Chapter 1
Menyusuri jalan setapak yang membelah pegunungan, menelusuri sebab-sebab permasalahan yang terjadi di kerajaan, mencari keajaiban di dunia kuno penuh kejutan. Terlihat seperti mimpi, bukan? Namun, memang seperti itulah yang sebenarnya terjadi.
Gim Legend of Archipelago memberi semua itu. Memberi edukasi sejarah, legenda, dan dongeng Nusantara bagi anak-anak bangsa. Gim ini menggunakan sistem menyelam secara penuh, yang memungkinkan pemain menjalankan permainan secara daring namun nyata di bawah alam sadar. Dalam kata lain, gim ini tampak seperti mimpi nyata yang dapat dikendalikan dan dimainkan bersama pemain lainnya.
Sudah banyak tokoh gamers terkenal yang merekomendasikan gim Legend of Archipelago kepada masyarakat lainnya. Gim bergenre VRMMO ini dinilai sebagai gim terbaik yang pernah dibuat Indonesia. Selain itu, gim ini dibuat dengan tujuan sebagai ajang pembelajaran generasi muda terhadap legenda, dongeng, hingga sejarah Indonesia. Gim yang dikemas secara menarik, dan tentunya membawa alur yang begitu positif membuat gim ini meledak di pasaran.
Ya, meski tidak dapat dipungkiri bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini, memiliki sisi positif dan negatif juga. Sebesar apa pun sisi positif tersebut, pasti ada pula sisi buruk yang terselip di dalamnya. Meskipun itu hanya setitik.
»|«
Lala menghempaskan tubuhnya yang lelah ke atas bantalan lembut kasurnya. Langit Jakarta sudah gelap, tetapi keadaan di luar sana tetap saja masih padat. Tidak ada yang berubah pada kota besar itu. Akan tetapi, gim Legend of Archipelago telah berhasil mengubah hidupnya.
Diraihnya ponsel pintar yang tergeletak persis di sisi tubuh rampingnya. Kemudian tangan kurusnya dengan lihai menyambungkan Nerve Gear ke benda pipih tersebut, lantas jemarinya bergerak membuka halaman layar utama.
"SELAMAT! ANDA TERPILIH UNTUK MENCOBA CHAPTER TERBARU DARI LEGEND OF ARCHIPELAGO SECARA GRATIS."
"TERTARIK UNTUK MENCOBA?"
Lala menatap notifikasi dari menu utama layar ponsel pintarnya dengan tatapan tak percaya "Serius, nih? Ini semacam undangan eksklusif atau apa?" tanya Lala bermonolog.
Detik berikutnya, gadis berambut hitam sebahu itu mengklik notifikasi tersebut dan melihat sampul undangan yang berjudul 'Timun Mas'. Seingatnya saat di Sekolah Dasar dulu, dia pernah membaca cerita ini.
Tanpa keraguan apa pun, Lala segera mengenakan perangkat Nerve Gear pada kepalanya lalu menekan tombol 'MASUK'. Sejurus kemudian kegelapan menghampirinya. Namun, detik berikutnya pandangannya dihadapkan oleh keindahan pepohonan dan air laut yang membentang luas. Angin berseliweran menerpa wajahnya, burung-burung terdengar bernyanyi dengan riang. Lala telah masuk ke dalam dunia gim Legend of Archipelago.
"Bantulah sang tokoh utama untuk mencapai akhir yang bahagia!"
Itu adalah perintah yang selalu muncul begitu seorang pemain memasuki ruang pertama dalam gim. Sesaat setelahnya, Lala segera menekan tombol peta untuk melihat lokasinya. Dan tiba-tiba ....
Ting!
Sebuah layar notifikasi muncul lagi di hadapannya, memenuhi ruang pandang yang berbentuk pencacah tiga bidang.
"Temukanlah di mana Timun Mas berada!"
Tak ingin membuang waktu, Leo—nama yang diberikan Lala untuk avatarnya di gim Legend of Archipelago—segera melakukan misi tersebut sesuai petunjuk yang ada.
Misi awal di gim Legend of Archipelago bagian Timun Mas, terasa cukup mudah bagi Lala yang mahir dalam gim ini. Ia hanya perlu berjalan menuju titik kuning yang tampak di peta.
Dengan langkah ringan avatar Leo mulai memasuki hutan lebat di depannya. Suara gemerisik daun tersapu angin, menjadi latar suara perjalanannya. Tak ingin melewatkan kedamaian suasana hutan, avatar gadis berambut merah itu sesekali mendongak ke atas melihat beberapa kupu-kupu terbang, serta melihat cahaya matahari yang berhasil menembus rimbunnya hutan.
Entah sudah berapa lama avatar Leo berjalan menyusuri hutan, bahkan beberapa kali dirinya tersandung. Untung saja Leo cukup pandai menjaga keseimbangan sehingga membuat dirinya tak mudah terjatuh.
Untuk kesekian kali Leo membuka peta, ia dapat melihat titik kuning—yang dipercayainya sebagai lokasi Timun Mas—bergerak.
Sial! Timun Mas bergerak menjauhi posisi Leo saat ini. Tak ingin gagal dalam misi ini, Leo segera bergerak lebih cepat. Kali ini ia tak ingin repot-repot menikmati udara hutan. Yang terpenting saat ini ialah menemukan keberadaan Timun Mas. Nanti setelah ia berhasil menemukan Timun Mas, mungkin Leo akan beristirahat sejenak sembari menikmati udara hutan.
Beberapa kali Leo dihadapkan oleh sebuah jurang. Karena masih di awal gim, keahlian karakternya masih belum dapat digunakan. Sehingga, mau tak mau dirinya harus mencari jalan memutar, jika tak ingin dirinya kenapa-kenapa dan menyebabkannya tak dapat menyelesaikan misi gim ini.
Setelah sekian waktu menyusuri rimbunnya hutan, akhirnya Leo berhasil sampai di titik kuning, tempat Timun Mas berada. Keberadaan seorang gadis berkemban di hadapan avatar Leo, berhasil membuat mata Lala berbinar senang. Ini dia Timun Emas! Ia berhasil menyelesaikan misi kali ini.
Ting! Sebuah notifikasi muncul di hadapan Leo.
Selamat kamu berhasil menyelesaikan misi 'Mencari Timun Mas'.
Kemudian kalimat berikutnya berisikan petunjuk misi selanjutnya. Ah, sepertinya Leo memang tak diizinkan menikmati udara hutan. Tapi, tak apa, ia suka melakukan misi ini!
Timun Mas tengah mencari kayu bakar untuk memasak. Bisakah kamu membantunya? Ayo, Bantu Timun Mas mencari kayu bakar.
Begitulah isi dari misi selanjutnya. Dengan semangat membara, Leo mulai mulai mencari kayu yang sekiranya dapat dijadikan kayu bakar. Misi ini mungkin terlihat mudah, namun nyatanya tak demikian. Karena tampaknya hutan tersebut baru diguyur hujan beberapa waktu lalu, membuat Leo kesulitan mencari ranting yang kering.
Tak kehilangan akal, Leo segera mencari tempat yang sekiranya tak terlalu rimbun dan terpapar sinar matahari. Mungkin di sana ranting pohon sudah mulai mengering terpapar sinar matahari. Dan benar saja perkiraan Leo, ranting-ranting yang terpapar sinar matahari terasa lebih kering—meski tak kering sepenuhnya. Namun, setidaknya ranting-ranting itu dapat digunakan sebagai kayu bakar.
Setelah berjalan ke sana-kemari mencari ranting pohon, kini dengan senangnya Leo memungut satu per satu ranting yang tergeletak di hadapannya. Karena merasa kayu tersebut belum cukup memenuhi misi kali ini. Leo segera berpindah tempat lain yang medannya serupa—terpapar sinar matahari dan tak terlalu rimbun.
Melihat tempat yang diharapkannya, Leo bergegas memunguti ranting yang ada, sambil bersiul senang. Di tengah misi yang dijalaninya, ternyata Lala tak melewatkan pemandangan yang ada. Matanya menyapu pada pepohonan rindang dan lautan biru nan jauh di sana, yang gemerlap ditimpa cahaya mentari. Animasi gim "THE LEGEND OF ARCHIPELAGO" selalu membuatnya terkagum-kagum.
Saking senangnya melakukan misi dan menikmati pemandangan, Leo bahkan tak memerhatikan dengan benar hal di sekitar dirinya. Dan benar saja, kemalangan mendatangi orang yang tidak berhati-hati. Orang yang berhati-hati saja masih berkemungkinan terkena musibah, apa lagi dengannya yang tidak berhati-hati.
Di saat Leo menikmati keindahan alam di hadapannya. Seekor ular datang menerjang. Tak sempat menghindar, kaki Leo terpaksa menjadi sasaran empuk sang ular.
"Akh!" Saking kagetnya Leo sampai menjatuhkan ranting—yang telah ia kumpulkan—ke tanah.
Leo mendesis, rasa sakit mengumpul di area kaki bekas gigitan ular itu, sebelum akhirnya rasa sakitnya menjalar ke tempat lain. Tak mau kalah dalam misi kali ini, ia segera mengambil kayu yang cukup besar untuk memukul ular tersebut. Bukannya pergi, ular tersebut malah menaikkan tubuhnya seakan siap menyerang Leo kembali.
Dengan rasa sakit di kakinya yang makin menjadi, Leo kembali melakukan aksi pukulnya ke arah si ular. Setelah pukulan ke sekian, akhirnya pukulan Leo sedikit mampu melumpuhkan pergerakan si ular. Tak ingin berbesar kepala karena mampu melumpuhkan si ular, Leo memilih memastikan ular itu benar-benar mati. Leo terus memukul kepala ular itu hingga hancur, tidak membiarkan sedikit celah pada ular itu untuk menyerang balik atau paling tidak untuk bernapas.
Dengan keringat dingin yang telah membanjiri tubuhnya, serta sesak yang menumpuk di dada. Leo duduk di atas tanah hutan yang lembab dan dipenuhi dedaunan.
"Aw, sakit …," rintih Lala seraya memegangi kakinya.
Detik berikutnya dahi Lala tampak mengerut. "Eh, sakit?" Sebelum ini, separah apa pun luka yang diterimanya di dalam gim, ia sama sekali tak merasakan sakit di tubuh nyatanya.
Lantas, Lala beranjak dari duduk dan mengecek kakinya yang membiru. Seketika Lala merasakan panas, kakinya lemas. Sungguh menyakitkan!
Tak tahan dengan rasa sakitnya, Lala memutuskan untuk keluar dari gim tersebut. Ditekannya tombol menu dalam gim, kemudian ia mencari tombol keluar.
Klik!
Lala sudah mengklik tombol keluar. Namun, tak ada respon apa pun pada gim tersebut. Sekali lagi, dan hasilnya tetap sama.
Ada apa ini sebenarnya?!
»|«
Nah, part satu sudah dirilis nih!
Bagaimana komentarmu setelah membacanya?
Apakah ceritanya menarik? Nantikan terus kelanjutan ceritanya, yang akan di-update tiap hari Minggu di akun Fantascroller ini.
Tekan vote untuk terus mendukung cerita ini beserta penulisnya. Komen-komen juga sangat membantu bagi kami, teruslah berinteraksi. Share ke temenmu yang lainnya untuk baca cerita ini juga, yaww!
Sampai bertemu di chapter kedua pada minggu yang akan datang:D
Luv ya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top