Chapter 32
Malam Harinya,,,
Miu berbaring dengan posisi menimpa tubuh kekar Gulf yang telentang. Bukan keinginan Miu untuk tidur dengan posisi seperti itu, hanya saja Gulf terus menerus memaksanya sampai ia nyerah.
Saat ini, tangan kiri Gulf sibuk mengelus kepala Miu dengan lembut, sedangkan tangan kanan sibuk mengetik sesuatu di ponselnya.
Merasa belum ada nafas teratur dari Gulf serta terus mendengar suara ketikan, Miu mulai mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang dilakukan Gulf.
Miu melihat layar kotak yang dipegangnya lalu kembali menatap Gulf. "Kenapa belum tidur?"
Melirik ke arah Miu lalu tersenyum. "Sebentar lagi, sayang. Aku sedang check dokumen sambil menghubungi sekretarisku mengenai pekerjaan yang kutinggal di kantor. Kamu tidurlah dulu" Masih mengusap kepala Miu.
"Aku sudah tidur dan terbangun lagi karena suara ketikan di layar kotak menyebalkanmu itu" Menatap malas.
"Kalau kau masih sibuk dengan benda kotak itu, biar aku pergi saj---" Hendak bangkit dari tubuh Gulf.
"Jangan!" Melepas ponselnya begitu saja lalu memeluk Miu dengan erat.
"Jangan pergi. Ayo tidur. Aku akan tidur, barengan sama kamu"
Menaikkan sebelah alisnya. "Bukannya tadi kamu bilang lagi---"
"Itu bisa kulakukan besok. Sekarang, kamu prioritasku" Menempelkan wajah Miu kembali ke dada bidangnya.
Miu merinding saat mendengar ucapan Gulf dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Gulf sambil menutup mata, mencoba untuk tidur kembali.
"Terserah kau saja"
Menatap atap kamar. "Sayang"
Memiringkan kepalanya. "Siapa sayangmu, hah?"
"Galak sekali" Mencubit kecil hidung Miu.
"Jangan galak-galak. Nanti cepet tua loh"
",,,,," Malas menjawab.
"Sayangku,, cintaku,,, Miuku,,,"
"Berhenti bicara atau aku keluar dari kamar ini"
"Okee,, okee,,maaf" Mengusap pipi tembem Miu lalu terdiam beberapa saat.
"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih padamu. Terima kasih sudah memberiku kesempatan untuk datang ke-2 kalinya di hidupmu. Aku janji, di kesempatan kali ini, aku tidak akan mengecewakanmu. Jadi, tolong untuk percaya padaku sekali lagi" Mengeratkan pelukannya.
Terdiam sebentar. "Hm"
Tersenyum, tangannya kembali mengusap kepala Miu dengan lembut sambil menutup mata. Mencium aroma rambut Miu yang seperti vanilla sambil berdoa, berharap ini bukanlah mimpi. Bila ini mimpi, Gulf berharap ia tak pernah bangun dari mimpi indah ini. Tanpa disadari, air mata menetes dari sudut matanya. Mereka pun sama - sama menutup mata dan terlelap ke alam mimpi.
Keesokkan Paginya,,,
Gulf bangun dari tidurnya tanpa menemukan Miu disisinya. Langsung panik dan memanggil-manggil Miu sambil melirik sekeliling. "Miuuuu?? Kamu dimana, sayang?" Bangkit berdiri dan berjalan ke arah toilet.
"Kosong? Kemana dia?" Menggaruk kepalanya.
"Apa dibawah?" Mulai berjalan menuju ke lantai 1 dan benar saja, kekasihnya sedang bekerja, melayani pembeli dengan senyum manisnya.
Menunduk hormat. "Selamat Pagi. Silahkan dilihat menunya, Phi. Beritahu saya jika Phi sudah ingin memesan. Hari ini, kedai kami ada promo loh. Buy 1 Get 1, berlaku mulai dari jam 23:00 - 06:00 (jam kedai tutup)" Tersenyum manis.
Melihat senyuman manis Miu, membuat Gulf ikut tersenyum. Berjalan mendekat ke arah Miu. "Sayang" Ucapnya dengan jelas dan lantang, membuat beberapa pasang mata langsung melirik ke arah mereka berdua.
Sedikit terkejut lalu melirik ke arah suara. "Apa yang dia katakan barusan didepan umum seperti ini?!" Melirik ke arah pembeli di depannya yang terdiam karena shock sambil memandangi dirinya dan Gulf bergantian.
Memeluk Miu dengan erat tanpa rasa malu lalu menaruh dagunya di bahu Miu. "Aku cariin daritadi, kamu disini toh ternyata. Kenapa tidak membangunkanku dulu, hm?" Mengangkat kepalanya, menatap Miu sambil tersenyum.
"Perlu kubantu?"
"Kau---!" Melirik sekitar yang mulai saling berbisik sambil melirik ke arahnya.
"Ikut aku" Menatap tajam lalu menarik pergelangan tangan Gulf menuju dapur yang sepi. Melepas pegangan tangannya pada Gulf.
"Apa yang kau lakukan tadi?"
Bingung. "Apa?" Menggaruk kepalanya.
"Apa aku melakukan kesalahan?"
Mulai kesal. "Kenapa memelukku didepan umum, Gulf? Aku tak suka dengan caramu seperti itu. Lihat, mereka pasti berbisik sambil membicarakan kita sekarang" Menunjuk keluar dengan telunjuknya.
Melirik ke arah yang ditunjuk lalu kembali menatap Miu. "Biarkan saja, sayang. Tidak usah pedulikan mereka" Saat Gulf ingin memeluk Miu, tangannya langsung ditepis.
"Kau mungkin tidak peduli" Tangannya mulai terkepal.
"Tapi aku peduli" Air mata mulai menetes tanpa ijin. Menghapus air matanya dengan kasar dan langsung berlalu pergi meninggalkan Gulf.
"M--" Tangannya melayang, terdiam saat melihat Miu sudah tidak nampak di depannya lagi.
"Aaarrgggg,,, salah lagi,, salah lagi" Memukul tembok dengan kuat.
"Kenapa dia sensitif sekali?" Mengusap wajahnya kasar dan berlalu mengejar Miu.
.
CEKLEK
.
Menutup pintu tanpa melepas perhatiannya pada sang kekasih yang sedang duduk di tepi ranjang sambil menunduk, mengelap air matanya dengan kasar saat melihat kedatangan Gulf.
"Sayang" Berjalan perlahan ke arah Miu. Miu segera bangkit berdiri dan hendak melewati Gulf. Melihat itu, Gulf segera meraih pergelangan tangan Miu.
"Sayang, tolong jangan diamkan aku seperti ini. Aku minta maaf karena sudah membuatmu tak nyaman" Menunduk lemas.
Melirik Gulf sekilas. "Hm"
Melihat wajah Miu, "sayang,, hikss,,kau memaafkanku kan?" Air matanya sudah berkumpul di bawah mata. Tangannya sedari tadi mengusap tangan Miu dengan lembut.
Mendengar isak tangis Gulf, membuat Miu menatap matanya. Biarpun ia kesal saat ini, tak sampai hati membuat kekasihnya menangis. "Kau kenapa nangis?"
"Hikkss,, akuu,,, aku takut mengecewakanmu, sayang" Tangan kanannya mengusap pipi tembem Miu dengan ibu jari sambil menghapus air mata Miu.
"Aku juga tidak suka kamu mendiamiku apalagi sampai menjauhiku" Terdiam beberapa saat.
"Aku minta maaf bila aku berbuat salah tanpa sengaja kepadamu seperti tadi. Maafkan aku,, hikss,, tolong jangan tinggalkan aku" Menggenggam tangan Miu makin erat.
Menghapus air mata Gulf di pipinya. "Maaf" Menahan tangisannya.
"Aku sadar bahwa hubungan antar pria seperti ini masih dianggap tidak normal di negara ini. Aku tidak mau kamu dipandang anehh karena menyukai pria sepertiku"
"Aku tidak peduli kata mereka, sayang. Justru sebaliknya, kalau aku dengar ada yang berbicara buruk tentangmu, aku pastikan orang itu tidak akan bisa melihat matahari besok" Menatap Miu dengan wajah seriusnya lalu menangkap tangan Miu yang sedang menghapus air matanya.
"Sekarang sudah tidak marah padaku lagi kan?" Menatap manik indah sangat kekasih.
"Apa sekarang aku sudah dimaafkan?"
"Mungkin?"
Cemberut. "Jawaban apa itu, sayang. Jadi aku dimaafkan atau tidak?" Memonyongkan bibirnya.
"Kau mau ku maafkan?" Gulf mengangguk cepat sebagai jawaban.
"Belikan aku ice cream dulu baru kupikirkan la--"
"SIAP! Sebentar!" Langsung meraih ponselnya.
"Ya, Tuan?"
"Belikan ice cream di tempat favourite ku"
"Yang varian apa, Tuan?"
Menutup lobang microphone lalu bertanya pada Miu. "Sayang, kamu mau yang varian apa?"
Menunjuk dagunya sambil berpikir. "Hmmm,,, varian,, Coklat, strawberry, nanas, apple, avo---"
"Beli saja semua varian. Kalau bisa beli sama pabrik-pabriknya juga. Biar kekasihku gampang memilihnya nanti"
"Baik, Tuan"
Tuttt tuttt tuttt
"Tunggu sebentar ya, sayang" Memeluk Miu.
"Kenapa bukan kau yang membelikannya langsung untukku?"
"Au! Aku tidak sempat sayang. Aku sibuk untuk terus berada disisimu"
.
CUP
.
Mengecup bibir manis Miu lalu tersenyum. Miu membeku sebentar lalu menyembunyikan wajahnya dengan menoleh ke arah lain. "Au! Lihat! Wajahmu merah, sayang. Kamu malu, hmm?" Cengar cengir.
"Tidak tuh" Jawabnya tanpa menoleh ke arah Gulf.
"Kalau begitu, tatap mataku"
Perlahan membalikkan wajahnya lalu menatap mata Gulf. Ibu jari Gulf menghapus sisa air mata di pipi tembem kesayangannya sambil terus tersenyum. "Kamu tahu? Setiap kamu nangis,,, setiap itu pula aku merasa bersalah" Menunduk sedih.
"Aku merasa tidak becus menjagamu"
Menggenggam erat tangan Gulf. "Jangan bicara seperti itu. Aku tak suka"
Melirik ke arah Miu lalu memeluknya dengan penuh kasih sayang. Miu membalas pelukan Gulf dalam ketenangan. Mereka saling berpelukan hingga 10 menit lamanya. "Oh ya, kamu tidak lanjut kerja dibawah?" Melepas pelukannya lalu menatap Miu.
"Kamu mau aku pergi kerja? Begitu? Baiklah,,"
"Tidaakk!" Mencegah Miu dengan memeluknya. "Aku mau kamu selalu ada disisiku saja. Jangan bekerja lagi dan biarkan aku yang menafkahimu mulai sekarang. Ingat! Aku ini suamimu"
.
CTTTAAKK
.
Menjitak kening Gulf. "Suami?" Menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa? Ada masalah?" Cemberut.
"Calon suami" Berkacak pinggang. Mendengar Miu mengakui dirinya calon suami, membuat Gulf sangat bahagia. Setidaknya, itu menandakan Miu sudah menerimanya.
"Lagipula, aku yang akan jadi suami. Kau jadi istriku" Menunjuk Gulf.
Menaikkan sudut bibir, "tentu. Kamu bisa jadi suamiku kalau kamu mau" Mendekat ke telinga Miu.
"Tapi tidak saat diatas ranjang, baby" Menjilat daun telinga Miu, membuat seluruh tubuh Miu merinding sempurna.
Mendorong Gulf hingga mundur sedikit. "A--aku harus layani pengunjung dibawah dulu. Pasti mereka ( staff ) sekarang lagi kerepotan tanpa aku" Alasan Miu. Jantung nya berdetak tak karuan, membuatnya tampak salah tingkah.
Gulf menangkap gerak gerik Miu yang salah tingkah dan berencana sedikit menggodanya. "Daripada kamu layani mereka---" Mendekatkan wajahnya pada Miu hingga tak berjarak.
"--- bagaimana kalau kamu layani calon suamimu dulu saat ini, sayang"
.
CCCUUPPP
.
Mengecup bibir Manis Miu dan melumatnya dengan penuh kekuatan. Bibir yang selama ini ia rindukan, akan ia 'habisi' saat ini juga.
"Mmp,,, mhh,, ggufmhh,, i,,,,,, mm,,m,,hh,,,h,," Miu mulai kehabisan nafas, namun Gulf tidak mau melepaskannya. Terus menyesap lidah dan bibir Miu dengan penuh penekanan dan gigitan hingga ia puas.
Miu yang tidak bisa mengimbangi ciuman ganas dari Gulf hanya mampu meremas bahu Gulf sebagai pelampiasan dan membiarkan Gulf menikmati bibirnya.
"Ohhh,,,,,, hhh,,,, mm,, hh,,,, ss,, mmm,,,, ddhhh,,, haahhmmppphh,,,"
"Hah,, Miu, hah,, mmppphhh,,, mmmh,,," Melepaskan tautannya.
"Bibirmu manis. Tak pernah berubah dari dulu. Aku suka" Menjilat bawah bibirnya. Melihat wajah Miu yang sudah merah, ditambah mata sayunya, membuat Gulf semakin bernafsu. Menggendong Miu ala koala dengan mudahnya dan dibaringkan ke atas ranjang dengan lembut, seolah tubuh Miu akan hancur jika diletakkan sedikit kasar. Menatap Miu yang terbaring pasrah diatas ranjang.
"Bersiaplah, baby" Melepas kaos, celana, dan singlet tidurnya sedikit tergesa-gesa sambil memperlihatkan roti sobeknya.
To Be Continue,,,
Jangan lupa Vote & Comment ya!
Thank You🐣🐺
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top