Led Vatra - 11
Sebuah berita besar tentu akan sangat cepat penyebarannya, terlebih jika sudah berkaitan dengan orang-orang yang berpengaruh di kerajaan. Seluruh penghuni istana sudah mengetahui kabar terbunuhnya penasihat, begitu pun dengan orang yang membunuhnya.
Si iris hitam, julukan yang mereka berikan kepada Seine. Pria itu berhasil mencuri perhatian saat menginjakkan kaki di istana bersama dengan putra mahkota dan jenderal. Keangkuhan yang terpancar jelas dari auranya. Tubuh besar dan tegap itu tak gentar terhadap siapa pun, kepalanya terangkat dengan mata tertuju lurus ke depan, begitu mengintimidasi.
Seine dibawa ke ruang pertemuan oleh putra mahkota untuk menemui sang raja. Di sana juga sudah ada beberapa petinggi kerajaan yang mungkin akan mengambil bagian untuk memberi pelajaran pada si iris hitam ini. Mereka tentu tidak mungkin terima begitu saja jika seorang pembunuh pejabat kerajaan dibiarkan hidup bebas.
Vroy sebenarnya mengakui jika ada sedikit rasa gentar dalam dirinya ketika berhadapan dengan Seine. Entah bagaimana seolah ada magnet yang begitu kuat, membuat pria itu dapat menarik apapun untuk masuk dalam kubangan hitam. Sama seperti yang ia lakukan dengan jenderal saat menyetujui persyaratan Seine untuk menikmati hidangan utama siang tadi.
"Putra mahkota memberi hormat kepada Yang Mulia."
"Jenderal Ashenbert memberi hormat kepada Yang Mulia."
Kedua pria itu mengucapkan salam bersamaan, kemudian berlutut. Mereka menunggu satu suara lainnya, tetapi hampir satu menit tidak juga terdengar. Putra mahkota menoleh ke belakang dan di sana ia melihat Seine hanya berdiri, menatap sang raja.
"Berikan hormatmu kepada raja, Archerford!" perintah Vroy dengan nada tegasnya.
Namun, sayang sekali, ia tidak bisa mengatur pria itu. Tidak ada seorang pun yang memiliki hak memerintah Seine Archerford. Ia hanya melakukan hal sesuai keinginan sendiri. Jika memang menurutnya, raja tidak perlu diberi penghormatan, tentu ia akan mengikuti isi pikiran sendiri.
"Kau ingin penghormatan dari si iris hitam sepertiku, Yang Mulia?" Sebuah sarkasme meluncur mulus dari mulut pria itu disertai seringai puas karena dapat melihat sang raja tersentak oleh ucapannya, begitu pun dengan penghuni ruangan ini.
Seine tahu pasti kedudukan tertinggi di Led Vatra memang dipegang oleh pihak kerajaan, tetapi mereka semua tidak bisa memungkiri jika kelompok yang disegani dan dihormati sejak dulu adalah para pemilik iris hitam. Itulah kenapa para penduduk Led Vatra tidak ada yang berani coba-coba untuk menjatuhkannya. Mereka memang lawan di medan tempur, tetapi ketika semua berakhir, kedudukan kembali seperti semula.
"Jaga bicaramu, Archerford!" Vroy benar-benar dibuat muak oleh pria itu, terlebih sang raja hanya diam dipermalukan di depan para pejabat tinggi oleh rakyat biasa. Sial! Ia benar-benar tidak bisa berbuat apapun karena tak ada perintah.
"Tenanglah, Pangeran! Aku hanya bertanya, bukankah begitu, Raja Rexter?"
"Ya." Jawaban yang sungguh tidak memuaskan dari sang raja, Vroy dibuat kecewa hanya karena mereka berhadapan dengan pria beriris hitam ini.
"Jadi apa yang Anda inginkan dengan memanggilku datang ke istana? Ini benar-benar menjadi sebuah kehormatan karena raja sendiri mengutus dua pejabat tinggi untuk menjemput."
Sial! Vroy benar-benar tak tahan jika terus seperti ini. Seharusnya raja bisa mengintimidasi si iris hitam, jadi mereka dapat dengan mudah mengendalikan pria itu. Namun, yang terjadi justru sebaliknya bahkan keheningan tercipta. Para pejabat tinggi lainnya seolah bisu, tidak ada yang membela raja. Lalu apa gunanya mereka di sini? Hanya untuk menjadi penonton?
Raja Rexter berdeham untuk menjernihkan tenggorokannya. Seorang gadis muda menghampiri pria paruh baya itu dengan segelas air. "Silakan, Yang Mulia."
Perhatian Seine teralihkan sejenak kepada gadis pembawa minuman tadi. Penampilannya jelas berbeda dari dayang istana. Ia yakin gadis itu memiliki peran penting di kerajaan. Karena jika dilihat sendiri dari para penghuni dalam ruangan, tidak ada perempuan lainnya di sini.
"Pertanyaanku sederhana, Seine Archerford. Kenapa kau membunuh penasihat kerajaan? Apa yang sudah ia lakukan terhadapmu?"
Akhirnya! Seisi ruang pertemuan terlihat menahan napas sejak tadi dan mereka baru bisa lega setelah raja melontarkan pertanyaan pertama. Cairnya suasana dalam ruangan itu ternyata hanya sebentar. Karena ketika mereka melihat salah satu sudut bibir Seine tertarik membentuk seringai, sudah pasti jawaban yang dilontarkan tidak sesuai dengan pikiran mereka.
"Aku bosan, Yang Mulia. Kau tahu? Hanya dalam sekejap aku bisa memenuhi target dan aku menginginkan bonus. Oh, tentu kepala penasihat menjadi hadiah yang paling nikmat. Benar bukan, Pangeran, Jenderal?"
"Jaga bicaramu, Seine Archerford!" Bentakan itu spontan keluar begitu saja dari mulut sang raja. Pria paruh baya itu tidak selamanya dapat mengontrol kesabaran yang dimiliki. Ketika Seine dengan mudah mengucapkan bahwa kepala sang penasihat hanya sebuah bonus.
Gadis yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik dari para penghuni ruangan ini hanya bisa berdecap kagum. Ia memang sudah terhipnotis oleh Seine sejak pertemuan tak disengaja mereka yang pasti sudah dilupakan oleh pria itu. Bahkan pria itu membuat Vroy dan ayahnya tidak bisa berkata-kata. Sungguh pria yang luar biasa.
Namun, sebenarnya kekaguman itu tak menutup mata Elea. Ia sangat menyayangi sang penasihat kerajaan, karena segala kegundahan dirinya selalu mendapat jawaban terbaik ketika bercerita pada pria paruh baya tersebut. Gadis itu juga marah kepada Seine.
"Kau tahu Seine Archerford? Tindakanmu tersebut merupakan pelanggaran berat di Led Vatra. Kau menghilangkan nyawa seseorang begitu saja, tanpa berpikir bagaimana keluarga orang yang ditinggalkan." Vroy yang sudah tidak tahan dengan kelakuan Seine pun memilih bangkit sebelum diizinkan oleh sang raja. Pria itu menatap Seine yang tentu membalas dengan tak kalah tajamnya.
Namun, ucapannya itu merupakan sebuah senjata makan tuan. Vroy memancing sesuatu yang sudah dikubur sangat dalam oleh Seine. Nalurinya meningkat, iris hitammya semakin menggelap. Sebuah belati dan pedang kini berada di masing-masing tangannya.
"Kau harus lebih jauh bermain, Wahai Putra Mahkota! Jangan manja hanya dengan jabatanmu sebagai pewaris tahta kerajaan berikutnya! Aku bisa dengan mudah menjatuhkan kalian semua yang ada di sini." Ucapan Seine seakan mengaktifkan sebuah alarm dari tubuh Elea. Gadis itu tahu jika pembahasan ini dilanjut, tentu akan jatuh korban lainnya.
"Berhati-hatilah jika ingin mengucapkan sesuatu, Putra Mahkota!" Elea benar-benar memukul telak sang kakak. Ia tahu kemampuan macam apa yang mereka gunakan.
"Itu benar, Elea! Dia tak mengetahui sedikit pun!" Vroy masih tak terima dinasihati oleh adik perempuannya tersebut, ia harus dapat memojokkan Seine.
Dalam sekejap tubuh Vroy sudah berada di bawah Seine. Pria itu menempelkan mata tajam belatinya di leher sang putra mahkota. "Kau tahu apa, Pangeran? Untuk apa aku peduli pada keluarga penasihat jika pihak kerajaan pun tidak peduli pada keluarga rakyatnya? Menurutmu bagaimana keadaan mereka yang ditinggalkan?" Nada bicara Seine sama sekali tidak meninggi, justru sebaliknya. Pria itu menekan setiap ucapan disertai dengan tekanan yang lebih tajam pada leher Vroy.
Sang pangeran tak bisa berkata-kata. Ia kalah telak ketika Seine membawa nama rakyat. Ya, benar! Ia bahkan tidak peduli dengan nasib para rakyatnya. Bagaimana mungkin dirinya yang menjadi penerus dari Raja Rexter?
Vroy menahan diri agar tidak meringis kesakitan, ia tidak boleh menunjukkan sedikit pun rasa takut atau lemah di hadapan lawan. Setidaknya bagi mereka yang tidak begitu mengerti sihir. Seine masih terus menempelkan belati di leher pangeran hingga darah segar mulai merembas keluar. Di saat itulah ucapan Raja Rexter menghentikan kelakuan Seine.
"Jadilah prajurit istana, Archerford!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top