hubungi saja ponsel nya" Tak acuh.

Tuan Kanawut hanya bisa menggelengkan kepala melihat Anak Kandung nya yang tidak pernah peduli satu sama lain. Tuan Kanawut sudah menelfon Gulf berkali-kali, namun tak diangkatnya satupun, membuat Tuan Kanawut menyerah dan masuk ke kamar untuk tidur.

Melihat Ayah nya sudah masuk kamar, Bright segera mematikan televisi dan mengendap-ngendap masuk ke kamar Miu.

.

Ceekklekk

.

Miu yang belum tidur dan duduk menyender di kepala kasur pun kaget melihat Bright tiba-tiba membuka pintu kamar dan masuk. "Loh, Phi Bay? Ada apa?"

Menutup pintu kamar dan menghampiri Miu di atas ranjang lalu memeluknya erat. "Phi kangen Miu" Menggesek - gesekkan wajahnya di perpotongan leher Miu.

"Hahahaa,, geli, Phi" Tertawa sambil menjauhkan Bright dari lehernya.

Melepas pelukannya dan menatap Miu, "besok mau ikut Phi jalan-jalan?"

"Jalan-jalan kemana, Phi?"

"Ada wahana yang baru dibuka di tengah kota, Miu. Mau kan ikut Phi besok?" Tersenyum.

"Waah, mauu Phiii!" Tersenyum senang.

"Oke istirahatlah. Besok kita pergi pagi-pagi" Membenarkan tubuh Miu diatas ranjang lalu menutupnya dengan selimut.
"Good night. Mimpi indah, Miu sayang"

CUP

Mengecup kening Miu. Tangan kanannya terus mengusap rambut dan wajah Miu dengan lembut. Miu perlahan menutup matanya karena usapan lembut dari Bright.

Merasakan nafas Miu yang teratur, membuat Bright mengira kalau Miu telah tertidur pulas lalu menumpahkan isi hatinya.

"Kalau aku menyatakan cintaku padamu besok, apa kau akan menerimanya, Miu? Aku takut kamu malah menjauh dariku setelahnya. Aku sangat mencintaimu. Aku tahu ini salah karena mencintai sesama pria. Tapi rasa ini tidak dapat kutahan lebih lama"

CUP

Mengecup bibir Miu dan berlalu keluar. Pintu kamar tidak ditutup rapat.

Miu membuka mata secara perlahan lalu menatap langit kamarnya.

"Kalau kau tahu aku seekor siren, apa kau tetap mencintaiku, Phi? Aku takut. Aku takut kau dan semuanya akan menjauh dariku saat tau siapa aku sebenarnya. Aku takut" Menutup mata erat-erat sambil terus mengusap air mata yang terus lolos dari sudut mata.

Tanpa Miu sadari, seseorang mendengar ucapannya. "Siren?"

To Be Continue,,,

Jangan lupa Vote dan Comment ya!

Thank You😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top