Spoiler Chapter 55
Di malam dingin istana Gyeongbok. Di dalam kegelapan, sepasang kaki telanjanng berpijak pada tanah yang dingin. Pakaian putih yang membalut tubuhnya terlihat cukup mencolok di bawah sinar rembulan malam itu. Pedang yang berada di tangan kiri membuat tangan lemah sedikit lebih kuat.
Bangkit dari kematian, Lee Tae Hyung berjalan menyusuri halaman Seongsucheong. Dan kepergiannya malam itu tak diketahui oleh siapapun ketika ia yang telah dianggap mati tiba-tiba hidup kembali.
Tangan kanannya yang terbebas mendorong pelan pintu Seongsucheong. Bukan karena dia berhati-hati namun, karena kekuatan fisiknya belum pulih sepenuhnya. Membawa langkahnya masuk, Lee Tae Hyung menutup pintu dari dalam dan menjebak diri di dalam kegelapan.
Tak memiliki keraguan dalam tatapan sayunya, Lee Tae Hyung berjalan lebih dalam di antara kegelapan yang membelit kakinya. Berjalan dengan tenang hingga ia temukan sebuah cahaya yang berasal dari salah satu sudut.
Tak terlihat terburu-buru, Lee Tae Hyung tetap berjalan dengan tenang hingga ia sampai di tempat cahaya itu berasal. Di sebuah ruangan yang cukup luas, Lee Tae Hyung menemukan lilin yang menyala di atas meja. Namun, ia tak menemukan siapapun berada di sana.
Langkah itu kemudian berhenti tepat di depan meja. Berdiam diri di tempat itu selama beberapa waktu, cahaya dari lilin itu berhasil menunjukkan penampilannya malam itu. Pakaian berkabung yang berantakan serta rambut yang diikat seperti ekor kuda dengan beberapa helai berantakan jatuh di sekitar wajahnya. Terlihat jelas bahwa Lee Tae Hyung mengikat rambutnya dengan asal sebelum datang ke tempat itu.
"Keluar ..." gumam Lee Tae Hyung, memberikan perintah pada seseorang yang ia yakini berada di sana.
Yeon kemudian menunjukkan tempat persembunyiannya. Namun, wanita muda itu tak berniat menunjukkan wajahnya di hadapan sang Putra Mahkota.
Lee Tae Hyung kemudian menarik pedangnya, membuang sarung pedang dan kemudian berbalik. Pandangan Lee Tae Hyung segera menemukan sosok yang bersembunyi di dalam kegelapan. Tanpa perlu memastikan sosok itu, Lee Tae Hyung sudah mengetahuinya dan bahkan mengingatnya. Di ambang kematiannya, Lee Tae Hyung melihatnya, wajah seseorang yang telah memberikan penderitaan baginya. Wajah yang sempat ia lupakan di pertemuan pertama mereka.
Kini Lee Tae Hyung menyadarinya, seorang dayang muda yang berhasil menarik perhatiannya waktu itu adalah orang dari masa lalu yang telah kembali. Bukan hanya wajah, tapi Lee Tae Hyung juga mengingat identitas wanita muda itu. Dan kedatangannya ke Seongsucheong malam itu adalah untuk membuat wanita muda itu kembali menghilang dengan paksa.
Suara tenang Lee Tae Hyung kemudian terdengar. "Kau tidak perlu lagi menyembunyikan wajahmu."
Batin Yeon sedikit tersentak. Ia kemudian menyahut, "Putra Mahkota tahu siapa aku?"
"Nama, latar belakangmu, bagaimana caramu hidup di masa lalu. Mungkinkah itu yang tengah kau pertanyakan, Yeon?"
Yeon bungkam dalam rasa terkejut yang besar. Bahkan di saat Tuan Muda yang ia sanjung tak lagi mengingatnya, sang Putra Mahkota justru mengingatnya.
"Aku datang dengan membawa satu pertanyaan untukmu," suara Lee Tae Hyung kembali terdengar.
Yeon menyahut, "aku tidak berjanji akan memberikan jawaban atas pertanyaan itu, Putra Mahkota."
"Kalau begitu aku akan menemukan jawabannya bagaimanapun caranya."
Lee Tae Hyung berjalan menghampiri Yeon. Tangannya yang memegang pedang terangkat. Dan setelahnya, di dalam kegelapan itu kedua pedang saling bertabrakan, saling mengunci pergerakan masing-masing.
Tatapan keduanya bertemu di antara pedang yang saling bergesekan. Yeon melihatnya, kemarahan dalam tatapan sayu sang Putra Mahkota. Wanita muda itu kemudian mengambil langkah mundur, menghindar. Namun, apa yang dimulai oleh sang Putra Mahkota tak bisa di akhiri oleh Yeon.
Lee Tae Hyung kembali mengambil langkah, menghadapi Yeon yang melakukan perlawanan. Dan rembulan yang menggantung di langit malam itu menjadi saksi bisu atas apa yang terjadi di dalam Seongsucheong malam itu ketika tak ada satupun manusia yang menaruh ketertarikan terhadap tempat itu.
Pada satu momen, pedang Lee Tae Hyung justru memotong lilin ketika Yeon menghindari ayunan pedangnya. Dan angin yang dihasilkan oleh perpindahan tubuhnya yang begitu cepat membuat lilin itu padam. Di ruangan gelap itu keduanya menemukan waktu yang tepat untuk mengakhiri semuanya.
Yeon tak berkutik setelah ujung pedang di tangan Lee Tae Hyung berada tepat di depan lehernya. Begitupun dengan Lee Tae Hyung yang menghentikan pergerakannya ketika ujung pedang di tangan Yeon berada tepat di depan dadanya. Keduanya menghentikan pertarungan itu dengan cara yang adil. Dan dalam keadaan itu, pembicaraan keduanya kembali berlanjut.
"Berapa banyak yang ditawarkan Menteri Heo padamu?" Suara berat dan dalam Lee Tae Hyung terdengar melemah. Namun, amarah dalam hatinya membuatnya tiba-tiba membentak ketika menuntut sebuah jawab. "Jawab!"
"Sebuah pertemuan," jawab Yeon.
Lee Tae Hyung menatap tak percaya. "Pertemuan?" gumam Lee Tae Hyung.
"Jangan salah paham, Putra Mahkota. Aku tidak memiliki urusan dengan Menteri Heo."
"Karena ibumu ada di balik semua ini," Lee Tae Hyung segera membuat pernyataan yang tidak bisa dibantah oleh Yeon.
"Seberapa jauh Putra Mahkota mengetahuinya?"
"Seberapa jauh kalian akan melakukan ini?" Lee Tae Hyung membalas pertanyaan Yeon dengan pertanyaan lain.
Keduanya kemudian terdiam tanpa memutus kontak mata sedetikpun. Hingga pada akhirnya Lee Tae Hyung membuat pergerakan. Berniat menyingkirkan pedang Yeon namun, kala itu Yeon yang memberikan perlawanan justru membuat pedang keduanya terlempar ke udara dan menancap di lantai kayu.
Yeon yang tampak terkejut mengambil langkah mundur untuk menghindari Lee Tae Hyung. Namun, ia justru terjatuh. Dan sebelum ia bisa bangkit, Lee Tae Hyung telah mendapatkannya lebih dulu. Yeon berusaha menahan kedua tangan Lee Tae Hyung yang mencengkram kerah pakaiannya. Namun, bagian atas tubuhnya justru sedikit terangkat karena tarikan tangan Lee Tae Hyung yang cukup kuat.
Dalam jarak yang begitu dekat, Lee Tae Hyung memberikan tuntutan pada wanita muda itu. "Apa yang kalian inginkan? Kenapa kalian mengganggu hidupku? Aku! Aku tidak pernah mengusik kalian ... aku tidak pernah berurusan dengan kalian tapi kenapa kalian melakukan hal ini padaku?! Kenapa?!"
"Aku juga tidak tahu, Putra Mahkota ..." jawab Yeon dengan suara yang pelan.
"Berhenti berpura-pura tidak tahu. Kau! Kau sama dengan ibumu ... kenapa kalian melakukan hal ini padaku? Kesalahan apa yang sudah aku perbuat pada kalian?"
Suara Lee Tae Hyung terdengar lirih. Batin Yeon tersentak ketika ia melihat Putra Mahkota di hadapannya tengah menangis seakan kemarahannya sebelumnya hanya sebuah permohonan kala si Putra Mahkota yang tengah putus asa.
Yeon kemudian berkata, "turunlah takhta ... Putra Mahkota."
Lee Tae Hyung tercekat, menatap tak percaya. Dan kala itu air mata sang Putra Mahkota jatuh mengenai wajah wanita muda yang berada di bawahnya.
"Itukah yang diinginkan oleh ibumu?"
"Ibu angkat tidak memiliki kehendak. Berpikirlah dengan bijak, Putra Mahkota."
Lee Tae Hyung menarik kerah pakaian Yeon dengan lebih kuat dan hampir mencekik wanita muda itu. "Berpikirlah dengan bijak? Kau mengatakan hal itu seakan kau mengetahui apa yang sudah aku lakukan selama hidupku. Kau tidak berhak menghakimi bagaimana cara aku hidup."
"Tidak ada pilihan lain. Jika Putra Mahkota tetap bertahan, Putra Mahkota akan melukai banyak orang. Ini bukanlah waktu untuk Putra Mahkota menentukan pilihan."
Dengan tangis yang tertahan Lee Tae Hyung berucap, "kau dan ibumu ... kalian semua ... aku tidak akan pernah memberikan pengampunan pada kalian."
Lee Tae Hyung mendorong Yeon hingga punggung wanita muda itu menyentuh lantai dengan cukup keras. Batin Yeon tersentak ketika Lee Tae Hyung tiba-tiba mencekiknya.
"Sekarang pergilah, kau pikir kau sedang berbicara pada siapa?!" Lee Tae Hyung tiba-tiba meluapkan kemarahannya meski dengan tangis yang menyertai. "Katakan ini pada ibumu, katakan ini pada Heo Jun Hoo! Aku ... aku Lee Tae Hyung, tidak akan jatuh dengan mudah. Bahkan jika besok adalah hari kematianku, malam ini akan aku pastikan kematian akan mendatangi kalian. Katakan itu pada tuanmu ..."
Yeon berusaha menyingkirkan tangan Lee Tae Hyung yang mencekiknya. Hingga pada akhirnya dia tidak memiliki pilihan lain. Yeon meraih sebuah belati yang ia selipkan pada kakinya dan menggunakannya untuk menusuk bahu Lee Tae Hyung.
Cekikan pada lehernya terlepas, Yeon langsung menendang Lee Tae Hyung dan membuat sang Putra Mahkota sedikit menjauh darinya.
Bersandar pada tiang kayu, tangan kiri Lee Tae Hyung memegang belati yang menancap di bahunya. Melihat bahwa Yeon hendak melarikan diri, Lee Tae Hyung langsung mencabut belati tersebut dari tubuhnya. Mengabaikan rasa sakit yang ia terima, Lee Tae Hyung meraih salah satu tangan Yeon dengan kasar hingga wanita itu kembali jatuh terduduk dalam posisi membelakangi sang Putra Mahkota.
Lee Tae Hyung kemudian menggunakan belati di tangan kirinya untuk menahan Yeon dengan menaruh belati itu tepat di depan leher wanita muda itu.
"Kim Chang Kyun ... lepaskan anak itu ..." sebuah kalimat yang lebih menyerupai sebuah permintaan dibandingkan dengan perintah.
Perasaan putus asa sang Putra Mahkota, Yeon bisa merasakan hal itu. Tangan gemetar yang memegang belati, detak jantung yang terdengar tak beraturan, napas pendek yang tercekat. Yeon merasakannya, betapa putus asanya sang Putra Mahkota saat ini.
Bersikap lebih lembut, Yeon meraih belati di depan lehernya. Kedua matanya perlahan terpejam, air mata terjatuh dari kelopak matanya yang menutup. Suara lembut itu kemudian kembali terdengar.
"Turunlah dari takhta, Putra Mahkota ..."
Yeon membimbing tangan Lee Tae Hyung untuk memberikan goresan pada lehernya sendiri. Menegaskan bahwa ia mengakui kekalahannya terhadap keputusasaan sang Putra Mahkota ...
°°°°°°°°
Kembali ke istana Gyeongbok setelah mendengarkan pernyataan Lee Geon, Kim Chang Kyun bergegas menuju paviliun di mana jasad Lee Tae Hyung ditempatkan. Tak ada penjagaan di tempat itu sehingga Kim Chang Kyun bisa masuk dengan mudah.
Kim Chang Kyun segera melihat keadaan peti di mana jasad Lee Tae Hyung berada di sana saat ia pergi. Namun, si rubah kecil Putra Mahkota itu terhenyak ketika tak mendapati tuannya berada di sana. Dan hal itu semakin menguatkan pernyataan Lee Geon sebelumnya.
Shin Chang Kyun kemudian meninggalkan tempat itu, beralih ke paviliun Putra Mahkota. Namun, di sana juga tak ia temui Lee Tae Hyung. Kebingungan sempat melanda si rubah kecil. Di manakah keberadaan sang tuan ketika rembulan di atas sana tetap membisu. Dan ketika kesunyian semakin berkuasa, di malam yang hampir menemukan akhir perjalanan. Langkah si rubah kecil sampai di halaman Seongsucheong sebagai akhir dari rasa putus asa yang ia alami.
Langkah Kim Chang Kyun terhenti di tengah halaman ketika sebuah siluet terlihat keluar dari bangunan Seongsucheong. Sebilah pedang menjadi hal pertama yang Kim Chang Kyun lihat sebelum siluet itu menunjukkan wujudnya di bawah sinar rembulan.
Menatap tak percaya, Kim Chang Kyun terpaku tatkala sosok Lee Tae Hyung berjalan dengan lemah ke arahnya. Namun, sang Putra Mahkota tampaknya belum menyadari keberadaan si rubah kecil miliknya yang tengah menantinya. Hingga pada akhirnya langkah itu terhenti ketika pandangannya yang sedari tadi mengarah ke bawah menemukan sepasang kaki berada di hadapannya.
Perlahan Lee Tae Hyung mengangkat pandangannya. Menemukan wajah yang ingin lihat sebelum malam itu berakhir. Seulas senyum tipis kemudian terukir dengan lemah di wajah pucatnya.
Lee Tae Hyung kemudian berkata, "kenapa membutuhkan waktu yang lama bagimu untuk menemukan aku, Kim Chang Kyun?"
Batin Chang Kyun tersentak ketika ia baru menyadari kondisi Lee Tae Hyung saat ini. Pandangan Kim Chang Kyun menemukan tangan yang memegang pedang itu bersimbah darah, begitu pula dengan lengan pakaian yang berwarna kemerahan.
"Putra Mahkota." Kim Chang Kyun segera menghampiri Lee Tae Hyung dan menahan kedua bahu sang Putra Mahkota.
Tatapan khawatir Kim Chang Kyun berubah menjadi kemarahan ketika pandangannya mengarah pada bangunan Seongsucheong. Kim Chang Kyun kemudian meraih pedang di tangan Lee Tae Hyung dan melewati sang Putra Mahkota. Siapapun yang bersembunyi di bangunan itu, Kim Chang Kyun bertekad untuk melenyapkan sosok yang telah menyakiti tuannya.
Namun, beberapa langkah setelah Kim Chang Kyun pergi, Lee Tae Hyung justru tumbang. Kim Chang Kyun yang melihat hal itu lantas berbalik.
"Putra Mahkota!"
Kim Chang Kyun menahan tubuh bagian atas Lee Tae Hyung. Menggunakan tangannya yang bersimbah darah, Lee Tae Hyung menahan punggung tangan Kim Chang Kyun.
"Jangan pergi," gumam Lee Tae Hyung. "Jangan pergi jauh dariku, Kim Chang Kyun. Jangan pergi terlalu lama ... sangat menyakitkan tanpa dirimu di sini."
Batin Kim Chang Kyun tersentak ketika sang Putra Mahkota tiba-tiba menangis. Dan hal itulah yang pada akhirnya menahan langkah si rubah kecil untuk menemukan orang yang telah menyakiti tuannya.
Dan di dalam kegelapan. Tanpa Kim Chang Kyun sadari, Yeon yang telah berada di luar Seongsucheong memperhatikan mereka dari kejauhan. Terlihat goresan kecil pada lehernya. Kematian menjauh darinya malam itu ketika sang Putra Mahkota memberikan pengampunan terhadapnya. Namun, layakkah dia yang hina itu mendapatkan pengampunan dari sang Putra Mahkota. Yeon tidak pernah berpikir bahwa dia pantas untuk mendapatkan hal itu.
Membawa rasa bersalah yang semakin membelit kakinya dengan kuat, Yeon kemudian meninggalkan Seongsucheong. Namun, keinginan Lee Tae Hyung tak bisa ia kabulkan di saat ia justru pergi ke tempat pertama yang ia datangi ketika memasuki istana Gyeongbok.
°°°°°°°
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top