16. Kedatangan

Fery membawa Sanny pergi ke hadapan Nazka. Untuk memenjara Sanny harus ada izin dari raja. Fery membungkukkan badannya, dia juga memaksa Sanny untuk melakukan hal yang sama. Sanny terpaksa harus melakukan hal itu.

"Wah, kita kedatangan tamu ternyata ya. Berdirilah kalian," kata Nazka.

Fery menegakkan tubuh, melihat Deo yang sedang menemani raja. Sepertinya tadi Deo dan raja sedang berbicara.

"Maaf telah mengganggu waktu kalian," kata Fery sambil membungkuk.

Nazka terkekeh. "Tidak apa-apa," jedanya. "Kenapa kamu membawa Siva kemari?"

"Hamba ingin meminta izin untuk memenjarakan Siva. Alasannya, dia hampir mengambil mata Cessia dengan paksa."

"Memenjarakannya di penjara bawah tanah!" kata Deo tiba-tiba membuat Nazka menatapnya.

"Baik, Pangeran," jawab prajurit yang ada di ruangan itu. Dua prajurit menyeret Sanny menuju tempat yang dimaksud, sedangkan beberapa prajurit mengekori untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Fedsel, kamu ikut aku pergi ke kamarku ya."

"Baik, Yang Mulia." Fery segera mengekori Nazka.

***

Fery melihat cincin takhta--memiliki sayap bening di sebagai hiasan-- dengan sedih. Sebab, dia tahu, Aldorf tidak akan menerima cincin ini, sekalipun itu perintah dari raja. Aldorf tidak ingin menjadi penerus raja Feecris. Fery memasukkan cincin itu ke dalm saku.

Fery duduk di tanah, mulai mengucapkan mantra untuk pergi ke Hoins. Muncul pintu yang bercampur warna level kerajaan Feecris, Fery segera memasuki pintu tersebut.

Tanpa Fery sadari, Deo sedari tadi memperhatikan caranya.

***

Cessia perlahan bangun dari kasurnya, rasa haus menyerang dirinya. Dengan kepala yang nyut-nyutan, perlahan dia melangkah menuju dapur untuk mengambil air minum. Setelah minum air, dia terkejut melihat Aldorf yang tiba-tiba ada di belakangnya.

"Bukankah sudah aku larang kamu dekat-dekat dengan Sanny?"

Cessia menunduk, Aldorf terlihat marah. Entah mengapa, dia merasa takut. "Maaf."

Aldorf mengembus napasnya perlahan, untuk meredakan amarahnya. "Lain kali kamu harus mendengarkan orang lain. Bagaimana kalau kemarin aku dan Fery telat sampai di sana?"

"Maaf."

"Kalau sudah merasa baikan, kamu tidur lagi. Harus ke sekolah nanti." Setelah mengatakan itu, Aldorf langsung melangkah menuju kamar mandi.

Cessia segera melihat jam dinding yang ada di ruang keluarga, ternyata sudah menunjukkan jam 1 tengah malam. Sudah berapa lama dia pingsan?

***

Fery menatap Cessia yang asik memakan sarapannya. Fery segera mendorong telur goreng miliknya ke arah Cessia. "Aku gak nafsu makan," kata Fery melihat Cessia yang kebingungan.

Cessia menerima itu dengan senang hati. Dia semakin memakan sarapannya dengan lahap.

"Apakah seharusnya hari ini kita tidak usah pergi ke sekolah?" tanya Fery membuat keduanya menoleh.

"Aku sudah sehat, gak kurang apa pun juga," jawab Cessia.

"Memangnya kenapa kamu gak pergi ke sekolah?" Aldorf malah balik tanya Fery.

"Aku hanya merasa tidak ingin sekolah. Kalau kalian mau pergi, izinkan aku ya." Fery segera memasuki kamarnya.

Cessia tersenyum semringah setelah menyelesaikan sarapannya. "Kalau gitu aku juga gak pergi ya. Aku malas mau belajar. Oke, jadi Aldorf yang cuci piring hari ini." Cessia langsung kabur ke kamarnya.

"Mereka sekongkol lagi?"

***

Fery mengetuk pintu ruang baca Aldorf acap kali. "Dorf, kamu ada di dalam?"

"Masuk aja."

Fery membuka pintu tersebut, melihat Aldorf yang sedang duduk di sofa dengan sebuah buku di tangannya. Aldorf tampak serius membuka buku. Tak lama kemudian, Aldorf menutup bukunya. "Ada apa?"

"Aku cuman mau lihat buku yang dikasih Raja waktu ulang tahunmu kemarin."

"Aku simpan rak di sebelah sana," kata Aldorf sembari menunjuk ke arah rak yang dekat pintu penghubung kamarnya.

Fery menuju rak yang dimaksud, tidak memedulikan Aldorf yang kembali serius membaca bukunya. Fery mencari buku bercover warna ungu yang dibuat ibunya dengan seksama. Namun, dia tidak menemukan buku bercover ungu, apalagi buku tanpa judul.

Fery menatap Aldorf yang memunggunginya. "Dorf. Mana buku itu?"

"Ada di sana." Aldorf masih sibuk membaca bukunya.

"Tidak ada, Dorf."

Aldorf menutup bukunya, berjalan mendekati Fery. "Aku tidak pernah mengambilnya apa lagi memindahkannya. Waktu itu aku simpan di sini." Aldorf membantu Fery mencari buku tersebut.

***

Cessia di kamarnya sedang membuat novel yang dia pinjam dari Aldorf. Dia merasa, buku ini terlalu mirip dengan kisah. Ya, walau ada sedikit yang berbeda.

Cessia sudah membaca hingga pertengahan, dia baru sadar akan satu hal. Ada yang aneh dengan buku ini. Sebab, pada lembar selanjutnya, tidak ada isi apa pun. Cessia terus-terusan membuka lembaran selanjutnya. Hingga pada lembaran terakhir ada sebuah gambar gembok.

"Ini memang bukunya setengah begini, atau bukunya rusak?" Cessia berpikir keras. "Sudahlah, aku bertanya saja pada Aldorf besok. Mending sekarang aku tidur siang."

Cessia meletakkan buku itu di meja, dia berjalan menuju kasur dan perlahan memejamkan mata. Perlahan, dia memasuki dunia mimpinya.

***

Fery buku-buku yang dia keluarkan dengan kesal. Dia menemukan buku yang dia cari.

"Kembalilah ke tempat semula!"

Semua buku-buku tersebut terbang ke arah tempat mereka tadi. Mereka tersusun dengan rapi di rak dengan sihir Fery.

"Sebenarnya untuk apa kamu mencari buku itu?"

"Untuk menyimpan cincin takhta. Kamu tidak akan menerimanya, kan? Dari pada aku menghilangkannya, mending simpan di sana, lebih aman."

Aldorf menggangguk paham. "Ya sudah. Kalau begitu aku cari lagi nanti malam, siapa tau keselip di mana gitu."

"Oke."

***

Bulan dan bintang sudah menampakkan dirinya di langit. Dengan api lilin yang remang-remang, Deo melangkah memasuki hutan belakang istana. Untungnya saat malam, peri-peri akan sulit menemukannya. Dia tidak ingin ketahuan pergi ke Hoins. Bisa-bisa Sorsam serang mendadak karena mendengar kabar Pangeran Feecris pergi ke Hoins.

Deo segera meniup api lilin saat yakin bahwa dia tepat berada di tengah-tengah hutan. Dia duduk di tanah, mengikuti gerakan yang sesuai dilakukan Fery tadi. Dia juga mengucapkan mantra yang persis pernah diucapkan Fery.

Pintu berwarna level Feecris muncul di hadapannya. Dia segera memasuki pintu itu karena tidak ingin peri lain melihatnya.

***

Tbc.

Waduh, Deo akhirnya pergi ke Hoins. Kira-kira dia ketemu Cessia gak ya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top