3 - Tertantang

Double Up nih><

Semangat puasanya bagi yang menjalankan^^

Happy Reading


"Rain ini putri bungsu saya. Adiknya Arkan," ucap dad setelah sekian lama mereka hanya berbicara hal-hal seputar perusahaan.

Mas Arga melirik sekilas ke arahku dan aku pun tersenyum manis. Sayang senyumku tak dibalas olehnya.

"Dia juga ngambil jurusan hukum loh Bim, dan sekarang sedang skripsi," ucap daddy lagi.

"Kuliah dimana Pak?" tanyanya pada daddy bukan padaku.

"Di Balla's University," jawab dad dan dia pun hanya mengangguk mengerti.

Tak lama kemudian makanan pun datang, kami fokus dengan makanan masing-masing. Tapi sesekali aku mencuri pandang pada ciptaan Tuhan yang luar biasa ini.

"Rain, kamu bisa masuk kesana pakai kartu akses siapa?" tanya dad.

Aku pun menghentikan kegiatan makan ku yang tinggal sedikit lagi dan menjawab, "Punya oma."

"Kok bisa?" tanya dad lagi.

"Ketinggalan di aku dad. Tempo hari Rain nganter oma ke kantor," jawabku dan dad pun mengangguk paham.

"Lain kali jangan masuk ke ruangan orang lain sembarangan!" dad memperingati ku.

"Kan aku bilang nyasar Dad," jawab ku malas dan tidak melajutkan makan.

"Habisin Rain, kamu kebiasaan kalau makan di sisain," ucap dad.

"Udah gak mau Dad." Tolakku dan kemudian minum jus yang aku pesan.

"Maafin Rain ya Bim masalah tadi di ruangan kamu. Dia itu sudah di manja oleh semua orang, terutama opanya," ucap dad sambil terkekeh. Aduh daddy ku ini emang gak bisa jaga image putrinya ya.

"Tidak apa-apa Pak, saya maklum." Jawaban mas Arga kok kaya ngejek aku ya? Tapi sudahlah hal-hal seperti itu gak usah dibikin ribet.

Setelah selesai makan kami pun kembali ke kantor, aku yang hendak mengikuti dad dihentikan oleh beliau di depan lift khusus eksekutif.

"Kamu pulang sekarang Rain, Dad harus kerja," ucap dad.

"Tapi kan—"

"Atau mau Dad bilangin mommy kamu biar ambil lagi mobilnya?" tanya dad membuat ku menghela napas pasrah.

"Yaudah aku pulang dulu dad. By the way, Mas Arga nice to meet you," ucapku sambil menatap mas Arga yang berada di samping dad. Dia pun hanya tersenyum singkat membalas ucapan ku.

***

"Mom, ajarin aku modus dong," ucapku sambil terkekeh.

Saat ini aku tengah bersantai di taman belakang rumah kami.

"Modus apaan Rain?" tanya mom dengan pandangan bingung.

"Mom dulu suka cari perhatian daddy gimana? Ada trik khususnya gak?" tanyaku.

Mom tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "Mom kan tiap hari ketemu sama daddy kamu, jadi ya curi-curi kesempatan aja biar bisa selalu berkomunikasi."

Komunikasi. Itu adalah cara jitu untuk menarik perhatian orang.

"Kamu mau modus sama siapa?" tanya mom.

"Sama calon menantu Mommy dong," jawabku sambil tersenyum lebar.

"Terus Elvano di kemanain?" tanya mom.

Aku memutar bola mataku malas, "Halah Mom. El itu kemarin aja udah ngenalin pacar barunya ke aku."

"Masa? Siapa?" tanya mom sepertinya penasaran.

"Mahasiswa semester lima di kampus," jawabku.

Elvano memang tampan, perhatian, dan kaya. Pantas saja banyak perempuan yang mudah terpesona olehnya, kecuali aku yang telah bersahabat denganya sejak kecil. Kalau kalian berpikir kami terjebak dalam situasi friendzone jelas salah. Kami berdua memang benar-benar tidak memiliki perasaan lebih dari seorang sahabat. Pernah waktu itu orang tua kami berniat menjodohkan, dan El menolak dengan tegas. Menurutnya aku itu hanya gadis kecil yang tidak pernah dewasa di matanya. Sialan memang si El!

***

Aku duduk di lobby kantor dengan gelisah dan sesekali melirik ke arah pintu. Pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya orang yang kutunggu menunjukkan batang hidungnya. Aku pun berjalan dengan anggun dan mengikutinya menuju lift.

"Eh Mas Arga. Siang Mas." Sapaku pura-pura kaget melihatnya.

Tanpa menjawab sapaan ku dia pun langsung masuk ke dalam lift dan aku pun segera mengikutinya.

"Mas Arga suka siang ya ke kantornya?" tanyaku berbasa-basi. Syukurlah di dalam lift hanya ada kami berdua.

"Iya," jawabnya singkat.

Aku merapalkan banyak kata sabar di dalam hati. Laki-laki hampir sempurna kaya dia memang begini, sulit di dekati.

Tak lama kemudian lift terbuka. Dia pun keluar dan dengan segera aku mengikutinya.

Tepat di depan pintu ruangan dia menghentikan langkahnya dan berbalik ke arahku. Aku pun langsung tersenyum dan memasang wajah semanis mungkin.

"Kamu ngikutin saya?" tanya dia langsung.

"Saya ada keperluan kok," elakku. Yakali aku langsung mengakui nya.

"Mau apa? Orang luar gak bisa sembarangan masuk kesini." Jawabannya membuat ku cukup terkejut. Hei! Aku cucu pemilik perusahaan, dan aku pun mendapat bagian saham di perusahaan ini. Jiwa sombong ku rasanya ingin keluar, tapi aku tahan.

"Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan ke Mas Arga berkaitan dengan skripsi saya," ucapku setelah terbengong beberapa detik. Yups! Modusku kali ini lumayan bukan?

"Saya bukan dospem kamu!" perkataannya cukup untuk mengambyar kan semua rencana ku.

"Tapi kan tidak ada salahnya jika Mas bisa membantu!" aku dengan segala kekeras kepalaanku.

"Saya sibuk!" ucapnya dan tanpa berkata-kata lagi dia langsung masuk ke dalam ruangan.

Blam! Pintu tertutup cukup keras tepat di hadapanku. Aku pun hendak mengikutinya tapi sayang, aku tidak memiliki kartu akses karena semalam daddy mengambilnya.

Dia benar, aku hanyalah orang luar disini.

Dengan kesal aku pun melangkahkan kaki kembali menuju lift dan bergegas menuju ruangan opa.

"Kamu kenapa Rain?" tanya opa begitu aku duduk di sofa ruangannya.

"Opa tahu mas Arga?" tanyaku dengan wajah yang masih setengah tertekuk.

"Arga? Siapa?" Opa malah balik bertanya.

"Abimana Arga Satya." Terangku.

"Ohh Bima. Taulah, dia kan sekarang ketua tim legal perusahaan kita" jawab opa.

"Kenapa emangnya Rain?" tanya opa kemudian.

"Rain ingin belajar dari dia," jawabku sambil tersenyum. Senyum yang bisa membuat anggota keluarga ku mengabulkan semua keinginan ku.

"Bagus dong! Tapi kamu gak ada maksud lain kan?" pertanyaan opa sukses membuat ku hanya mengulum senyum. Fix! Lelaki di keluarga ku gak ada yang bisa di kibuli.

"Ya maksud-maksud lainnya mah tergantung nanti aja opa," ucapku sambil terkikik.

Tanpa aku sangka opa langsung menghubungi sekretarisnya untuk memanggil mas Arga kemari. Aku yang sedikit syok pun hanya bisa cengo seperti orang bodoh.

Aku tak bisa berkata apa-apa begitu ciptaan Tuhan yang begitu indah ini duduk di sofa berhadapan dengan ku.

"Lagi sibuk Bim? Maaf saya ganggu," ucap opa mengawali pembicaraan.

"Tidak terlalu sibuk Pak. Apa ada yang penting?" Dasar pembohong! Dia bilang tadi sibuk.

"Tidak juga, tapi ini mungkin penting bagi cucu saya," jawab opa sambil terkekeh. Mas Arga memandang ke arah ku dengan pandangan datar.

"Saya minta kamu buat bimbing dia. Saat ini sedang skripsi, dan tiap hari uring-uringan terus." Aku hanya menatap opa dengan heran. Uring-uringan? Hancur sudah reputasi yang ku bangun untuk terlihat cerdas di matanya.

"Tapi saya tidak memaksa, jika Bima memang sibuk tidak usah kok," lanjut opa.

"Saya sangat tersanjung dengan permintaan Bapak," ucapnya dengan tersenyum miring ke arahku. Aku cukup bergidik ngeri melihat senyumnya.

"Tapi sayang sekali saya tidak bisa. Saat ini saya begitu sibuk dengan pekerjaan di kantor juga di firma," lanjutnya.

Aku yang mendengarnya hanya bisa mengambil napas banyak-banyak. Sesuai prediksi, dia sulit di dapat. Tapi karena itu aku semakin tertantang untuk bisa mendapatkannya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top