Chapter 25

"Ngh" Bergerak kesana kemari, merenggangkan tubuhnya yang ramping. Tangan kanannya meraba-raba tempat dimana Poseidon biasanya tidur. Merasa tak ada siapapun, Miu reflek membuka matanya dengan cepat. Bangkit duduk sambil terus memanggil Poseidon.
"Phooo? Pho dimana? Jangan main sembunyi-sembunyian ihh. Miu jadi takut" Matanya sibuk melirik kesana kemari.
"Phoo?" Merasa tak ada jawaban, Miu segera bangkit berdiri dan berlari mengelilingi sekitar gubuk.
"Pho?? Pho kemanaa hikkss,,,, jangan tinggalin Miu,, hikkss,, phoo,,,?" Menelusuri sekitar pantai serta mengunjungi tempat biasa Poseidon menyendiri hingga menjelang siang, namun tetap tidak menemukan sosok yang dicarinya, membuat Miu menangis histeris.
"Phoo,,, hhhiikkss,,, jangan tinggalin Miu sendirian hikkss,, hikkk,,," Jongkok di dekat gubuknya sambil menyembunyikan wajahnya di lutut. Terus menangis hingga ingusnya berantakan di mana-mana. Tak terasa, Miu menangis hingga menjelang sore. Mengelap ingusnya di baju lalu bangkit berdiri. Seketika tubuh Miu terjatuh dengan posisi pantat semok nya mencium pasir duluan. Ia jatuh karena lututnya lemas akibat kelamaan jongkok.
"Aw! Hhhuueeee,,,, Phhhoooo,, Miu jatuhhh,, hikksss,,, attittttt,,,,, tolongin Miu, Phoooo,,, hikksss,,, Pho jahaaatt sudah pergi ninggalin Miu sendiri hikksss" Kembali menangis.

Setelah puas menangis, Miu masuk kembali ke dalam gubuknya dalam keadaan lesu. Melirik hidangan diatas meja tanpa minat. Matanya pun menangkap sebuah surat dan beberapa lembar uang di dekat ranjangnya. Meraih surat tersebut dan membacanya perlahan.

"Bersama dengan surat ini, saya ingin beritahukan padamu untuk tidak pergi mencariku setelah kau bangun dari tidurmu yang seperti orang mati itu"

"Telat!! Aku sudah mencarimu ke mana-mana, Pak Tua!" Geram Miu.

"Bersama dengan surat ini juga saya ingin memberitahumu. Saya sudah tidak mau bersama dengan bocah sepertimu lagi untuk waktu yang lama. Tempat saya bukan disini. Melainkan di antara janda-janda semok yang dengan senang hati membuka selangkangannya untukku."

",,,,,,,,,," Meremas tepi surat.

"Saya harap, mulai sekarang, kau bisa menjaga dirimu sendiri, anak muda. Saya juga berharap kau bisa memulai hidupmu yang baru dan pergi dari gubuk ini. Jangan tinggal di gubuk ini terus, karena sebentar lagi gubuk ini bisa menimpamu saat tidur karena umurnya yang sudah sangat tua. Saya sengaja tidak pernah memperbaikinya karena malas"

",,,,,,,,," Melirik atap dan sekitar gubuknya.

"Satu hal lagi. Saya harap kau bisa bahagia di 'kehidupanmu' yang sekarang. Selamat tinggal"

"Kehidupanku yang sekarang? Apa maksudnya?" Meremas surat tersebut hingga tak berbentuk lalu melemparnya ke sembarang arah. Air matanya kembali keluar tanpa ijin membasahi pipi tembemnya.
"Hikksss,,, kau,, kau menyuruhku untuk memulai hidup yang baru" Mengepalkan tangannya.
"Tapi,, darimana aku harus memulainya?? Aku bahkan tidak punya siapapun didunia ini selain kau, Pak Tua,, hikkss,, dan sekarang,, kau meninggalkanku,, aku harus bagaimana?! Hikkss,,," Terus mengusap air matanya dengan kasar. Sebenarnya ia sudah lelah menangis terus dan mulai kelaparan karena belum sarapan dari pagi. Mendatangi lauk di meja dan saat ia mencicipinya, rasa makanan nya sudah sangat tidak enak. Miu tidak jadi makan dan segera mengemasi pakaian nya yang hanya terdapat 2 helai baju, 1 helai celana, dan 2 helai boxer. Pergi terburu-buru karena kesal, melupakan beberapa lembar uang yang sudah disiapkan Poseidon untuknya.

:

Dari pesisir pantai menuju ibukota Bangkok hanya berjarak 15 menit dengan berjalan kaki. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Miu sampai di pusat ibukota yang sangat ramai.

Untuk diketahui, sudah 5 tahun sejak Miu hampir mati, Miu tidak pernah meninggalkan pesisir pantai, tempat dimana ia tinggal, karena perintah Poseidon yang tidak ingin terjadi apa-apa pada Miu. Karena itulah, Miu jadi sangat takut karena tiba-tiba harus mendatangi tempat yang sangat ramai seperti ini.


"Kenapa ramai sekali?" Menggenggam erat tas yang digendongnya.
"Miu harus mulai dari mana?" Melirik sekitar. Tak lama, matanya menangkap sebuah kedai makanan yang terlihat sangat enak. Mendatanginya sambil melirik makanan yang disuguhkan dan langsung disambut oleh pemilik kedai.

"Silahkan,, dilihat-lihat dulu, Tuan. Murah dan enak semuanya. Yang ini harganya 5 baht isi udang,, yang itu 10 baht isi salmon,, yang di sebelahnya 20 baht isi daging hiu. Dan ini yang paling laris di kedai kami. Siomay isi daging megalodon. Hanya 1.000.000 baht saja!" Miu melihat makanan yang ditunjuk-tunjuk sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal. Ia tidak mengerti cara membeli makanan tersebut karena selama ini, dirinya hanya tinggal terima jadi makanan-makanan enak yang sudah disiapkan Poseidon tanpa susah payah seperti sekarang.
"Jadi mau yang mana, Tuan?"

"Ehmm,, saya dapat makanan yang mana dengan benda ini?" Mengeluarkan 2 baht. Pemilik kedai menatapnya tajam karena dirinya merasa dipermainkan.
"Tidak dapat yang manapun. Bahkan plastiknya saja kau tidak akan mampu membelinya. Sebaiknya anda pergi dari sini sekarang" Membentak tepat didepan wajah, membuat Miu tertunduk karena kaget bercampur takut.

*Orang-orang disini sangat menyeramkan,, hikkss,,* Menggenggam tasnya erat dengan kedua tangan yang sudah bergetar ketakutan, berjalan perlahan meninggalkan kedai menuju bangku di tengah taman yang masih sedikit ramai. Berusaha menahan tangisannya sambil menahan lapar.

"Permisi. Boleh saya duduk disebelahmu?"

Menghapus air matanya dengan cepat dan kasar karena kaget. "S--silahkan" Jawabnya tanpa menoleh ke sumber suara sambil menggeser duduknya sedikit ke pinggir.

Duduk di sebelah Miu lalu menyodorkan sebungkus pangsit, siomay, sate, dan aneka ragam street food ke depan Miu yang terus menunduk. "Ambillah"

Miu mengangkat wajahnya lalu melirik makanan yang diarahkan padanya, "untukku?" Mengangguk lalu tersenyum.
"Tidak usah, phi. Terima kasih sebelumnya" Mencoba menolaknya dengan ramah. Biar bagaimanapun, Miu tidak suka dikasihani.

"Jangan salah paham. Tadi saya belinya kelebihan. Pacarku juga tidak mau makan makanan seperti ini. Jadi daripada saya buang, lebih baik saya berikan untukmu. Kalau kamu tidak mau, kamu bisa membawanya dulu. Siapa tau kamu lapar dijalan" Menatap Miu, mencoba membujuknya. Pria itu tahu kalau sebenarnya Miu sudah sangat lapar. Apalagi sempat melihat bagaimana anak manis di depannya dibentak oleh pemilik kedai tadi tanpa perasaan. Entah kenapa membuat hatinya bergerak untuk menolongnya.


"Nah" Menaruh bungkusan di genggaman tangan Miu.
"Saya pergi dulu. Jangan lupa dimakan, ya" Tersenyum lalu pergi dengan cepat sebelum Miu menolak pemberiannya lagi.

"Eh, tapi ak-------" Menatap kepergian pria tersebut yang mulai menjauh.
"Terima kasih, orang baik" Tersenyum. Membuka bungkusan yang diterimanya dan mencium aromanya.
"Hmmm,,, sepertinya enak" Menjilat bawah bibirnya. Mengambil satu persatu makanan dan memakannya dengan sangat lahap hingga habis lalu bersendawa kencang.
"Kenyang,, nyam,, nyam,, nyam,," Mengusap perutnya yang membuncit. Tanpa Miu sadari, pria tadi memperhatikannya dari jauh sambil senyam-senyum.

"Imut"

"SIAPA YANG IMUT?!" Menatapnya tajam.


Sedikit loncat karena kaget, langsung menengok belakang. "Ehh,, Win? Ehmm,, itu,,"

",,,,,,," Mengangkat sebelah alisnya.

"Dengarkan aku dulu, na. Jangan marah dulu" Memeluk Win untuk menenangkannya.
"Tadi aku menolong anak manis yang kelaparan. Kasihan sekali dia. Tadi dia dibentak oleh pemilik kedai sebelah sana karena tidak punya uang untuk beli dagangannya. Jadi aku belikan dia makanan karena kelihatannya dia sangat kelaparan sekali" Melepas pelukannya.
"Sekarang dia sudah kenyang. Terlihat sangat menggemaskan, sama sepertimu. Kalau kau tidak percaya, lihat saja sendiri"  Menunjuk ke arah Miu.

Win melihat ke arah yang ditunjuk Bright. "Kau benar. Dia terlihat menggemaskan---" Melihat Miu sedang asik menjilat sisa saus di tangannya hingga ke sela-sela jari sampai bersih.
"--- dan juga jorok" Melotot tajam. Menatap wajah Miu.
*Rasanya aku pernah melihat wajahnya. Tapi dimana?* Menautkan alisnya kebingungan.

"Win??"

",,,,,,,,,,,," Masih sibuk berpikir.

"WIN METAWIN! KEKASIHKU YANG PALING KU CINTAI" Berteriak di telinga Win.

.

PPLLAAKK

.

Memukul kepala Bright sedikit kuat. "Mau mulutmu ku jahit?!" Menatapnya tajam.

"Abisnya kau tidak mendengar panggilan ku dari tadi" Cemberut.
"Ayo pulang. Besok kau ingat kan kalau kita harus ikut memilih baju wedding bersama dengan Gulf dan May?" Memeluk pinggang Win.

"Aku tau" Melirik Miu sekali lagi lalu melirik Bright.
"Ayo pulang" Bright menggenggam tangan Win dan keduanya berlalu dari sana.

Miu masih duduk di tempat nya sambil menatap bulan yang begitu bersinar tepat diatas kepala.

"Apa yang harus kulakukan lagi setelah ini? Aku kesepian dan sama sekali tidak punya tujuan" Menunduk lesu di tengah taman yang mulai sepi pengunjung.


To Be Continue,,,


Jangan lupa Vote & Comment ya!
Thank You🐣










Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top