18 - Patah

"Pokoknya ini berita besar dan gue yakin lo bakalan gak percaya dengan berita ini!" ucap Geby dari seberang telpon.

"Kalau gak penting awas aja lo Geb! Gue bakalan langsung meluncur ke ASHP dan nonyor kepala lo!" ancamku.

Geby memang tiba-tiba menelpon dan ini masih jam kerja, walaupun aku sedang tidak sibuk tapi tetap saja aku merasa tidak enak jika harus telponan di jam kerja.

"Barusan ada cewek cakep pokoknya datang ke firma dan ngenalin diri sebagai tunangannya bang Bima."

"What?" tanyaku dengan kaget dan tanpa sengaja menggebrak meja membuat bu Milda melongokkan kepalanya dari kubikel. Aku hanya tersenyum dan meminta maaf tanpa suara.

"Namanya siapa?" tanya ku lagi.

"Kalau gak salah namanya Sekar," jawab Geby.

"Se ASHP geger loh gara-gara kejadian ini. Tapi kata mbak Sri sih bu Sekar ini salah satu klien juga. Lo kenal gak kan dulu kerja sama bang Bima?" tanya Geby.

Sekar? Klien? Wanita tempo hari itu yang mulai aku lupakan walau sempat mengganggu pikiran ku?

"Iya kenal. Dia kapan datang?" tanya ku karena dari pagi mas Arga sedang ada rapat di sini dengan tim legal divisi corporate action.

"Sekitar satu jam yang lalu dan karena bang Bima gak ada dia pergi lagi," jawab Geby.

"Woy udah dulu ya, ada panggilan dari mbak Silvy. Lo kapan-kapan mampir sini dong sombong amat udah kerja di sana," ujar Geby sambil terkekeh.

"Iya, makasih infonya Geb," jawabku tanpa semangat.

Aku beranjak dari duduk ku dan melangkah keluar hendak membeli kopi di kantin untuk menjernihkan pikiran ku yang kusut.

Ketika aku keluar dari lift, di lobby aku melihat seorang wanita yang tidak asing tengah duduk sendirian. Entah dorongan dari mana, aku pun berjalan menghampirinya.

"Bu Sekar?" panggil ku dan dia pun mendongak kan kepalanya menatap ku.

"Raina ya?" tanya nya dengan tersenyum seperti saat dulu kita bertemu. Senyum yang membuat dirinya lebih cantik tapi tidak nyaman untuk ku lihat.

Aku pun duduk di sofa di sebelahnya dan mulai bertanya padanya. "Ibu ngapain di sini?"

"Saya mau ketemu mas Bima. Tapi dari tadi gak dijawab terus. Sudah ke firma tapi dia gak ada ya saya samperin saja ke sini." Jawabannya membuat ku tersenyum kecut.

"Eh kamu kok di sini?" tanyanya.

"Saya sekarang kerja di sini Bu," jawabku

"Owalah, kok bisa ya kerjanya deket mas Bima terus," ucapnya seperti menyindirku.

"Jodoh kali Bu," jawabku sambil terkekeh memancing reaksinya.

"Hush! Gak boleh ngomong gitu, saya ini tunangannya loh," ucapnya dengan mata yang menatap ku cukup tajam.

"Maksud saya jodoh dalam kerjaan Bu," ucapku dengan tawa yang sangat di paksakan.

"Kamu tahu gak kenapa mas Bima gak bisa di hubungi?" tanyanya.

"Beliau sedang meeting penting dari pagi Bu, sebentar lagi juga mungkin selesai," jawabku sambil melihat jam yang sebentar lagi menunjukkan waktu istirahat.

"Ibu ada keperluan yang penting banget ya?" tanyaku dengan nada senormal mungkin supaya tidak terlalu terkesan kepo.

"Saya mau balik ke Yogya dan orang tua kami menyuruh mas Bima buat ikut juga. Mungkin mau nentuin tanggal pernikahan," jawabnya sambil terkekeh.

Jleb! Pernikahan? Apa ini alasan ibunya mas Arga malah mau jodohin aku sama putra keduanya? Karena putra pertamanya sudah bertunangan!

Apakah ini alasan mas Arga selalu bersikap datar saat aku menggodanya? Karena ada hati yang harus dia jaga!

Apakah ini alasan mas Arga tidak peduli dengan status ku? Karena dia tidak pernah ada niat untuk mendekatiku!

Dan apakah ini alasan mas Arga berulang kali memperingatkan ku bahwa dia mungkin saja sudah terikat dengan orang lain? Dia tidak becanda soal itu!

***

Sudah satu minggu berlalu sejak aku mengetahui bahwa mas Arga sudah memiliki tunangan. Dan selama seminggu ini juga aku tidak pernah melihat dia di kantor. Mungkin dia memang pergi ke Yogya bersama wanita itu.

Aku tidak peduli! Teriakku dalam hati dan menelungkupkan kepala ke meja ku.

"Lo sehat Rain?" tanya kak Zef dan memegang bahu ku.

"Hah?"

"Sehat Kak," jawabku sambil tersenyum manis dan merapikan rambutku yang sedikit berantakan.

"Kuy!" ajak kak Zef tiba-tiba sambil membawa laptop dan juga notes nya.

"Kemana Kak?" tanya ku bingung.

"Lo gak buka group chat?" tanya kak Zef sambil memandang ku aneh.

Aku hanya mengangguk karena akhir-akhir ini pikiran ku sedang kacau dan aku jarang memegang ponsel.

"Hari ini tim kita ada rapat evaluasi bareng pak Bima! Ini mbak Milda udah whatsapp gue buat cepet-cepet datang ke meeting room lantai 3," ujar kak Zef membuatku terkejut dan langsung menyiapkan perlengkapan meeting.

"Lo kelihatan kacau akhir-akhir ini, gak ada masalah kan?" tanya kak Zef disaat kami berjalan menuju lift.

"Gak ada Kak, mungkin aku cuma kelelahan aja," bohongku.

"Nah gue baru inget! Gue kan lihat postingan lo yang foto pantai, terus gue iseng buka komenannya. Itu kakak lo nyebut nama Bima, maksudnya pak Bima atasan kita?"

Aku menghela napas mendengar ucapan kak Zef. Dia adalah orang ketiga yang menanyakan hal ini, padahal postingan itu udah cukup lama. Orang pertama yang bertanya padaku adalah Zia dan yang kedua adalah mbak Niken.

"Jangan ngaco deh Kak! Mana mungkin aku jalan-jalan sama pak Bima. Pak Bima di postingan aku maksudnya Abimanyu salah satu kerabat," aku mengatakan hal yang sama dengan yang ku ucapkan dulu pada Zia dan mbak Niken.

"Rain itu kayanya pak Bima, yuk cepet jangan sampai kita terlambat," ajak kak Zef begitu keluar dari lift sambil memperlebar langkahnya untuk menyusul mas Arga yang tengah berjalan menuju ruang rapat.

"Selamat pagi Pak," sapa kak Zef dan seperti biasa di balas anggukan.

Aku yang juga berjalan cukup kesulitan karena langkah kak Zef yang lebar hanya melirik sekilas ke arahnya tanpa mau repot untuk menyapa.

Rapat evaluasi yang diadakan setiap bulan untuk per divisi berjalan seperti biasanya. Hari ini pak Gio mendapat cukup banyak kritikan tajam dari mas Arga yang tampak lain dari biasanya. Kenapa dia? Apa ada masalah dengan rencana pernikahannya?

Aku menggeleng-gelengkan kepala menghapus semua pemikiran itu. Sudah Raina lupakan tentang dia!

"Raina apa ada yang perlu kamu sampaikan?" aku tersentak begitu mas Arga melontarkan pertanyaan kepada ku.

"Ti-tidak Pak." Aku merutuki diri sendiri yang tiba-tiba bicara dengan gugup.

"Fokus Raina! Kamu tahu kan sekarang kita sedang mengadakan rapat evaluasi? Mau saya evaluasi sikap kamu selama rapat juga?" semprotnya dengan mata tajamnya menatapku.

"Maaf Pak, saya akan berusaha fokus sebaik mungkin," ucapku dengan tenang dan balas menatapnya.

Setelah acara tatap-tatapan kami berakhir, rapat pun dilanjutkan kembali. Aku menatap beberapa pasang mata tim kontrak yang tampaknya tengah memandangku juga dengan prihatin.

Laki-laki ini memang luar biasa! Setelah mematahkan hati ku, kini dia pun mematahkan harga diri ku di depan orang-orang ini.

***

Aku memeluk oma yang tengah bersandar di ranjang nya dari samping. Malam ini aku memang tidak pulang ke rumah dan lebih memilih tidur di rumah oma. Opa sendiri saat ini tengah berada di ruang tengah menikmati pertandingan sepak bola dari club favoritnya.

"Oma ..." panggilku.

"Kenapa sayang?" tanya oma sambil mengelus rambut panjang ku.

"Oma, kenapa kisah cinta Rain tidak seindah kisah cinta Oma dan mommy?" tanyaku.

Oma hanya tersenyum sejenak dan kemudian berkata, "Nak, kamu hanya tidak tahu berapa banyak air mata yang harus Oma teteskan, berapa banyak kekecewaan yang harus opa mu rasakan. Kamu tidak tahu berapa banyak perjuangan yang harus mommy mu lalui, dan berapa banyak rintangan yang harus daddy mu lewati. Tidak ada jalan yang mudah di dunia ini untuk mencapai kebahagiaan. Saat ini kamu hanya perlu bersabar. Suatu hari cinta yang kamu tunggu akan menghampiri mu."

Aku mengeratkan pelukan ku pada oma. Beliau benar, tidak ada kebahagiaan tanpa air mata dan pengorbanan.

"Menurut Oma, apa Rain akan bertemu dengan pria yang benar-benar mencintai Rain?"

"Setiap orang telah memiliki takdirnya masing-masing. Selama kamu adalah orang yang tulus dalam mencintai, maka kamu harus yakin bahwa jodohmu pun adalah orang yang akan tulus mencintai mu. Perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, begitu pun sebaliknya."

Jawaban oma membuat ku tenang, suatu hari nanti aku pasti bertemu dengan pria yang tepat!

"Terima kasih Oma, Rain sayang Oma," ucapku sambil tersenyum dalam pelukannya.






Selamat lebaran semua teman-teman muslim ku, mohon maaf lahir & batin untuk semua pembaca :)

Mas Arga nya udah punya tunangan tuh, jadi gimana dong? Ciptain tokoh baru aja kali ya, wkwk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top