13 - Happy Birthday
Aku berjalan dengan senyum yang merekah di bibir ku. Hari ini merupakan hari ulang tahun ku yang ke 24. Alih-alih merayakan di ballroom hotel seperti biasanya, aku memilih untuk merayakan di rumah ku saja. Aku mengundang teman-teman sekolah dan kuliah ku, juga tak lupa orang-orang di firma pun aku undang.
"Putri mom cantik banget," ujar mommy begitu aku berdiri di sampingnya.
"Putri kita Nay," ucap daddy mengoreksi dan membuatku terkekeh pelan.
Setelah acara-acara sambutan berlalu akhirnya tibalah ke acara inti yaitu meniup lilin dan memotong kue. Aku cukup kecewa karena dari tadi aku melihat sekeliling tapi tidak melihat mas Arga. Padahal aku sudah sangat cerewet memperingatkannya untuk hadir.
"Happy birthday sayang. Semoga Rain tetap menjadi kebanggaan keluarga, dan selalu diberikan kesehatan," ucap oma dan memeluk ku.
"Terima kasih Oma." jawabku dan membalas pelukannya.
"Opa cuma mau bilang, semoga kamu segera ketemu jodoh kamu," ujar opa dan membuat orang-orang tertawa. Aku pun membalas candaan opa dengan tawa.
Setelah itu satu persatu keluarga ku, dan para tamu memberikan ucapan selamat padaku. Tak lupa, di sudut ruangan pesta sudah terdapat setumpuk kado.
Acara pun di lanjut dengan acara makan dan acara bebas. Para tamu ada yang mulai berdansa karena memang di sediakan lantai dansa, ada juga yang bergerombol dan mengobrol dengan seru.
"Kamu kok kelihatan gak bahagia?" tanya oma yang dari tadi duduk di sampingku.
"Enggak Oma," jawabku sambil tersenyum.
"Kamu mungkin bisa terus tersenyum, tapi oma tahu ada sesuatu yang mengganggu pikiran mu," ujar oma sangat tepat.
"Rain menyukai seseorang, tapi dia malah tidak hadir hari ini," ucapku sambil tertunduk lesu.
Untunglah di sini hanya ada aku dan oma karena mommy tengah sibuk bersama tante Hanin, tante Carol dan beberapa perempuan dari firma yang hadir ikut mengobrol bersama mereka. Dad dan opa sendiri dari tadi terus sibuk karena para lawyers sepertinya memanfaatkan momen ini untuk lebih mengenal daddy dan opa ku.
"Dia seorang lawyer juga?" tanya oma dan ku balas dengan anggukan.
"Kamu berpikir yang positif saja. Mungkin dia memiliki acara dadakan yang begitu urgent," ujar oma sambil menggenggam tangan ku.
Aku tersenyum, oma memang selalu menenangkan ku. Dari kecil aku memang lebih sering bersama oma karena waktu itu mom pun cukup sibuk dengan urusan bisnis nya. Tapi kali ini, hati ku tetap saja tidak lega walaupun oma menyuruh ku untuk berpikir positif.
"Rain, oma ke kamar dulu ya. Oma mulai lelah," ucap oma dan hendak berdiri.
"Mau Rain antar Oma?" tawarku.
"Tidak usah. Oma bisa sendiri. Kamu nikmati saja pestanya, atau kamu bisa hubungi orang itu dan tanyakan kenapa tidak datang. Komunikasi sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman," ucap oma dan beliau pun pergi menuju lantai dua rumah ini meninggalkan ku yang sedang termenung mempertimbangkan saran dari oma.
"Rain lo kelihatan sedih karena gak ada bang Bima yah?" tanya Geby begitu menghampiri ku.
Aku menatapnya dan memastikan kalau Geby bukan cenayang.
"Tenang. Gue masih manusia biasa dan bukan paranormal," ucapnya sambil terkikik geli. Nah kan? Dia seperti bisa membaca pikiran.
"Kalau alasan lo tampak murung di acara pesta kaya gini gara-gara bang Bima, mendingan lo ilangin deh jauh-jauh rasa sedih itu. Selama gue kerja di firma, gak pernah tuh bang Bima ngehadirin acara-acara kaya gini," tutur Geby.
Walaupun penuturan Geby membuat ku sedikit lega, tapi tetap saja masih ada sebersit rasa kecewa.
"Btw Rain, lo bisa kenalin gue ke pria itu gak?" tanya Geby.
"Kagak bisa woy! Dia udah punya tunangan. Lo gak lihat dari tadi diikuti sama perempuan itu?" ucap ku begitu menyadari bahwa arah pandang Geby adalah Elvano.
Yups! Elvano dan Andin sudah bertunangan sekitar tiga bulan yang lalu.
"Yaelah Rain, bukan yang itu. Tapi pria yang di sebelahnya, alias kakak lo!" ucap Andin membuat ku membelalakan mata.
"Usaha sendiri! Maaf ya, gak ada jalur orang dalam buat dapetin kakak gue yang berharga," ucapku sambil tertawa pelan. Geby pun hanya mendengkus mendengar ucapan ku.
"Gue mau ke toilet, antar yuk!" pintanya dan aku pun menuruti Geby.
"Geb, nanti lo ke depan aja sendiri ya. Gue mau ke taman belakang dulu," ucapku pada Geby yang hendak masuk ke toilet.
"Ok," jawabnya.
Aku duduk di kursi yang tak jauh dari kolam dan memandang pantulan cahaya bulan di kolam renang.
Segitu gak pentingnya ya aku buat mas Arga? Kebersamaan kita selama hampir satu tahun ini gak berarti ya buat dia? Apakah di matanya aku hanyalah anak magang di tempat dia bekerja? Apa memang tidak ada harapan lagi untuk aku bisa mengisi hatinya?
"Arghhhh," erang ku dengan frustasi. Tak terasa sebulir cairan bening mampir di pipi ku.
Aku merutuki kebodohan ku sendiri. Aku yang pertama kalinya merasakan jatuh cinta dan harus semenyedihkan ini!
"Rain." Aku menggeleng-gelengkan kepala ku begitu mendengar suara yang begitu familiar.
Lihatlah, bahkan aku sebodoh ini dengan berhalusinasi mendengar suaranya.
"Raina, kamu mengabaikan saya?" aku langsung berdiri begitu melihat sosok yang dari tadi memenuhi isi kepala ku tengah berdiri di hadapan ku.
"Ma—mas Arga?" panggil ku.
"Aku enggak halu kan ini?" tanyaku masih tak percaya.
Suara tawa mas Arga yang begitu indah membuat ku yakin bahwa ini nyata.
"Maaf saya terlambat. Tadi saya selesai meeting pukul setengah 6 sore. Setelah itu saya langsung pergi ke mall dan mencari-cari hadiah untuk kamu. Saya begitu kebingungan harus membeli apa hingga tidak sadar menghabiskan waktu yang lama. Setelah itu saya pulang dulu ke rumah karena harus berganti pakaian, dan setelah menghadapi berbagai kemacetan akhirnya saya datang dan benar-benar sangat terlambat."
Aku mengabaikan semua penjelasannya, dan begitu saja terjadi aku telah memeluknya.
"Aku pikir Mas gak bakalan datang," ucapku dengan kepala yang sudah terbenam dalam dadanya.
Aku menghirup dalam-dalam aroma dari parfume yang biasa dia pakai. Entah setelah acara pelukan ini aku akan di dorong, atau di ceramahi olehnya. Aku tidak peduli!
"Rain," panggilnya dan menguraikan pelukan kami. Tepatnya pelukan ku, karena dia sama sekali tidak membalas pelukanku.
Aku menatapnya dan menunggu apa yang hendak dia katakan.
"Kamu bisa saja menjadi pembunuh barusan," ucapnya dan aku mengerutkan kening tidak mengerti.
"Kamu terlalu erat memeluk saya," lanjutnya membuat ku tertawa.
"Ayo duduk Mas," ajakku setelah berhenti tertawa.
Kami pun duduk berhadapan di kursi yang memang tersedia 4 buah dengan posisi meja melingkar.
"Jadi, mana kado yang bikin kamu telat kesini?" tanya ku.
"Ini," ucapnya sambil menyerahkan sebuah bingkisan.
Aku pun segera membukanya dan Wow! Sebuah jam dari brand ternama yang pekan lalu hendak aku beli tapi dilarang Elvano. Katanya daddy ku bisa memblokir kredit card kalau aku terus-terusan belanja di bulan ini. Kalau gak salah sih jam ini sekitar 36 juta? Entahlah! Aku lupa lagi.
"Mas Arga kok tahu sih aku suka banget sama jam ini," ucapku sambil mencoba memakai nya.
"Saya cuma tebak aja," jawabnya.
"Tuhkan, kita emang jodoh Mas. Udah sehati gini," ujarku dan menatapnya yang malam ini ekspresi wajahnya cukup santai.
"Saya cuma mengamati dari apa yang sering kamu pakai selama ini."
"Berarti Mas Arga perhatiin aku dong?" tanya ku dengan antusias.
"Bukan saya memperhatikan, tapi kelihatan Rain. Saya kan punya mata," jawabnya datar.
Orang ini memang selalu seperti ini. Padahal apa susahnya sih berbohong sedikit untuk menyenangkan aku?
"Mas udah ketemu keluarga aku?" tanyaku.
"Udah. Tadi saya sempat berbincang singkat. Terus saya tanya Geby dimana keberadaan kamu, dia bilang kamu di taman belakang," jawabnya.
"Kok nanya ke Geby?"
"Yang saya tahu cuma dia yang paling akrab dengan kamu di kantor," jawabnya.
Aku pun mengangguk-anggukan kepala. Dalam hati aku bersorak senang, itu artinya selama ini diam-diam mas Arga sering memperhatikan ku kan? Buktinya dia sampai tahu orang yang paling dekat dengan ku di firma siapa.
"Mas Arga kok belum ngucapin selamat ulang tahun untuk ku?" tanyaku begitu menyadari ada sesuatu yang kurang.
Mas Arga tersenyum kikuk, dan tampak salah tingkah?
"Jangan bilang mas Arga gak pernah ngucapin selamat ulang tahun ya?" selidikku.
"Enak saja! Saya suka ngucapin ke orang tua saya, adik saya, dan beberapa kolega." Bantahnya.
"Koleganya pasti bapak-bapak semua kan?" tanyaku sambil tertawa.
"Happy birthday Raina Putri Balla Favian."
Ucapan mas Arga yang tiba-tiba membuat ku seketika menghentikan tawa. Ini ucapan selamat ulang tahun paling sederhana tapi sangat bermakna bagi ku. Dia hafal nama panjangku?
"Mas, kamu ngehafal nama aku buat persiapan akad pernikahan ya?"
Karena bentar lagi idul fitri dan kayanya bakalan sibuk gak bisa up, jadi sekarang-sekarang ya aku up nya. Wkwkwk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top